Sunday, November 6, 2011

Love Waits...

Posted by Unknown
"Hari ini ke rumah lo ya, Ra?" tanya Adel dan Fitri pada Ara.
"Terserah aja, sih," jawab Ara enteng.
"Sip. Ortu lo lagi nggak ada atau ada di rumah? Masalahnya, kalo ada bokap lo, gue rada-rada nggak enak, Ra," komentar Adel.
"Bokap gue kerja, Del. Nyokap gue palingan juga ngajar," jawab Ara singkat.
"Kalo gitu, hari ini kita ke rumah lo, Ra," jawab Fitri mantap.
***
Di rumah, Adel dan Fitri kebanyakan ngegosip sambil menghabiskan kripik kentang kesukaan Ara. Ara sendiri hanya sesekali menimbrung gosipan kedua teman baiknya itu.
"Ra, lu bete nggak sama Ririn?" tanya Fitri menegur Ara.
"Ririn yang gayanya rada begitu itu? Yang sekelas sama kita dan sok-banget-bisa-semuanya itu?" tanya Ara mendadak sinis.
Fitri mengangguk diikuti dengan cekikikan Adel.
"BANGET, woy!!! Dia tuh, mentang-mentang ortu bisa beli semuanya dan punya tampang 'memikat', jadi sok-banget-laku. Padahal, lo liat aja mantannya anak alay semua," jawab Ara bersungut-sungut. "Gue kan, satu tempat les sama dia. Kalo udah berbahasa Inggris, pasti deh, gue mendingan pura-pura bolot daripada denger pengucapan Inggris yang jelek kayak gitu."
"SERIUS?! Pengen banget mirip Cinta Laura, sih," tambah Adel. "Alay!"
Tiba-tiba, bel rumah berbunyi. Teori yang diajarkan kedua orangtua Ara adalah... TIDAK MEMBUKAKAN PINTU PADA SIAPAPUN KALAU TIDAK ADA URUSAN YANG PENTING! Jadi, Ara berperan sebagai cewek nggak peduli sekarang. Sampai akhirnya...
"RA, ELO BOLOT APA CONGEK?!?! KASIAN ITU ORANG TELUNJUKNYA BENGKAK MENCET BEL MELULU!" teriak Adel.
"Temenin, dong. Gue soalnya, disuruh untuk tidak membukakan pintu pada siapapun kalo nggak ada urusan sama orang itu," jawab Ara.
Fitri berdecak lesu. "Temen gue... SINTING! Sendiri aja kenapa sih? Siapa tau, cowok ganteng yang dateng. Ntar rugi loh, kalo kita ikutan ngeliat."
Ara langsung mendesah kesal. "Sialan..."
Akhirnya, Ara lari ke bawah dan membukakan pintu untuk siapapun yang dari tadi ia abaikan. Sesaat sebelum benar-benar mempersilakan orang itu masuk, Ara sempat terkesiap dan terpesona pada orang itu. Cowok putih, hidung mancung, lebih tinggi 10 cm dari Ara dengan senyum yang mirip senyumnya Mario Maurer, dan punya kharisma tersendiri membuat Ara jadi meleleh dan salting seketika. Nggak rugi gue bukain pintu, bisik Ara dalam hati.
"Ini ya, kateringnya. Kata mama saya, titip salam buat ibu kamu," ucap cowok itu diikuti senyumnya. Seraya berkata seperti itu, ia menyerahkan plastik yang berisi rantang makanan.
"Hmm... Makasih, ya, Kak," jawab Ara rada-rada gagu. Melihat seragam sekolah cowok itu yang putih-abu-abu, Ara jadi rada minder. Soalnya, ia juga putih-abu-abu dan bet mereka bertuliskan nama sekolah yang sama! Gimana bisa dia nggak pernah kenal sama Kakak Charming ini!?!?!?!?
"Kamu Ara, ya?" tanya kakak itu sebelum pamit pulang.
"Iya, Kak. Tau saya dari mana?" tanya Ara basa-basi, padahal dalemnya ia merasa langit runtuh berubah jadi surga mendadak!
"Dari Bu Susi, guru Seni Musik. Katanya, kamu jago main musik, ya?" tanya kakak itu lagi.
Ara tertawa kecil, sok banget imut. "Hmm... Nggak tau, deh. Kalo gitu, makasih sekali lagi ya, Kak." Ara menjawab dengan sedikit jaim, sedikit bego, sedikit menyesal karena keliatan susah-didapetin di depan kakak itu. Tapi, prinsip Ara emang harus JUAL MAHAL, biar yang dapet nggak NAWAR dan nggak minta DISKON! Harga diri sebagai perempuan itu melebihi apapun. Kalo ada di cowok yang salah, mending mati aja! Kalo nerusin hidup, buat malu! Makanya, cewek jangan jual murah ke cowok. Yang rugi cewek!
***
"KHARISMATIK BANGET, FIT, DEL!" teriak Ara sambil jingkrak-jingkrak setelah ia meletakkan rantang makanan di atas meja makan.
"Kan, lo beruntung tadi nggak ngajak gue dan Adel," jawab Fitri bangga sekaligus menyesal.
"Iya. Betul banget!" tambah Adel.
***
Esoknya, di sekolah, Ara dipanggil oleh Bu Susi secara tiba-tiba dan secara MENGEJUTKAN! Ini emang guru yang diam-diam bermaksud tersembunyi. Guru ini emang nggak keliatan 'WAH' di depan beratus-ratus murid sekolah. Tapi, di depan murid-murid tertentu, guru ini jadi guru paling KECE-PUNYA.
"Ada apa, Bu?" tanya Ara sopan.
"Kamu bisa panggilkan anak 11-a yang namanya Ari?" pinta Bu Susi.
"Bisa, Bu. Memangnya, ada perlu apa?" tanya Ara hati-hati.
"Ibu pengen kalian duet buat pensi. Akustik gitar sama nyanyi. Ari jago main gitar, loh. Kamu juga. Terus, dia juga bisa nyanyi. Kamu juga. Nah, kalian cocok jadi pasangan duet. Kayak Anang-Ashanti," jawab Bu Susi ngelucu.
Nggak salah, Bu? BU SUSI KORBAN INFOTAINMENT!!! FUCK INFOTAINMENT GAK GUNA! PERSETAN GOSIP! Indonesia rusak gara-gara mereka! maki Ara dalam hati.
"Saya usahakan deh, Bu. Kalo begitu, saya permisi ya, Bu," pamit Ara. "Nanti balik kesini lagi, Bu?"
Bu Susi mengangguk dan tersenyum.
***
TOK! TOK! TOK! TOK!
"Assalamu'alaikum," salam Ara hati-hati saat memasuki kelas 11-a.
"Wa'alaikumsalam," jawab manusia-manusia yang ada disana.
"Permisi, Pak Kus, tadi Bu Susi minta saya untuk cari Kak Ari. Hmm... Kak Ari-nya ada?" tanya Ara sopan.
"Ari? Mana anak itu? Tadi, kurasa dia disi--ARI!" panggil Pak Kus dengan logat batak tulennya.
"Iya, Pak?" jawab Ari.
"Kau ikut adek ini ke ruang Bu Susi!" suruh Pak Kus.
"Ada apa, Pak?"
"Aku juga tak tau. Lebih baik kau ikut dulu dia! Urusan ada-apa, bisa kau tanya sama dia atau sama Bu Susi," jawab Pak Kus rada-rada menakutkan.
"Sip deh, Pak! Permisi, Pak," pamit Ari sopan. Ara mengikuti gerakan Ari.
Dalam hati, Ara tidak percaya kalo Ari adalah kakak yang mengantar katering kemarin. I'm a lucky bitch! Jackpot, baby! hati Ara bersorak gembira.
"Bu Susi kenapa, Ra?" tanya Ari memecah hening.
"Dia minta kita duet buat tampil di pensi," jawab Ara berusaha mendatarkan suara.
"Hah?" tanya Ari terdengar kaget. Tapi, emang kaget, sih. Ekspresi mukanya memancarkan sinar kekagetan yang dalam.
"Makanya, kita dipanggil," jawab Ara singkat. Ari mengangguk-angguk.
Sampai di kantor, Bu Susi ternyata dikabarkan sudah pergi ke ruang musik. Ari dan Ara sama-sama menggerutu. SESUATU BANGET GURU INI!!!!
***
This night is sparkling, don't you let it go... (Not letting it go, baby)
I'm wonderstruck, blushing all the way home... (Blushing all the way home!)
I'll spend forever...
WONDERING IF YOU KNEW, I WAS ENCHANTED TO MEET YOU!
(I was enchanted to meet you, too...)
Saat ini, ruang musik dipenuhi dengan gema suara Ari dan Ara yang menyanyikan lagu Enchanted - Taylor Swift yang sudah diaransmen ulang oleh--tidak lain, tidak bukan--Bu Susi.
"Kok, ibu bisa tau lagu ini, Bu?" tanya Ari iseng.
"Ibu kan, GAHOL!" jawab Bu Susi, salah gaul. Ini guru emang benar-benar bukan orang jaman '45 lagi. Mungkin ia lahir tahun '70, tapi jiwanya masih muda a.k.a pengen banget dibilang masih muda.
Ari dan Ara tertawa. "Bu, nanti saya sama Kak Ari nampilin lagu ini?"
"Iyalah. Masa lagunya Chrisye - Kisah Kasih Di Sekolah? Memangnya, kalian pacaran?" tanya Bu Susi sedikit nyelekit.
Ari dan Ara memasang muka datar-kaget-geli-salting yang digabungkan. Silakan, bayangkan sendiri, ya... :|O$XO<<< kira-kira begitu.. ._.
Setelah kecanggungan yang cukup lama, Ari dan Ara kembali berlatih. Ara masih terlalu lemot buat memahami seluruh chords Enchanted. Ari, alhasil, membantu gadis malang korban Bu Susi yang nge-aransmen lagu jadi jauh lebih rumit!
***
"Duluan ya, Fit, Del!" Ara berpamitan sambil bergegas membereskan buku-bukunya.
"Mau kemana lo?" tanya Adel.
"Latihan!"
"Latihan apa?!"
"Buat pensi!"
"Sama siapa?!"
"Kak Ari!"
"Siapa tuh?"
"Yang kemarin!"
"HAH!?!?!"
Pergilah Ara ke tempat parkir. Tadi, Kak Ari menawarkan tumpangan sebagai ojek-pribadi yang rumahnya searah sama Ara. Ara, sebagai cewek yang baru kemarin kesemsem sama kharismanya Kak Ari, jadi lebih kesenengan sendiri!
"Biar nggak jatoh, Ra, mending kamu pegang jaket saya aja. Kalo jatoh, urusannya jadi sama rumah sakit," tegur Ari sopan.
"Liat situasi, Kak. Kalo berasa pengen jatoh, saya langsung bantuin nginjek rem," jawab Ara ngelucu.
Ari tertawa. "Bisa aja. Yaudah, let's go!"
Mereka berdua melaju menembus polusi udara. Macet sana-sini buat kemungkinan jatoh semakin besar. Soalnya, kalo Ari mempercepat jalannya, terus lampu merah, pas ngerem mendadak, pasti Ara tersungkur ke punggung Ari dan mau-nggak-mau harus keliatan mendadak 'pacaran' karena nggak enak juga kalo nempel di pundak orang tanpa adegan mesra. KORBAN HOLLYWOOD!
***
"Habis G ke B minor, Ra. Jangan langsung C," ujar Ari sambil membantu Ara menghafal kunci gitar dari lagi Request Bu Susi alias Enchanted Re-Arranged!
Ara mencoba untuk memainkannya. Alhamdulillah, aneh jadinya. Ari tertawa. Ara kesal sendiri. "Kok ketawa, sih?! Tau, ah. Saya istirahat dulu."
Ari ikutan berhenti main gitar. Mereka duduk di kursi yang ada di teras rumah Ara sambil menikmati sunyi. Lalu, seseorang muncul di depan pagar rumah Ara.
"Agi?!" sapa Ara kaget.
"Ara!" sapa Agi itu dengan bahagia dan ramah.
"Agi?!" Ari berdiri memandang seseorang yang sempat akrab sama dia dahulu kala.
"Ari?!" Agi balik kaget.
Akhirnya, terjadilah reuni. .____. Agi memeluk Ara dan Ari bergantian.
"Lo udah balik dari Roma, Gi?" tanya Ari.
"Udahlah. Gue kesini mau ketemuan sama Ara. Elo kenal Ara?" tanya Agi pada Ari.
"Kenal, dong. Kita disuruh duet buat ngisi acara pensi dua bulan lagi," jawab Ari santai dengan nada yang terdengar sinis.
Ara tersenyum melihat Agi. Dia dan Agi punya kenangan manis. Dulu, saat SMP kelas 2, Agi yang satu tahun di atas Ara, menjadi pacarnya. Kemudian, semester dua, Agi pindah ke Roma dan mereka LDR selama dua bulan. Mereka menjalin hubungan sampai akhirnya, Agi memutuskan untuk sekedar bersahabat jauh sama Ara. Ara juga punya niat yang sama. Akhirnya, mereka sahabatan dengan rasa suka yang masih sama seperti saat mereka pacaran. 
"Apa kabar, Gi?" tanya Ara ramah.
"Baik. Kamu apa kabar?" tanya Agi.
"Baik. Oleh-oleh buat aku mana?" tanya Ara manis.
"Ada di mobil. Mau diambil sekarang?" tanya Agi dengan senyumnya yang manis.
"Boleh," jawab Ara.
Ari yang melihat aksi keduanya justru sedikit illfeel dan terlihat tidak senang. Beberapa saat ketika Agi kembali ke mobilnya mengambil oleh-oleh, Ari pamit pulang dengan alasan 'Lanjut besok aja, Ra. Kamu sekarang lagi ada tamu.' Akhirnya, Ara kecewa, tapi masih tetap senang karena ada Agi.
***
Hari-hari berikutnya, setiap latihan, Ari selalu sedikit lebih bungkam daripada hari-hari sebelumnya. Entah kesambet hantu apa, Ara jadi rada nggak enak hati dan annoyed sama sikap Ari.
"Kak, saya ngeselin, ya?" tanya Ara tiba-tiba.
"Hah? Siapa bilang?" tanya Ari.
"Barusan, saya bilang," jawab Ara pintar.
"Ng... Nggak, kok," jawab Ari.
"Terus, kok, dari tadi saya ajak ngobrol kayaknya males banget respon?"
"Lagi sakit gigi."
"Masa?"
"Nggak, deh."
"Terus kenapa?"
"Lagi males ngomong."
"Gara-gara apa?"
"Ada aja."
Hening...
"Ra, Agi mantan kamu, ya?" tanya Ari tiba-tiba.
"Dulu iya," jawab Ara jujur.
"Sekarang?"
"Pacar," jawab Ara sedikit bangga, sedikit bahagia, sedikit menyesal.
"Oh," balas Ari sedikit ngerti, sedikit kaget, sedikit nggak berani meneruskan pembicaraan.
"Kenapa?" tanya Ara.
"Nggak kenapa-kenapa, kok. Hati-hati aja," ujar Ari sinis.
Ara nggak ngerti. Wew...
***
Di kelas, Ari nggak habis pusing mikirin Ara-Agi. Entah kenapa, akhir-akhir ini, dua minggu sebelum pensi, sekian lama setelah sering mampir dan main bareng sama Ara, setelah berhari-hari bulak-balik nganter katering ke rumah Ara, gadis itu jadi bahan pikiran buat Ari. Kabar 'ARA-AGI JADIAN LAGI' juga mengusik seluruh bagian otaknya.
"Ri, elo nulisin nama siapa, tuh?" tanya Yogi, teman sebangku dan salah satu penyamun kelas.
"Hah?" Ari melihat coret-coretannya. A-R...A.. Ara!
"Lu naksir adek kelas itu, cuy?" tanya Yogi.
"Hah?"
"Yang bakal duet sama elo dua minggu lagi?"
"Hah?"
"Hah-heh-hoh-hih-huh mulu!"
"Gue? Naksir? Ara? Siapa bilang?!" tanya Ari kaget, keliatan kalo dia mencoba untuk menyangkal.
"Elo barusan. 'Gue.. Naksir.. Ara..' itu buktinya," jawab Yogi, jenius.
Ari menggeleng cengengesan. "Nggaklah. Dia kan, pacarnya Agi."
"Agi Dewa Pratama?!" tanya Yogi kaget. "Saingan lo pas SMP?"
Ari mengangguk.
"Dia yang lo bilang sama-sama suka sama orang yang sama kayak elo. Tapi, ujungnya, dia yang dapet dan itu... jangan bilang Ara!" tebak Yogi tepat sasaran.
Ari meringis. "Anak itu... beruntung 2 kali. Mungkin dulu, gue belum ngerti artinya berjuang dan gerak cepat. Sekarang juga, gue kalah cepet. Alhasil, cewek yang selalu gue incer, nggak pernah gue dapet. Agi... FUCK YOU!"
"Tenang, man. Cepat atau lambat, gue yakin, Ara bakal mutusin Agi. Lo tau kan, Agi suka taruhan sama temen-temen trek-trekannya. Taruhan, siapa bisa macarin tiga cewek di waktu yang sama, dapet 200 ribu, CASH!" jawab Yogi menepuk pundah Ari. "Ara cewek cerdas. Dia pasti bakal tau. Kalo dia bego, gue yang ngebela elo, gan. Tenang aja."
"Thanks, bro," jawab Ari.
***
Please, don't be in love with someone else.. (Babe, I'm not in love with someone else)
Please, don't have somebody waiting on you.. (Baby, I only have you waiting on me...)
This night is flawless, please don't let it go... (Not letting it go...)
I'm wonderstruck, dancing 'round all alone.. (Dancing, singing.. with me..)
I'll spend forever wondering if you knew... (I'm wondering, oh, honey..)
I was enchanted to meet you...
Baby, I still am enchanted to meet you...
I was enchanted to meet you...
Saat lagu selesai dinyanyikan, penonton bersorak dan memberi tepukan tangan. Ara dan Ari memberi hormat dan turun panggung. Ara sedikit kecewa dengan Agi yang memutuskan tidak datang. Ari sudah menduga.
"Ra, kenapa?" tanya Ari melihat sorot kesedihan di mata Ara.
"Nggak." jawab Ara bohong.
"Agi kemana?"
"Nggak tau."
Ari mengangguk dan mencari-cari sosok Agi, pura-pura tidak tahu apa yang sebenarnya sudah ia ketahui. Di sudut matanya, terlihat Agi menggandeng Liska, cewek 11-f, yang jadi primadona kelas 11. Ari berusaha keras untuk menjauhkan Ara dari pemandangan menyakitkan itu. Dia nggak sudi cewek yang dia sayangi disakiti oleh saingannya yang dulu! Agi nggak pantes jadi pemenang dari persaingan memperebutkan Ara. Karena Agi nggak pernah tulus sama Ara.
"A-Agi?!" tanya Ara kaget saat tidak sengaja melihat Agi bersama Liska mojok.
"Ra.." panggil Ari.
Fitri dan Adel, yang kebetulan lagi bersama Ara di ruang rias, merasa menyesal dan sedih melihat sahabat mereka dipermainkan Agi. FUCK AGI!
"Ra!" panggil Adel dan Fitri berbarengan.
Ara tidak memedulikan panggilan-panggilan itu. Ia berjalan mendekati Agi dan PLAK! Satu tamparan di pipi Agi.
"Kak Liska, jangan percaya sama mantan pacar saya. Dia cuma bisa mainin cewek! Fuck you, Gi!" ucap Ara pedas.
Liska kontan mengguyur Agi dengan minuman yang ada di tangannya. Untuk dua detik ke depan, penonton mendapat opera sabun gratis dari Agi-Ara-Liska. Terimakasih, playboy tai-kucing!
***
Setelah kejadian itu, Ara dan Ari tidak pernah berurusan lagi kalo Bu Susi tidak campur tangan. Fitri, Adel, dan Ara kembali hang-out bareng membayar waktu-waktu bersama mereka yang sering tergantikan oleh waktu latihan Ara buat pensi beberapa bulan lalu. Sementara itu, Ari kembali jadi anak pengantar katering buat Ara. Sekedar anak pengantar katering lagi. Sampai suatu hari...
TING! TONG! TING! TONG! TING! TONG! TING! TONG!
"Ra, Kak Ari, tuh," tegur Fitri.
"Bukain, dong. Sibuk, nih," jawab Ara.
"Sibuk ngapain? Galau? Nangis? Bete? Nonton? Bengong?" tanya Adel sinis bin kesumat!
"KALIAN RESEK!" jawab Ara pengen banget kesel, tapi nggak bisa.
Akhirnya, ditemani Fitri, Ara membuka pintu.
"Hai, Ra! Hai, kamu!" sapa Ari kepada dua cewek di depannya. Ara tersenyum paksa saja.
"Hai, Kak!" sapa Fitri balik.
"Ini kateringnya. Jangan dipegang bawahnya, masih panas," ujar Ari.
Ara hanya tersenyum menggantikan ucapan terimakasih. Fitri meminta maaf atas sikap Ara yang lebih-lebih daripada cewek PMS.
***
"Ra, ada surat, nih, dari Kak Ari!" panggil Fitri yang merapikan rantang-rantang berisi makanan itu.
"Iyo, sebentar!" jawab Ara.
Kemudian, Ara turun dan menuju meja makan. Ia membaca surat dari Ari. Isinya...
Buat Ara,
Saya, atas nama Agi, minta maaf buat kejadian di Pensi. Agi emang suka gituin cewek. Awalnya, saya niat bilang ke kamu kalo Agi itu cowok yang nggak komit. Tapi, saya nggak mau kamu malah ngira saya cemburu liat kamu sama Agi. Soalnya, jujur, saya nggak ngerasa cemburu. Cuma, kesel aja sama Agi.
Ra, kamu boleh marah sama Agi, tapi, kenapa kamu malah ngejauhin saya? Emangnya, saya salah apa sampe harus kamu jauhin juga? Perasaan, sebelum Agi dateng, kita baik-baik aja berdua. Sekarang kok, saya cuma kembali jadi tukang anter katering aja, ya? Terus, kamu kalo papasan di lorong perpus sama saya, nggak pernah negur, senyum pun nggak. Kenapa? Kalo emang saya ada salah, mending kamu lapor saya secara lisan atau tulisan. :) Makasih, Ra.
P.S : Mama saya titip salam buat mama kamu. Semoga makanannya enak.
Salam,
Kak Ari
Dalam hati, Ara berkata, Salah kakak adalah... nggak membalas perasaan saya yang aslinya suka sama kakak!
"Gue dan Adel bakal bantuin elo buat nyatain perasaan elo. Tenang aja, Ra," ucap Fitri seolah bisa membaca pikiran Ara.
"Makasih, ya," jawab Ara.
***
Sabtu, hari yang cuma diisi ekskul-ekskul nggak penting, yang salah satunya diikuti oleh Ara cuma buat nambahin nilai. FUCK! .____.
"Ra, semua rencana sudah dipersiapkan. Elo tinggal nyatain aja," ujar Adel semangat.
"KALIAN GILA! GUE SINTING! SEMOGA, KAK ARI IKUTAN NGGAK WARAS!" teriak Ara pada dinding.
Berjalanlah rencana 'Rasa Cinta Ara-Ari'. Di depan ruang musik, yang isinya saat ini hanya Bu Susi dan Ari, Ara berdo'a. Kemudian, Bu Susi keluar memecah do'a-do'a komat-kamit Ara. Ara masuk ke ruangan dan melihat Ari.
"Hai!" sapa Ara.
"Hai!" sapa Ari balik. "Ada perlu apa, Ra?"
"Saya kan, ikut ekskul musik, Kak," jawab Ara.
"Oh iya," jawab Ari pura-pura bego.
"Kak.."
"Ya?"
"Saya suka sama kakak," ucap Ara langsung. "Kakak inget kelas 8 dulu? Pas saya jadian sama Kak Agi, terus ada rumor katanya temennya Kak Agi marah besar dan jadi serba illfeel karena iri ngeliat Agi dapet cewek yang mereka perebutkan? Terus, kakak inget pas kita dua bulan latihan buat pensi bareng di rumah saya tiap pulang sekolah? Gimana kakak selalu curi-curi kesempatan buat megang tangan saya dengan alasan supaya saya main gitarnya bener? Terus, pas pensi, kita nyanyi bareng? Kakak tau, muka kakak itu seneng banget. Dan kakak khawatir banget sama saya pas saya sedih nyariin dimana Agi! Saya baru sadar, aku suka sama kakak dari lama."
Ari kaget mendengar pengakuan Ara yang disertai airmata serta sejuta ekspresi wajah gembira yang berusaha dimunculkan cewek itu. Mendengar itu, Ari jadi nggak enak hati dan menyesal sudah menerima Liska sebagai pacarnya dua hari lalu.
"Ini buat kakak," ucap Ara sambil memberikan Ari syair lagu 'Key To My Heart' Jessica Jarrell yang sudah disertai chord gitar dan aransmen ulangnya.
"Ra, tapi.." Ari memotong dengan segan.
"Saya tahu kakak udah jadian sama Kak Liska," jawab Ara rapuh.
"Demi apapun, Ra, gue juga ngerasain hal yang sama kayak elo. Gue suka sama elo dari sejak gue kelas 9. Rebutan elo sama Agi emang salah. Tapi, dulu, gue emang beneran, tulus, ikhlas suka sama elo. Tapi, Agi? Dia cuma taruhan! Tapi, kenapa dia yang elo terima? Gue nggak ngerti. Terus, kenapa waktu kita nggak pernah tepat, Ra?! Di saat gue jadian, elo ngaku. Pas kemarin elo jadian, gue terlambat," sesal Ari. "Gue mau elo nunggu besok. Makasih buat lagunya. Ini buat lo." Ari memberi Ara lagu Crush - David Archie.
Ara tersenyum sedih sambil mengusap airmatanya.
"Jangan nangis lagi. Tunggu aja besok," ujar Ari. Ara pun keluar dan pamit pulang pada teman-temannya. Ia tidak sabar menunggu besok.
***
"JADIAN! JADIAN! JADIAN! JADIAN! JADIAN!" sorak-sorai penonton di sekitar lapangan sudah mengisi seantero sekolah.
Ari baru saja memutuskan Liska. Liska sempat nyesek, tapi dia berbesar hati buat Ari dan Ara dan peluang mereka untuk pacaran. Jadi, Liska tidak begitu sedih dan kesal pada Ari. Justru, ia mendukung Ara-Ari-Jadian!
Ari menembak Ara di lapangan sekolah sambil menyanyikan lagu Crush pakai gitar. Ara salting nggak karuan! Fitri dan Adel hanya ikutan salting dan bak menonton film Titanic, mereka berdua terharu. Selain karena Ari yang MANIS BANGET, juga karena sebentar lagi akan mendapat PAJAK JADIAN!
"Jadi pacar gue ya, Ra? Untung memperbaiki keturunan," goda Ari. Ara salting sambil senyum. "Pilihannya cuma dua, ELO MAU JADI PACAR GUE atau ELO MAU JADI CEWEK GUE. Tinggal pilih, Ra."
"Kok maksa, sih?" tanya Ara pura-pura kesel.
Penonton ber-HOOOOOOOO ria.
"Soalnya, gue nggak mau jadi kambing congek sama penonton elo doang. Udah dua tahun lebih gue menderita ngeliat elo jadi cewek orang yang salah. Sekarang, gue mau elo jadi cewek orang yang tepat, yaitu gue. Sekarang, bayangin... elo itu cantik, baik, kharismatik, lucu, apa adanya, jago gitar, jago nyanyi, jago ini-itu, BU SUSI-nators, dan kemarin elo ngaku elo suka sama gue. Jadi, otomatis, kita serasi soalnya..." Ari memutus bicaranya. "gue itu ganteng, ramah, charming, kocak, orisinil, jago musik, jago nyanyi, jago buat orang tergila-gila sama senyum yang mirip artis Thailand itu, hmm.. Si MARIO MAURER, terus, gue juga Bu Susi-nator, dan kemarin gue minta elo tunggu buat hari ini. Sekarang, gue minta elo terima gue karena gue sayang sama elo."
Penonton, terutama yang wanita, teriak kesemsem. Semua berharap bisa di posisi Ara. Berhadapan dengan Mario Maurer kw-3. Seenggaknya masih rada mirip senyumnya. Melelehkan hati dan pikiran wanita!
"Aku mau jadi cewek kakak. Bukan pacar," jawab Ara malu-malu.
Saat ini, lapangan sekolah sudah bisa menandingi GBK! Ari memeluk Ara dan mengecup cewek itu di dahinya. Ara ngefly dan kesemsem.
"Love waits for those who are willing to wait for each other, babe," ucap Ari pada Ara dengan penekanan di kata 'babe'. Ari memainkan matanya.
"I know. Genit, deh," ledek Ara sambil memainkan matanya juga. Mereka bergandeng tangan memasuki lorong letak kelas mereka, yang kebetulan dekat dengan perpus. Jadi, mereka satu lorong.
"Bye, baby," sapa Ari.
"Bye, Kak!" balas Ara melet. <<< CEWEK GILA!

0 comments:

Post a Comment

Blog List

 

Re-A-Lis-Tic Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos