Sunday, August 28, 2011

It's Always Been Him

Posted by Unknown
"Bagaimana awal perjalanan kamu sebagai penyanyi?" tanya Ellen, pembawa acara terkenal. Ia sedang mewawancarai Jasmine, gadis berumur 18 tahun yang bakat menyanyinya luar biasa.
Jasmine tersenyum, lalu, "Awalnya hanya iseng-iseng aja. Aku sama temen deketku, Justin, dulu pernah buat cover 'Isn't She Lovely' dari Stevie Wonder. Nah, kebetulan, di sekolah lagi ada audisi buat lomba menyanyi tingkat kota. Akhirnya, kita setuju buat jadi duo. Justin juga bisa nyanyi dan dia bisa main banyak alat musik. Waktu itu, aku masih kurang lancar main gitarnya, jadi aku ajak Justin." Jasmine menelan ludah. "Setelah melewati seleksi, kami akhirnya sampai di tingkat final. Kami menang! Yay! It was the greatest feeling ever! Aku dan Justin mutusin buat upload beberapa lagu yang kami cover-in ke jejaring sosial."
"Hmm... Setelah itu, apa yang terjadi?" tanya Ellen lagi, penasaran.
"Beberapa bulan setelah di-upload, ibuku mendapat telepon dari dua industri musik besar. Dua-duanya menawariku karir menjadi penyanyi. Setelah berdebat, berunding, berdebat lagi, dan mencapai keputusan, aku memilih industri kedua. Dengan alasan, industri itu memiliki jumlah musisi legendaris dan top-hits terkenal dan talented. Bukan berarti yang satu lagi tidak, hanya saja, ibu dan aku lebih nyaman di industri musik yang ini," Jasmine melanjutkan. "Sampai akhirnya tahun 2007, aku merilis album pertama dan keduaku. Album pertamaku dirilis Januari, sementara yang kedua keluar Juni. Jaraknya memang dekat sekali. Tapi, aku bersyukur hampir seluruh lagu masuk dalam Top 50 Songs."
Penonton dan Ellen memberi aplus meriah. Jasmine tersenyum sambil memerah.
"Kamu tidak pernah rindu dengan teman dekatmu itu?" Ellen mengalihkan perhatian.
"Rindu? Pastilah. Sudah dari tahun 2005 aku tidak melihatnya. Saat itu umurku masih 12 tahun. Sudah lamaaaaa sekali," jawab Jasmine dengan tatapan sedih di matanya.
"Kamu pernah naksir dia?"
Jasmine terkekeh. "Naksir? Lebih malah. Kami sempat berpacaran selama setahun. Tapi, putus, karena aku dikontrak jadi penyanyi."
"Wow! And you guys were only 12? That's sweet actually," komentar Ellen.
Jasmine tertawa. Ellen melanjutkan acara dengan sesi Live Performance dari Jasmine. Setelah itu, acara selesai. Jasmine kembali ke studio rekaman untuk mengurus beberapa hal untuk albumnya yang akan datang.
%%%
"Hey, pretty face," sapa Cole, teman dekat Jasmine yang sama-sama penyanyi muda di industri tersebut.
"Hey, Cole. What're you doing here?" tanya Jasmine bingung.
"Chillin'. There's nothing I can do. I'm tired of messing with Wilson and the crews. That's why I came here. What's up with you?" tanya Cole balik.
"Ah... Aku sedang menulis lagu baru. Bosen banget, jadi aku nulis lagu aja, deh," jawab Jasmine singkat.
"Boleh lihat?"
"Silakan aja. Kalo mau dikoreksi juga nggak masalah."
"Sip."
Cole meneliti lagu buatan Jasmine. Ia bulak-balik tersenyum dan mencorat-coret beberapa kata. Jasmine hanya merenung sambil memikirkan perkataan Ellen, Kamu tidak pernah rindu dengan teman dekatmu itu?
"Done," ucap Cole membuyarkan renungan Jasmine.
"Let me see," pinta Jasmine. Jasmine melihat hasil koreksian Cole. Dia memerah sedikit dan membaca setiap kalimat buatannya.

It was hard leaving you alone
'Cause I didn't wanna lose you
But now you're already gone
I have no idea what to do
Everything feels so wrong
And I'm still trying to get through

You were once mine,
The best I've ever own
You once filled my mind
The sweetest I've ever known
And I wish you were here
Sharing everyday's secret with me
Erasing my fear, my tear
'Cause I know we were meant to be
Baby, don't you leave me...

Kata-kata itu tiba-tiba hinggap di benak Jasmine sejak Ellen memberinya pertanyaan itu. Lagu ini mungkin akan didedikasikan untuk Justin. Karena sejujurnya, Jasmine belum bisa melupakan Justin dan hubungannya dulu.
"Lagumu bagus," komentar Cole tiba-tiba.
"Iya, kah?" tanya Jasmine tak percaya.
"Iya. Aku bisa ngerasain kalo kamu nulisnya dari hati," jawab Cole. "Apapun yang kamu rasain, itu mungkin bukan perasaan bahagia, Tapi, untuk orang itu, orang yang ada di lagumu, pasti dia bahagia banget."
Jasmine menatap Cole. "If he ever finds out and notices."
"He notices, eventually," jawab Cole santai. "Lanjutin, dong. Nanti, aku bantu bikin nadanya."
"Sip, deh," jawab Jasmine lalu kembali fokus.
%%%
Berbulan-bulan setelah bulak-balik mengurus album baru, Jasmine akhirnya berunding untuk memasukkan lagunya 'Baby, Don't Leave Me' ke dalam album baru yang berjudul, "The Other Side of Love" yang akan dirilis tanggal 23 Juni di U.S.A. Cole dan Jasmine sudah mulai dekat dan sering dirumorkan berpacaran. Keduanya tidak menyangkal, tidak juga mengiyakan. Tapi, satu di antaranya memang merasakan hal yang berbeda untuk satunya lagi. Hal itu adalah rasa suka, sayang, dan perhatian yang lebih dari biasanya.
Abigail, manajer Jasmine, memutuskan untuk meluncurkan album di New York untuk pertama kalinya. Akan ada meet-n-greet dan private-concert di salah satu tempat konferensi pers di New York. Setelah itu, Jasmine akan diterbangkan ke L.A untuk album-signing dan acara Ellen Show lagi untuk mempromosikan album barunya. Kemudian, ada sederet wawancara di radio-radio besar di Miami dan Chicago. Setelah itu, pemotretan untuk sampul album cetakan berikutnya, pemotretan untuk majalah-majalah remaja, dan pengambilan video musik untuk tiga dari dua belas lagu di album baru Jasmine. Di awal tahun 2012 nanti, Jasmine baru bisa mengambil cuti 2 bulan. Jadi, jadwalnya saat ini benar-benar PADAT!
"Thank you all for coming. I love you guys!" sapa Jasmine untuk yang terakhir kali di private-concert di New York. Malamnya, Jasmine pergi ke L.A dan menghabiskan tiga jam untuk menandatangani album-album barunya yang sudah dibeli para penggemarnya.
%%%
Esoknya, Jasmine bersiap-siap untuk pergi ke acara Ellen Show. Hari ini rambut cokelat emasnya diluruskan. Wajah Jasmine dihiasi foundation yang menyerupai warna kulit, blush-on warna merah muda, eye-shadow yang sama dengan warna blush, lipstick merah muda yang ditimpa pelembab bibir, dan bulu matanya dihiasi waterproof mascara. Warna bola mata Jasmine yang hijau bening membuat matanya terlihat eksotis. Tulang pipi yang melekuk indah membuat kombinasi wajahnya sempurna, dewasa, dan elegan. Apalagi, tubuhnya yang berisi, tapi tidak gemuk. Semuanya terlihat indah.
"Welcoming, Jasmine Abrams!" seru Ellen sambil berdiri di sofa pembawa acara.
Jasmine berjalan masuk ke panggung utama dan bercipika-cipiki dengan Ellen. Dia tersenyum pada penonton dan dipersilakan duduk. Untuk sesaat, penonton masih meriah memberikan tepuk tangan dan sorak-sorai.
"All right, calm down," ujar Ellen. "So, you're here again, huh?"
"Hahaha... Yeah. I guess, I'm attached to this show," gurau Jasmine. Ellen terkekeh.
"How are you?" tanya Ellen kemudian.
"Good. Thank you. How are you?" Jasmine balik bertanya.
"Aku baik-baik saja," jawab Ellen dengan senyumnya yang ramah. "Jadi, kudengar kamu mengeluarkan album baru, ya?"
"Iya, itu benar," jawab Jasmine dengan senyum tak kalah ramah.
"Judulnya 'The Other Side of Love', bukan?" tanya Ellen.
"Yup. That's true," jawab Jasmine segera.
"Tell us more about it," pinta Ellen.
"Jadi, di album ini, aku bercerita tentang masa-masa patah hati. During the making of this (The Other Side of Love), my feelings were just out of place. I wasn't in the best mood, but wasn't in the worst either. My heart was literally hurt. I got this infection and was feeling a little bit broken inside. Tapi, aku berhasil menempuhnya," jelas Jasmine. "Aku menyukai seseorang, tapi aku tidak berani memberitahunya. Sampai suatu hari, aku mendengar kabar bahwa dia jadian dengan orang lain yang ternyata teman dekatku sendiri. Terus, aku dikerumuni orang-orang yang selalu mencintai their someone secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi. Terkadang, semua itu menyakitkan. Malah sering sih, menyakitkannya. Terlebih, saat mereka mengakui perasaannya dan mendapat penolakan." Jasmine berhenti sebentar, lalu, "Jadi, dalam album ini, aku memilih tema yang menyangkut secret love, broken heart, rejection, loneliness dan banyak lagi yang bukan sisi bahagia dari cinta. Maka dari itu, aku memberikan nama 'The Other Side of Love' untuk album ini."
Ellen mengangguk-angguk mengerti, kemudian memberikan aplus meriah bersama penonton. Jasmine tersenyum.
"Semua itu pengalaman pribadi?" tanya Ellen.
"Rata-rata, sih, iya," jawab Jasmine malu-malu.
"Misalnya?" tanya Ellen lagi.
"Hmm... 'Baby, Don't Leave Me', 'You (Best I Ever Dream Of)', 'Secretly in Love', 'I Wish I Was Yours', dan 'I Miss Us' serta masih banyak lagi. Aku tidak bisa menyebutkannya satu-satu," jawab Jasmine.
"Banyak yang bilang, 'Secretly in Love' itu untuk Cole. Apa benar?" tanya Ellen.
Jasmine terkekeh. "Hmm... I don't know."
"Oke, kalau seperti itu, aku berasumsi itu benar," jawab Ellen bercanda. Jasmine hanya tertawa.
Setelah membahas lagu-lagu itu, Ellen kembali bertanya. "Bagimana dengan 'Baby, Don't Leave Me'? Kita belum membahas itu tadi."
"Oh, iya. Lagu itu... it's complicated," jawab Jasmine abu-abu.
"Maksudmu?"
"Aku menulisnya saat perasaanku tidak karuan dan untuk seseorang. Cole membantuku menulis lagu itu dulu. Hmm... Susah dijelaskan."
"Baiklah. Andaikan seseorang itu ada di sini, apa yang akan kamu ucapkan padanya?" tanya Ellen.
"'Halo!' atau hanya sekedar memeluknya dan menyapanya," jawab Jasmine singkat.
"Aku punya kejutan untukmu," ucap Ellen tiba-tiba. "Please, welcome Justin McArthur!"
Jasmine langsung celingak-celinguk mendengar nama itu. Justin, sahabatnya dulu, ada di ruangan ini. Tapi, dimana?! Kemudian, mata Jasmine bertaut dengan mata Justin saat akhirnya Justin muncul. Dengan spontan, Jasmine berlari ke arah Justin dan memeluk manusia itu. Justin balas memeluk gadis itu dan mengelus-elus punggung gadis itu. Jasmine menangis di pelukan Justin. Untung saja, maskaranya waterproof, jadi tidak luntur.
"You can let go now," ucap Justin lembut di telinga Jasmine.
"No. I don't wanna," jawab Jasmine agresif dan manja.
Ellen yang melihat Justin dan Jasmine hanya tertawa. Penonton ber-'Awwww...' bersama sampai akhirnya Jasmine memutuskan untuk melepaskan pelukannya.
"Dia menangis ternyata, penonton," seru Ellen. Jasmine terkekeh malu sambil mengusap airmatanya. "Hai, Justin! Senang bertemu denganmu. Bagaimana pekanmu di sini?"
"Hai, Ellen! Nice to meet you, too. Haha, aku senang bisa berlibur kesini. Apalagi, untuk bertemu Jasmine," jawab Justin sambil merangkul Jasmine.
"You've been here for a week?! I can't believe it! Why didn't you tell me?!" tanya Jasmine kaget masih dengan mata yang basah dan sedikit isak tangisnya.
"Ini kan, kejutan. Kenapa aku harus bilang?" tanya Justin balik.
"Jahat banget, sih," rengek Jasmine.
"Yang penting, sekarang kan, kalian sudah ketemu. Bagaimana rasanya, Jasmine?" tanya Ellen.
"How did you find him?" tanya Jasmine pada Ellen.
"Kami mengontak ibumu. Kebetulan, ia tahu Justin dan memberikan kami nomor yang bisa dihubungi. Akhirnya, seminggu yang lalu, Justin kami terbangkan kemari. Bagaimana? Bagus, bukan?" goda Ellen.
"Wow. Aku tak percaya. Aku senang sekali bisa bertemu dengan Justin lagi. It's been a long time," ujar Jasmine.
"Aku juga senang bisa bertemu denganmu lagi," balas Justin sambil memeluk Jasmine dengan satu tangan.
Setelah acara selesai, Jasmine dan Justin memutuskan untuk berjalan-jalan mengitari L.A sebentar. Justin sebenarnya ingin menghabiskan waktu dengan Jasmine, berdua saja. Sudah lebih dari dua tahun mereka tidak bertemu lagi. Jasmine juga ingin menghabiskan quality time dengan Justin. Lagunya dan perasaannya untuk Justin sudah mantap, Jasmine sayang dengan sahabat lamanya itu.
%%%
"Kenalkan, Cole, ini Justin, teman lamaku," ucap Jasmine pada Cole, saat sampai di studio bersama Justin.
"Cole Simon," sapa Cole tidak begitu ramah.
"Justin McArthur," sapa Justin balik biasa-biasa saja.
"Hmm... Kalian bisa ngobrol dulu. Aku akan pergi wawancara di radio K 99,2. Dekat, kok, dan sebentar. Oke? See ya," seru Jasmine, kemudian berjalan kembali ke parkiran.
Suasana di ruangan hening dan canggung. Cole, yang sudah tidak menerima kedekatan Jasmine dengan Justin alias cemburu, hanya tersenyum kecut pada Justin. Cole menyayangi Jasmine sejak ia putus dari Emma Enderson, artis seumurannya beberapa bulan setelah mengenal Jasmine di industri musik ini. Jadi, tidak heran kalau Cole tahu banyak tentang Jasmine dan mempunyai rasa yang berbeda terhadap gadis itu.
Berbeda dengan Cole, Justin malah ingin kembali seperti dulu lagi. Berpacaran dengan Jasmine dan meneruskan apa yang waktu itu sempat dihentikan sementara. Justin sayang dengan Jasmine. Maka dari itu, Justin berharap Jasmine masih bisa merasakan hal yang sama terhadapnya. Jika perasaan Jasmine sudah berubah, Justin akan tetap bahagia untuk gadis yang mendapatkan first kiss-nya ini. 
"So, do you like L.A?" pancing Cole dengan nada suara dingin.
"Hmm... Ya," jawab Justin singkat.
"Apa yang elo suka dari L.A?" tanya Cole yang saat ini didominasi sifat egoisnya.
"Gue suka semuanya, sih," jawab Justin santai. "Elo sendiri?"
"Gue suka industri ini dan Jasmine," jawab Cole tegas.
Justin sedikit terusik dan meringis dalam hati. "Dan, Jasmine suka balik?"
"Gue nggak bisa mastiin. Tapi, akhir-akhir ini, gue sama dia udah deket. Bahkan, dia nggak menyangkal rumor 'pacaran' gue sama dia," jawab Cole merasa menang.
Justin langsung melongos tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tapi, ia tidak ingin terlalu percaya. "Hmm... Apa yang elo tahu tentang Jasmine? Kok, bisa suka?"
"Jasmine itu beautiful on the outside, gorgeous on the inside. Gue suka cewek kayak dia. Selain itu, Jasmine dewasa dan dia kalem. Murah senyum, random, paling gampang bergaul sama siapa aja, terutama musisi-musisi, dan yang paling buat gue kagum sama cewek itu adalah Jasmine itu selalu bisa bersikap profesional di saat yang tepat, dan bersikap pribadi di saat yang tepat pula," jelas Cole. "Elo pasti tahu lebih banyak, kan?"
Justin semakin tersayat. "Yang terakhir gue tahu, Jasmine kebalikan semuanya. Kayaknya, dia emang udah berubah. Jadi, elo pantes, kok. Lagian, Jasmine pasti suka sama elo balik." Justin seperti membunuh diri sendiri saat mengucapkan kalimat itu.
%%%
Malam ini, Jasmine, Justin, Cole, dan seluruh anggota industri musik ini, mengadakan pesta tahunan. Justin yang sudah lebih dari sebulan menetap di L.A, akan segera balik ke Kanada lagi. Ia masih berusaha melupakan dan mengubur perasaannya untuk Jasmine. Sementara Cole, ia ingin meneliti lebih dulu tentang respon Jasmine. Jasmine sendiri semakin yakin dengan perasaannya terhadap Justin.
"Aku pulang lusa," ucap Justin lirih di taman dekat restoran tempat Jasmine dan yang lain berpesta.
Jasmine meringis. "So soon?"
"Aku sudah sebulan lebih di sini. Bentar lagi, aku harus mendaftar kuliah. Kamu juga harus tetap melanjutkan nyanyi, kan?" tanya Justin yang sebenarnya tak kuat lagi menahan sakit hatinya tiap kali dekat Jasmine.
"Iya. Tapi, aku... aku mau ikut ke Kanada. Aku kangen Kanada," aku Jasmine.
Justin bingung. "Bukannya, kamu punya prioritas di sini?"
"Maksudmu?"
"Cole?"
"Dia? Apa hubungannya?"
"Kalian saling suka, kan?"
"Tidak. Kamu kenapa bilang begitu?"
"Cole bercerita. Kamu tidak pernah menyangkal rumor pacaran kalian. Jadi, aku berasumsi, kalian saling suka. Cole menyukaimu," jelas Justin.
"Tapi, apa aku menyukai Cole? Nggak," jawab Jasmine dengan sabar dan hati-hati. "Aku menyukai.. aku suka kamu."
Justin kaget. "Kamu... kenapa?"
"Karena, aku masih ingin melanjutkan hubungan kita yang dulu. Kamu sudah dengan laguku, kan? 'Baby, Don't Leave Me'? Itu buatmu," jawab Jasmine sedikit bergetar. Airmatanya sudah membanjiri matanya.
"Jangan nangis, sweetheart. I don't wanna see you cry. Guess what, I love you and I want us to retry our broken relationship. I'd love to retry that," ucap Justin sambil memegang wajah Jasmine.
Saat itu juga, Cole melihat peristiwa itu. Ia melabrak keduanya.
"Jasmine?" tanya Cole lirih.
"Cole," jawab Jasmine merasa bersalah.
"I've heard. Please, don't go. I love you," pinta Cole.
Jasmine menarik nafas sambil mendekat ke Justin. Justin mengecup kening Jasmine, kemudian gadis itu menghampiri Cole.
"Aku sayang sama kamu, tapi sebatas teman baikku. It's always been him, Cole. Justin and I have to finish our last relationship. I wanna see where Justin and I go. Sorry for giving you a chance. But, I always know that it's never been someone else. It's always been him."
Cole menggenggam jemari Jasmine. "Aku paham, kok. Ternyata, cinta itu akan selalu mencari satu sama lain."
Jasmine tersenyum, lalu memeluk Cole. Cole membalas pelukan gadis itu dengan hangat. Ia menghampiri Justin.
"Gue titip Jasmine. Jangan lukai dia. You're a lucky guy," ucap Cole sambil melakukan hand-shake dengan Justin.
"Gue janji, Jasmine bakal bahagia," ucap Justin.
%%%

0 comments:

Post a Comment

Blog List

 

Re-A-Lis-Tic Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos