Lo selalu nganggep sempurna itu adalah sesuatu yang indah, mulus, dan nggak ada cacatnya. Tapi, nyatanya, emang ada? Emang harus kayak gitu? NGGAK!
***
"Pake behel?! Nggak, deh, Ma!" teriak Anggi memohon-mohon mamanya supaya nggak dipasangin behel.
"Kak, kamu harus dipasangin behel. Gigi kamu udah centang-prenang begitu," balas mama.
"Huh.. Yaudah, deh. Makin jelek aja aku ini dipakein behel," gerutu Anggi.
Rei, adik Anggi tertawa. "Kasian, deh.."
#
"Gi, lu pake behel sekarang?!" teriak Bella, kaget setengah mati!
"Nggak, gue pake kawat tukang bangunan," jawab Anggi kesal. Sambil meringis, ia menutupi mulutnya dan duduk di bangkunya dengan manis semanis-manisnya manis. ._.
"Sejak kapan?"
"Sejak jaman purba, Bel. Udah, ah, gak usah tanya-tanya," protes Anggi jauh lebih kesal.
Bella tertawa-tawa. Tanpa disadari, dari sisi lain kelas, bagian para panyamun, alias cowok-cowok, Zayn menatap ke arah Anggi.
"Ngeliatin siapa?" goda Romi pada Zayn.
"Setan, Mi," balas Zayn.
Romi tertawa terbahak-bahak dan melanjutkan ketawanya sambil menyalin PR. Zayn akhirnya berhenti menatap Anggi dan ikutan nyalin PR. Sementara itu, sebagian besar anak kelas jadi heboh ikutan nyalin PR juga. Karena kalo kerjaan ini nggak dikerjain, gurunya bisa GO-CRAZY di ceramahnya.
#
"Napa lu?" tanya Bella pada Anggi saat jam istirahat.
"Lo bayangin deh, Bel, gue udah pake kacamata, kulitnya nggak putih, terus behelan. KURANG JELEK APA GUE?!" geram Anggi sambil menyenderkan bada ke tembok.
"Kurang jerawatan," jawab Bella sekenanya.
"Sialan," balas Anggi.
"Gi, elo tuh, boleh ngatain diri lo cantik. Boleh. Tapi, elo harus tau juga, kalo nggak cuma elo yang nilai diri elo. Orang lain juga. Siapa tau, ada orang yang nilai elo cantik. Atau, ada orang yang nilai elo imut," ujar Bella, belagak bijak. "Dan, setau gue, orang itu adalah orang buta."
Anggi yang udah tersenyum jadi mewek lagi. "Elo emang sahabat yang lengkap. Lengkap ngatain, muji, ngerendahin, ninggin, belain, nyalahin. LENGKAP, deh."
"Jahahaha.. Tapi, tadi gue serius. Pasti adalah. Dan dia nggak buta," jawab Bella mencoba menenangkan. Anggi tersenyum.
Beberapa menit kemudian, Romi dan Zayn masuk ke dalam kelas. Seperti biasa, mereka membuat rusuh isi kelas. Dari mulai godain yang cewek-cewek sampe godain yang cowok-cowok.
"Hai, Bella!" sapa Romi pada Bella.
"Hai, gila!" jawab Bella ketus.
"Eh, nggak boleh gitu, Bel. Setidaknya, makhluk ini pernah jadi mantanmu," komentar Anggi.
"Sialan lu, Gi!"
"Hahaha..."
Zayn yang melihat Anggi ketawa jadi nggak jadi ngegodain yang cewek-cewek. Kayaknya, ini orang kesambet. Soalnya, dia nggak pernah se-terpana ini sama cewek.
"Napa lu?" tanya Bella menegur Zayn.
"Temen lu pake behel?"
"Iyo. Cantik, kan?"
"Hahaha..."
Anggi manyun. Bella ngakak. Romi ganteng! <<< (obsesi pribadi penulis, maap) Zayn sendiri hanya tersenyum dan balik ke tempat duduknya dan bergabung dengan cowok-cowok lainnya.
#
Minggu depan, dikabarkan ada pertukaran pelajaran dari Amerika. Dari sekolah Anggi, dikirim 2 orang. Zayn dan Anggi. Tadinya, Bella jadi usul ketiga, tapi karena saat seleksi, Bella kurang satu nilai dari standard, jadi dia gugur.
Sabtu ini, Anggi siap-siap sama barang-barangnya. Soalnya, pertukaran pelajarnya itu selama setengah semester. Alhasil, omnya Anggi, yang ada di Amerika dan kebetulan dekat dengan lokasi sekolah Anggi, menjadi rumah sementara Anggi dan Zayn. Setelah dimusyawarahkan bersama guru dan kepala sekolah, omnya Anggi menerima permintaan itu dengan senang hati.
#
"Kamu sekarang pake behel, Gi?!" tanya Om Andre, saat mendapati keponakannya ada di depan di rumahnya.
"Hehe.." tawa Anggi dengan terpaksa.
Zayn yang jadi kambing congek hanya ngangguk-ngangguk sok banget ngerti. Kemudian, salah satu guru yang ikut, Mr. Drew, guru bahasa Inggris mereka, sedikit berbincang dengan Om Andre. Rumah Om Andre yang gedenya nggak segede rumah Zayn ataupun Anggi, tapi nyamannya minta ampun, membuat kesan kekeluargaan sangat terlihat. Zayn dan Anggi dipersilakan untuk memilih kamar sendiri.
"Gi, elo mau yang kiri apa yang kanan?" tanya Zayn saat sampai di depan dua pintu kamar.
"Yang kiri aja. Elo yang kanan aja. Lagian, gue males deket tangga," ujar Anggi.
"Oke, deh," jawab Zayn.
#
Sekolah di Amerika itu sama aja kayak sekolah di SD. Belajarnya belum terlalu serius. Seriusan, deh.. Banyakan mainnya. Zayn dan Anggi yang satu kelas di SMP Urbana Middle School, jadi sedikit lebih banyak mundur ketimbang maju. Soalnya, pelajaran SMP di Indonesia sama di Amerika bener-bener beda banget!
"Hey!" sapa Greg, cowok sebangku Anggi.
"Hi! Are we gonna use all these things?" tanya Anggi dengan lancar. Maklum, Anggi ada keturunan Amriknya dan dia sempat menghabiskan waktu selama empat tahun di sana waktu kecil.
"Probably. Anyway, I'm your lab partner and your seat-mate now," jelas Greg.
"Kay," jawab Anggi.
Di lain sisi, Zayn dipasangkan dengan cowok bernama Ethan. Ethan terkenal gaul di kelas dan terlihat jelas dari cara dia banyak disapa di lorong. Zayn harus bisa keep-up sama ketenaran Ethan kalau dipasangkan dengan anak itu.
"Wassup?" tanya Ethan sambil mengepalkan tangan mengajak hand-shake.
"Not much," balas Zayn membalas kepalan tangan itu.
"Anyway, what're we doing again?" tanya Ethan.
"Chemistry," jawab Zayn singkat.
"You know, there's a new chick right there. She looks nice," komentar Ethan.
"Hah? Anggi?" tanya Zayn kaget setengah tidak suka.
"Yeah. Who else?"
"She's actually my friend."
"Not yours, right?"
"Nope. What? You like her?"
"Kinda. She looks cute."
"With braces and glasses? Seriously, dude?"
"Yeah. What's wrong with that?"
"Um.. Nothing. Never mind."
#
Malamnya, Zayn merenung di kamar dan memikirkan kata-kata Ethan tadi siang. Memang, apa yang salah dengan behel dan kacamata? Zayn, yang selama ini ternyata naksir sama Anggi, agak sedikit merasa tersaingi. Zayn selalu berpikir kalo dia udah gila naksir sama cewek berbehel dan berkacamata. Jelek, kan? Menurut cowok sih, yang kayak gitu itu nggak menarik! Karena itu, Zayn nggak pernah terus terang. Lagian, bisa dibilang nggak waras dia sama Romi dan segerombolan temennya yang lain kalo sempet ketauan naksir cewek kayak Anggi. Nggak, deh.
Tapi, semua itu gugur saat Ethan berkata seperti itu. Diam-diam, Zayn merasa dia harus cepat-cepat berterusterang.
Di kamar lainnya, Anggi kesemsem. Soalnya, tadi, Greg baiiiiiiik banget sama dia. Ethan juga. Padahal, dia belum kenalan dan nggak begitu kenal mereka. Dua-duanya cakep lagi. Ih, jadi pecicilan deh, si Anggi! ._.
TOK! TOK! TOK!
"Masuk!"
Muncul Zayn di depan pintu mengajak Anggi keluar. Anggi ikut saja, soalnya males juga berubah jadi orang gila mikirin Ethan dan Greg terus. Mending ikut Zayn cari angin.
"Om, kita jalan-jalan, ya," pamit Zayn pada Om Andre.
"Oke. Be back before nine!" Om Andre mengingatkan.
"Sip!"
Di luar udara cukup dingin. Untung, Zayn dan Anggi memakai baju hangat. Anggi sambil sok banget kalem berjalan di sebelah Zayn. Aslinya, Anggi loncat-loncat inget kejadian hari ini yang masih nempel banget di benaknya.
"Kenapa senyum-senyum?" tanya Zayn yang rupanya memerhatikan Anggi dari tadi.
"Nggak," jawab Anggi singkat.
"Gara-gara Ethan, ya?" tanya Zayn tepat.
Anggi makin sumringah. "Haha.. Kok, tau?"
"Dia bilang ke gue tadi. Dia rada naksir sama elo," jawab Zayn ketus.
"Serius?"
"Iyo."
"Kok, bisa?"
"Gue juga nggak ngerti."
"Oh."
Kemudian, suasana malam yang tadi sempat berisik jadi sunyi lagi. Anggi masih senyum-senyum. Zayn masih diam saja. Nggak berani berkata apa-apa lagi. Ya, aslinya bukan nggak berani, tapi males ngelanjutin. Takutnya ntar salah ngomong.
#
Paginya, seperti biasa, Zayn dan Anggi pergi ke sekolah bareng. Gimana nggak? Rumah Om Andre itu kurang sekilo dari sekolah. Jadi, mereka juga bisa tinggal jalan bareng. Di tengah jalan, Ethan tiba-tiba muncul dan menawari tumpangan.
"Wanna come with me?" tanya Ethan.
"Haha.. Sure. How about Zayn?" tanya Anggi merasa rada nggak enak.
"You can go. I'll walk," jawab Zayn singkat.
"Kay. Let's go," ajak Anggi pada Ethan.
Ethan tersenyum dan melanjutkan perjalanannya bersama Anggi. Zayn hanya meringis diam-diam. Sialan, Ethan! bisiknya dalam hati.
#
"Lo kenapa, Zayn?" tanya Anggi di kafetaria sekolah.
"Nggak, kok. Lo nggak sama Ethan?" tanya Zayn.
"Nggak diajakin. Lagian, dia ngumpul bareng anak-anak basket. Masa gue mau ikutan?" jawab Anggi.
"Greg?"
"Dia? Dia lagi ngumpulnya sama senior. Gue jadi kambing congek, Zayn," jawab Anggi.
"Jadi, elo bareng gue lunch-nya cuma gara-gara nggak bisa ngumpul bareng gebetan-gebetan lo? Bagus banget, Gi," jawab Zayn rada menyinggung.
"Heh, kok lo gitu, sih?" tanya Anggi nggak ngerti.
"Udah, deh. Lagi males ngomong, Gi," ujar Zayn sensi.
Sepulang sekolah, habis makan siang, Zayn nggak bicara-bicara lagi sama Anggi. Anggi padahal udah nyoba segala macem supaya Zayn nggak kesel dan bete lagi sama dia. Tapi, semua itu sia-sia. Zayn itu rada nggak jelas kalo nggak ada Romi. Soalnya, ternyata Zayn itu nggak setipe sama Romi. Romi itu gila dan demen banget godain cewek dan dia nggak gampang bete sama cewek manapun. Kalo Zayn itu tipe yang nggak bisa ditebak.
TOK!TOK!TOK!
"Masuk!"
Anggi membuka pintu dan masuk ke dalam kamar Zayn. Wajah Zayn langung berubah. Yang tadinya biasa-biasa aja, jadi nggak biasa-biasa aja. Keliatan banget. Dasar cowok! Susah ngeboong!
"Lo kenapa, sih?" tanya Anggi.
"Urusan cowok. Sono gih, mending elo istirahat di kamar lo sendiri. Nggak baek cewek-cowok satu kamar," ujar Zayn.
"Dih? Yaudah. Kalo gitu, besok gue males jalan bareng sama elo ke sekolah. Mending sama Ethan aja. Dia baik banget," ucap Anggi makin membuat Zayn kesel.
"Terserah," jawab Zayn. "Ethan gila bisa suka sama elo! Cewek behelan dan berkacamata! Nggak ada menariknya!" Zayn mengucapkan secara tidak sengaja.
Anggi yang mendengar itu semua merasa sakit hati! Banget! BANGETAN!! Lo bayangin aja, deh. Cowok ngomong gitu ke elo. Kira elo nggak menyakitkan?! Cewek itu, walaupun jelek sejelek apapun, tetep aja bisa dibilang cantik! Nggak pantes cowok bilang cewek jelek! Nah, kalo ceweknya bangsat, baru boleh! Anggi kan, nggak. Tanpa sadar, Anggi menangis sambil keluar dari kamar Zayn.
#
Esoknya, rumah Om Andre nggak ribut lagi. Soalnya, Anggi dan Zayn sama-sama lagi nggak mau saling bicara. Om Andre nggak begitu ingin tahu. Dia bukan tipe orangtua yang kepengen banget ikut campur masalah remaja.
"What's wrong?" tanya Ethan, yang ternyata ada di depan rumah Om Andre. Nggak tau dia tau dari mana.
"Nothing," jawab Anggi bete.
"Is it abut Zayn?" tanya Ethan yang penasaran.
"Yes," jawab Anggi jujur.
"What did he do?" tanya Ethan lagi.
"He called me with mean things. But, it's all right," jawab Anggi berusaha melupakan kejadian kemarin.
"Really?" Ethan masih tidak percaya. Dia langsung berniat untuk menghajar Zayn.
#
BUK! Lapangan belakang UMS sudah ramai. Ethan menghajar Zayn. Anggi nggak kepengen tau lagi. Dia jadi illfeel sama kedua-dua cowok itu. Ethan nggak lagi jadi cowok baik hati di mata Anggi! NGGAK! Nggak juga Zayn!
#
Tak sadar, sudah setengah semester berlalu dan dua bulan lagi, Zayn dan Anggi akan balik ke Indonesia. Semenjak kejadian tonjok-tonjokan itu, Zayn dan Ethan diberi kartu kuning dari guru dan Anggi juga ngasih isyarat supaya nggak usah deket-deket sama dia lagi. Zayn merasa bersalah. Ethan juga, tapi Ethan gampang balik lagi jadi biasa aja. Dia nggak lagi naksir Anggi.
"Kamu tanya Zayn aja. Siapa tau, dia ngerti," ujar Om Andre. Anggi yang sedang kesulitan sama PR geografinya, jadi sedikit masa bodo. Soalnya, kalo udah menyangkut Zayn, pasti dia harus bicara sama Zayn dan harus ngungkit kejadian berbulan-bulan lalu lagi. Males! Tapi, dia nggak bisa ngelak. Kali ini, emang Anggi butuh banget sama Zayn.
TOK! TOK! TOK!
"Masuk!"
"Gue cuma mau nanya satu nomor, kok. Di luar aja," jawab Anggi belum membuka pintu.
Akhirnya, Zayn keluar dan menatap Anggi dengan wajah cerah. Setelah berbulan-bulan tanpa obrolan panjang, Anggi akhirnya mau juga memulai komunikasi lagi.
"Ya udah. Seenak lo aja," ujar Zayn hati-hati.
Anggi duduk di dekat tangga. Zayn duduk di sebelahnya.
"Nomor 20, deh," ucap Anggi langsung ke inti permasalahan.
Zayn membaca soal dan langsung menemukan jawaban. Setelah itu, Anggi berterimakasih dan kembali ke ruang keluarga di lantai bawah.
"Anggi," panggil Zayn sambil menatap lurus ke kedua bola mata Anggi.
"Kenapa?" balas Anggi ketus.
"Maaf, ya," jawab Zayn singkat, tapi tulus.
Anggi diam dan melanjutkan langkahnya ke bawah. Persetan Zayn! Dia udah terlanjur nyakitin gue sama kata-katanya waktu itu! Cewek itu nggak gampang maafin kalo udah disakitin hatinya sama kata-kata kayak gitu! Fuck you, Zayn! maki Anggi dalam hati.
#
Zayn dan Anggi sudah kembali ke Indonesia. Mereka juga sudah balik lagi ke sekolah lama. Bella, semenjak Anggi jadi teman sebangkunya lagi, jadi sering menggodanya dengan ejekan 'Gi, lu jadian sama Zayn?' Anak itu benar-benar sialan!
Romi dan kawanan Zayn juga nggak kalah seru godainnya. Menjurus ke bokep, jadinya harus disensor.
"Lu kalo suka sama dia, gue nggak bakal ngejek. Aslinya, Anggi imut, kok," ujar Romi.
"Monyet!" balas Zayn sambil melayangkan tamparan di pipi Romi. Sohibnya itu meringis pura-pura sakit.
#
Kelas 10 sudah berakhir. Tidak terasa, cepat juga. Selama liburan, Anggi sibuk minta udahan dibehel. Alhasil, selesai proses behel-membehel dan kini gigi Anggi lumayan lebih bagus dari yang sebelumnya. Sementara itu, mama mengiyakan pinta Anggi untuk menggunakan kontak lens ketimbang kacamata. Anggi yang selalu nggak pengen kacamataan jadi seneng banget-bangetan! Selain itu, cewek yang demen banget bilang kulitnya hitam, padahal putih itu, jadi lebih pede sama penampilannya yang sekarang. Rambut cokelat tuanya sudah panjang sebahu dan nggak seberantakan dulu pas kelas 10. Pokoknya, untuk kelas 11 nanti, Anggi udah cakep!
#
Tidak disangka, kelas 11 mengulang sejarah. Nggak ada rolling-kelas lagi! Sialan!!! Anggi udah gedeg banget sama anak-anak kelas 10 yang kemarin terutama Zayn. Tapi, kali ini, Anggi nggak mau ambil pusing. Persetan Zayn!
"Kok, elo berubah, Gi?" tanya Bella.
"Masa harus sama terus?" balas Anggi.
"Bagus, deh. Behel sama kacamata lo disimpen, ya. Kenangan buat masa depan. Supaya, nggak sok banget cantik," ujar Bella sambil bergurau.
"Sialan!" jawab Anggi mendadak bete.
"Jahahaha... Sekarang, cantiknya gue jadi ada saingan," ucap Bella pede. Anggi menggeleng-geleng sambil ngakak.
Zayn terpana melihat penampilan baru Anggi. Romi juga. Ah, ini orang mah, kalo liat cewek cantik sedikit aja, langsung sikat!
"Cie, udah cantik," goda Romi.
"Makasih. Cie, yang masih buluk!" balas Anggi.
"Jangan gitu. Ntar, naksir, loh," balas Romi membuat Anggi diam.
"Makasih, deh, Rom. Gue masih waras," jawab Anggi giliran membuat Romi diam.
Kemudian, dengan purik, Romi digiring Zayn ke bangku mereka. Romi hanya memainkan mata pada Anggi setelah itu. Zayn sendiri senewen melihat sohibnya rada sumringah gara-gara cewek yang dia taksir. Kampret!
#
"Anggi!" panggil Zayn seusai sekolah dan saat sekolah udah lumayan sepi.
"Apa? Gue mau pulang, nih," jawab Anggi ketus.
"Kok, elo berubah?"
"Gak boleh?"
"Gak."
"Apa hak lo?"
"Nggak ada."
"Terus, kenapa gue gak boleh berubah?"
"Karena orang yang naksir sama elo pas elo masih kayak dulu bakal nggak naksir lagi."
"Siapa orangnya? Bodo amat. Siapa suruh naksir sama gue yang JELEK?!" balas Anggi menekankan kata JELEK.
Zayn mendekat. "Gue minta maaf. Sekali lagi, Gi! Waktu di Amrik, gue bener-bener nggak sengaja ngucapin itu."
"Halah.. Udah, gue nggak mempermasalahkan itu, kok. Udah, ah.. Gue mau pulang," ucap Anggi tegas.
"Tunggu. Setidaknya, ada yang beranggapan kalo elo cantik sebelum elo berubah," kata Zayn yang mengubah langkah kaki Anggi.
Anggi, sedikit jual mahal, berkata, "Gue harus peduli?"
"Iya. Supaya elo sadar kalo elo itu nggak jelek. Elo cantik," jawab Zayn. "Gue naksir sama elo yang lama. Elo yang pake kacamata dan behel yang menurut gue imut. Kesannya aneh, tapi itulah yang terjadi. Gue bilang elo jelek, karena gue masih belum paham sama perasaan gue. Tapi, sekarang, gue sadar kalo elo yang udah berubah nggak secantik elo yang dulu."
Anggi kaget. "Dasar cowok! Gue nggak butuh itu semua! Gue mau pulang, Zayn."
#
Malamnya, Anggi kedatangan tamu. Tidak lain tidak bukan, Zayn adalah tamunya. Zayn mengajak Anggi cari udara segar. Dengan gedeg plus kesal berat, Anggi mengiyakan.
"Kalo elo nggak jadi ngomong, gue pulang," ancam Anggi.
"Ntar. Gue cuma pengen tau aja. Elo naksir balik gak sama gue?" tanya Zayn.
Anggi diam.
"Kalo nggak, gue gak masalah," jawab Zayn rada kecewa.
Anggi menarik nafas. Lalu, "Gue suka sama elo. Tapi, gue sedih pas elo bilang gue itu nggak menarik. Sampe sekarang, kejadian itu belum bisa gue lupain. Gue sakit hati. Lo tau, malem itu gue nangis di kamar. Nggak nyangka elo bakal ngomong gitu. Gue berubah kayak gini, bukan karena takut dibilang jelek. Gue cuma nggak mau jadi cacat mata dan cacat gigi lagi. Udah selesai semua masa behel dan kacamataan. Gue pengen di muka gue cuma ada hal yang semestinya nggak dikasihin apa-apa. Bukan karena elo. Tapi, ada sedikit bagian dari semua itu yang menyangkut masalah waktu itu, Zayn. Gue pengen elo ngeliat gue jadi cewek yang bisa lo bilang menarik. Cewek sempurna yang selalu ada di cerita, novel, atau film. Atau apapun. Biar cowok-cowok naksir. Gue cuma pengen itu. Dan gue pengen nunjukin kalo gue ini nggak jelek!" Saat selesai bicara, Anggi sudah menangis.
Zayn memeluk gadis rapuh ini. "Elo denger baik-baik, ya. Kalo elo sesempurna cewek-cewek itu, saingan gue makin banyak. Tapi, bukan berarti gue pengen elo jelek. Nggak. Gue cuma pengen elo jadi diri sendiri. Kalo elo nyaman sama diri lo yang sekarang, gue seneng. Gue cuma minta elo jadi diri sendiri. Bukan jadi seseorang yang pantes dianggap ini-itu sama orang lain. Karena, gue suka sama elo bukan atas dasar itu. Gue suka sama elo karena gue pikir elo adalah elo yang sebenernya. Nggak ada bedak dan apapun. Natural! Alami. Tapi, kalo emang yang gue liat sekarang adalah elo yang sebenarnya, gue seneng."
"Beneran, Zayn?" tanya Anggi dengan sedikit terisak.
"Iya," jawab Zayn lembut. "Sekarang, jangan nangis lagi. Ntar, gue dikira ngapa-ngapain elo sama nyokap-bokap elo."
Anggi mengusap airmatanya. "Makasih, ya."
"Sekarang, gue punya satu soal buat elo," ucap Zayn.
"Apa?" tanya Anggi.
"Elo mau jadi pacar gue?" tanya Zayn penuh harap. Anggi tersenyum, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Zayn. Kemudian, ia mencium pipi Zayn.
"I'd love to," jawab Anggi sambil membiarkan warna merah menyebar di pipinya.
Zayn tersenyum dan memeluk pacar barunya. "Be yourself, baby."
***
"Pake behel?! Nggak, deh, Ma!" teriak Anggi memohon-mohon mamanya supaya nggak dipasangin behel.
"Kak, kamu harus dipasangin behel. Gigi kamu udah centang-prenang begitu," balas mama.
"Huh.. Yaudah, deh. Makin jelek aja aku ini dipakein behel," gerutu Anggi.
Rei, adik Anggi tertawa. "Kasian, deh.."
#
"Gi, lu pake behel sekarang?!" teriak Bella, kaget setengah mati!
"Nggak, gue pake kawat tukang bangunan," jawab Anggi kesal. Sambil meringis, ia menutupi mulutnya dan duduk di bangkunya dengan manis semanis-manisnya manis. ._.
"Sejak kapan?"
"Sejak jaman purba, Bel. Udah, ah, gak usah tanya-tanya," protes Anggi jauh lebih kesal.
Bella tertawa-tawa. Tanpa disadari, dari sisi lain kelas, bagian para panyamun, alias cowok-cowok, Zayn menatap ke arah Anggi.
"Ngeliatin siapa?" goda Romi pada Zayn.
"Setan, Mi," balas Zayn.
Romi tertawa terbahak-bahak dan melanjutkan ketawanya sambil menyalin PR. Zayn akhirnya berhenti menatap Anggi dan ikutan nyalin PR. Sementara itu, sebagian besar anak kelas jadi heboh ikutan nyalin PR juga. Karena kalo kerjaan ini nggak dikerjain, gurunya bisa GO-CRAZY di ceramahnya.
#
"Napa lu?" tanya Bella pada Anggi saat jam istirahat.
"Lo bayangin deh, Bel, gue udah pake kacamata, kulitnya nggak putih, terus behelan. KURANG JELEK APA GUE?!" geram Anggi sambil menyenderkan bada ke tembok.
"Kurang jerawatan," jawab Bella sekenanya.
"Sialan," balas Anggi.
"Gi, elo tuh, boleh ngatain diri lo cantik. Boleh. Tapi, elo harus tau juga, kalo nggak cuma elo yang nilai diri elo. Orang lain juga. Siapa tau, ada orang yang nilai elo cantik. Atau, ada orang yang nilai elo imut," ujar Bella, belagak bijak. "Dan, setau gue, orang itu adalah orang buta."
Anggi yang udah tersenyum jadi mewek lagi. "Elo emang sahabat yang lengkap. Lengkap ngatain, muji, ngerendahin, ninggin, belain, nyalahin. LENGKAP, deh."
"Jahahaha.. Tapi, tadi gue serius. Pasti adalah. Dan dia nggak buta," jawab Bella mencoba menenangkan. Anggi tersenyum.
Beberapa menit kemudian, Romi dan Zayn masuk ke dalam kelas. Seperti biasa, mereka membuat rusuh isi kelas. Dari mulai godain yang cewek-cewek sampe godain yang cowok-cowok.
"Hai, Bella!" sapa Romi pada Bella.
"Hai, gila!" jawab Bella ketus.
"Eh, nggak boleh gitu, Bel. Setidaknya, makhluk ini pernah jadi mantanmu," komentar Anggi.
"Sialan lu, Gi!"
"Hahaha..."
Zayn yang melihat Anggi ketawa jadi nggak jadi ngegodain yang cewek-cewek. Kayaknya, ini orang kesambet. Soalnya, dia nggak pernah se-terpana ini sama cewek.
"Napa lu?" tanya Bella menegur Zayn.
"Temen lu pake behel?"
"Iyo. Cantik, kan?"
"Hahaha..."
Anggi manyun. Bella ngakak. Romi ganteng! <<< (obsesi pribadi penulis, maap) Zayn sendiri hanya tersenyum dan balik ke tempat duduknya dan bergabung dengan cowok-cowok lainnya.
#
Minggu depan, dikabarkan ada pertukaran pelajaran dari Amerika. Dari sekolah Anggi, dikirim 2 orang. Zayn dan Anggi. Tadinya, Bella jadi usul ketiga, tapi karena saat seleksi, Bella kurang satu nilai dari standard, jadi dia gugur.
Sabtu ini, Anggi siap-siap sama barang-barangnya. Soalnya, pertukaran pelajarnya itu selama setengah semester. Alhasil, omnya Anggi, yang ada di Amerika dan kebetulan dekat dengan lokasi sekolah Anggi, menjadi rumah sementara Anggi dan Zayn. Setelah dimusyawarahkan bersama guru dan kepala sekolah, omnya Anggi menerima permintaan itu dengan senang hati.
#
"Kamu sekarang pake behel, Gi?!" tanya Om Andre, saat mendapati keponakannya ada di depan di rumahnya.
"Hehe.." tawa Anggi dengan terpaksa.
Zayn yang jadi kambing congek hanya ngangguk-ngangguk sok banget ngerti. Kemudian, salah satu guru yang ikut, Mr. Drew, guru bahasa Inggris mereka, sedikit berbincang dengan Om Andre. Rumah Om Andre yang gedenya nggak segede rumah Zayn ataupun Anggi, tapi nyamannya minta ampun, membuat kesan kekeluargaan sangat terlihat. Zayn dan Anggi dipersilakan untuk memilih kamar sendiri.
"Gi, elo mau yang kiri apa yang kanan?" tanya Zayn saat sampai di depan dua pintu kamar.
"Yang kiri aja. Elo yang kanan aja. Lagian, gue males deket tangga," ujar Anggi.
"Oke, deh," jawab Zayn.
#
Sekolah di Amerika itu sama aja kayak sekolah di SD. Belajarnya belum terlalu serius. Seriusan, deh.. Banyakan mainnya. Zayn dan Anggi yang satu kelas di SMP Urbana Middle School, jadi sedikit lebih banyak mundur ketimbang maju. Soalnya, pelajaran SMP di Indonesia sama di Amerika bener-bener beda banget!
"Hey!" sapa Greg, cowok sebangku Anggi.
"Hi! Are we gonna use all these things?" tanya Anggi dengan lancar. Maklum, Anggi ada keturunan Amriknya dan dia sempat menghabiskan waktu selama empat tahun di sana waktu kecil.
"Probably. Anyway, I'm your lab partner and your seat-mate now," jelas Greg.
"Kay," jawab Anggi.
Di lain sisi, Zayn dipasangkan dengan cowok bernama Ethan. Ethan terkenal gaul di kelas dan terlihat jelas dari cara dia banyak disapa di lorong. Zayn harus bisa keep-up sama ketenaran Ethan kalau dipasangkan dengan anak itu.
"Wassup?" tanya Ethan sambil mengepalkan tangan mengajak hand-shake.
"Not much," balas Zayn membalas kepalan tangan itu.
"Anyway, what're we doing again?" tanya Ethan.
"Chemistry," jawab Zayn singkat.
"You know, there's a new chick right there. She looks nice," komentar Ethan.
"Hah? Anggi?" tanya Zayn kaget setengah tidak suka.
"Yeah. Who else?"
"She's actually my friend."
"Not yours, right?"
"Nope. What? You like her?"
"Kinda. She looks cute."
"With braces and glasses? Seriously, dude?"
"Yeah. What's wrong with that?"
"Um.. Nothing. Never mind."
#
Malamnya, Zayn merenung di kamar dan memikirkan kata-kata Ethan tadi siang. Memang, apa yang salah dengan behel dan kacamata? Zayn, yang selama ini ternyata naksir sama Anggi, agak sedikit merasa tersaingi. Zayn selalu berpikir kalo dia udah gila naksir sama cewek berbehel dan berkacamata. Jelek, kan? Menurut cowok sih, yang kayak gitu itu nggak menarik! Karena itu, Zayn nggak pernah terus terang. Lagian, bisa dibilang nggak waras dia sama Romi dan segerombolan temennya yang lain kalo sempet ketauan naksir cewek kayak Anggi. Nggak, deh.
Tapi, semua itu gugur saat Ethan berkata seperti itu. Diam-diam, Zayn merasa dia harus cepat-cepat berterusterang.
Di kamar lainnya, Anggi kesemsem. Soalnya, tadi, Greg baiiiiiiik banget sama dia. Ethan juga. Padahal, dia belum kenalan dan nggak begitu kenal mereka. Dua-duanya cakep lagi. Ih, jadi pecicilan deh, si Anggi! ._.
TOK! TOK! TOK!
"Masuk!"
Muncul Zayn di depan pintu mengajak Anggi keluar. Anggi ikut saja, soalnya males juga berubah jadi orang gila mikirin Ethan dan Greg terus. Mending ikut Zayn cari angin.
"Om, kita jalan-jalan, ya," pamit Zayn pada Om Andre.
"Oke. Be back before nine!" Om Andre mengingatkan.
"Sip!"
Di luar udara cukup dingin. Untung, Zayn dan Anggi memakai baju hangat. Anggi sambil sok banget kalem berjalan di sebelah Zayn. Aslinya, Anggi loncat-loncat inget kejadian hari ini yang masih nempel banget di benaknya.
"Kenapa senyum-senyum?" tanya Zayn yang rupanya memerhatikan Anggi dari tadi.
"Nggak," jawab Anggi singkat.
"Gara-gara Ethan, ya?" tanya Zayn tepat.
Anggi makin sumringah. "Haha.. Kok, tau?"
"Dia bilang ke gue tadi. Dia rada naksir sama elo," jawab Zayn ketus.
"Serius?"
"Iyo."
"Kok, bisa?"
"Gue juga nggak ngerti."
"Oh."
Kemudian, suasana malam yang tadi sempat berisik jadi sunyi lagi. Anggi masih senyum-senyum. Zayn masih diam saja. Nggak berani berkata apa-apa lagi. Ya, aslinya bukan nggak berani, tapi males ngelanjutin. Takutnya ntar salah ngomong.
#
Paginya, seperti biasa, Zayn dan Anggi pergi ke sekolah bareng. Gimana nggak? Rumah Om Andre itu kurang sekilo dari sekolah. Jadi, mereka juga bisa tinggal jalan bareng. Di tengah jalan, Ethan tiba-tiba muncul dan menawari tumpangan.
"Wanna come with me?" tanya Ethan.
"Haha.. Sure. How about Zayn?" tanya Anggi merasa rada nggak enak.
"You can go. I'll walk," jawab Zayn singkat.
"Kay. Let's go," ajak Anggi pada Ethan.
Ethan tersenyum dan melanjutkan perjalanannya bersama Anggi. Zayn hanya meringis diam-diam. Sialan, Ethan! bisiknya dalam hati.
#
"Lo kenapa, Zayn?" tanya Anggi di kafetaria sekolah.
"Nggak, kok. Lo nggak sama Ethan?" tanya Zayn.
"Nggak diajakin. Lagian, dia ngumpul bareng anak-anak basket. Masa gue mau ikutan?" jawab Anggi.
"Greg?"
"Dia? Dia lagi ngumpulnya sama senior. Gue jadi kambing congek, Zayn," jawab Anggi.
"Jadi, elo bareng gue lunch-nya cuma gara-gara nggak bisa ngumpul bareng gebetan-gebetan lo? Bagus banget, Gi," jawab Zayn rada menyinggung.
"Heh, kok lo gitu, sih?" tanya Anggi nggak ngerti.
"Udah, deh. Lagi males ngomong, Gi," ujar Zayn sensi.
Sepulang sekolah, habis makan siang, Zayn nggak bicara-bicara lagi sama Anggi. Anggi padahal udah nyoba segala macem supaya Zayn nggak kesel dan bete lagi sama dia. Tapi, semua itu sia-sia. Zayn itu rada nggak jelas kalo nggak ada Romi. Soalnya, ternyata Zayn itu nggak setipe sama Romi. Romi itu gila dan demen banget godain cewek dan dia nggak gampang bete sama cewek manapun. Kalo Zayn itu tipe yang nggak bisa ditebak.
TOK!TOK!TOK!
"Masuk!"
Anggi membuka pintu dan masuk ke dalam kamar Zayn. Wajah Zayn langung berubah. Yang tadinya biasa-biasa aja, jadi nggak biasa-biasa aja. Keliatan banget. Dasar cowok! Susah ngeboong!
"Lo kenapa, sih?" tanya Anggi.
"Urusan cowok. Sono gih, mending elo istirahat di kamar lo sendiri. Nggak baek cewek-cowok satu kamar," ujar Zayn.
"Dih? Yaudah. Kalo gitu, besok gue males jalan bareng sama elo ke sekolah. Mending sama Ethan aja. Dia baik banget," ucap Anggi makin membuat Zayn kesel.
"Terserah," jawab Zayn. "Ethan gila bisa suka sama elo! Cewek behelan dan berkacamata! Nggak ada menariknya!" Zayn mengucapkan secara tidak sengaja.
Anggi yang mendengar itu semua merasa sakit hati! Banget! BANGETAN!! Lo bayangin aja, deh. Cowok ngomong gitu ke elo. Kira elo nggak menyakitkan?! Cewek itu, walaupun jelek sejelek apapun, tetep aja bisa dibilang cantik! Nggak pantes cowok bilang cewek jelek! Nah, kalo ceweknya bangsat, baru boleh! Anggi kan, nggak. Tanpa sadar, Anggi menangis sambil keluar dari kamar Zayn.
#
Esoknya, rumah Om Andre nggak ribut lagi. Soalnya, Anggi dan Zayn sama-sama lagi nggak mau saling bicara. Om Andre nggak begitu ingin tahu. Dia bukan tipe orangtua yang kepengen banget ikut campur masalah remaja.
"What's wrong?" tanya Ethan, yang ternyata ada di depan rumah Om Andre. Nggak tau dia tau dari mana.
"Nothing," jawab Anggi bete.
"Is it abut Zayn?" tanya Ethan yang penasaran.
"Yes," jawab Anggi jujur.
"What did he do?" tanya Ethan lagi.
"He called me with mean things. But, it's all right," jawab Anggi berusaha melupakan kejadian kemarin.
"Really?" Ethan masih tidak percaya. Dia langsung berniat untuk menghajar Zayn.
#
BUK! Lapangan belakang UMS sudah ramai. Ethan menghajar Zayn. Anggi nggak kepengen tau lagi. Dia jadi illfeel sama kedua-dua cowok itu. Ethan nggak lagi jadi cowok baik hati di mata Anggi! NGGAK! Nggak juga Zayn!
#
Tak sadar, sudah setengah semester berlalu dan dua bulan lagi, Zayn dan Anggi akan balik ke Indonesia. Semenjak kejadian tonjok-tonjokan itu, Zayn dan Ethan diberi kartu kuning dari guru dan Anggi juga ngasih isyarat supaya nggak usah deket-deket sama dia lagi. Zayn merasa bersalah. Ethan juga, tapi Ethan gampang balik lagi jadi biasa aja. Dia nggak lagi naksir Anggi.
"Kamu tanya Zayn aja. Siapa tau, dia ngerti," ujar Om Andre. Anggi yang sedang kesulitan sama PR geografinya, jadi sedikit masa bodo. Soalnya, kalo udah menyangkut Zayn, pasti dia harus bicara sama Zayn dan harus ngungkit kejadian berbulan-bulan lalu lagi. Males! Tapi, dia nggak bisa ngelak. Kali ini, emang Anggi butuh banget sama Zayn.
TOK! TOK! TOK!
"Masuk!"
"Gue cuma mau nanya satu nomor, kok. Di luar aja," jawab Anggi belum membuka pintu.
Akhirnya, Zayn keluar dan menatap Anggi dengan wajah cerah. Setelah berbulan-bulan tanpa obrolan panjang, Anggi akhirnya mau juga memulai komunikasi lagi.
"Ya udah. Seenak lo aja," ujar Zayn hati-hati.
Anggi duduk di dekat tangga. Zayn duduk di sebelahnya.
"Nomor 20, deh," ucap Anggi langsung ke inti permasalahan.
Zayn membaca soal dan langsung menemukan jawaban. Setelah itu, Anggi berterimakasih dan kembali ke ruang keluarga di lantai bawah.
"Anggi," panggil Zayn sambil menatap lurus ke kedua bola mata Anggi.
"Kenapa?" balas Anggi ketus.
"Maaf, ya," jawab Zayn singkat, tapi tulus.
Anggi diam dan melanjutkan langkahnya ke bawah. Persetan Zayn! Dia udah terlanjur nyakitin gue sama kata-katanya waktu itu! Cewek itu nggak gampang maafin kalo udah disakitin hatinya sama kata-kata kayak gitu! Fuck you, Zayn! maki Anggi dalam hati.
#
Zayn dan Anggi sudah kembali ke Indonesia. Mereka juga sudah balik lagi ke sekolah lama. Bella, semenjak Anggi jadi teman sebangkunya lagi, jadi sering menggodanya dengan ejekan 'Gi, lu jadian sama Zayn?' Anak itu benar-benar sialan!
Romi dan kawanan Zayn juga nggak kalah seru godainnya. Menjurus ke bokep, jadinya harus disensor.
"Lu kalo suka sama dia, gue nggak bakal ngejek. Aslinya, Anggi imut, kok," ujar Romi.
"Monyet!" balas Zayn sambil melayangkan tamparan di pipi Romi. Sohibnya itu meringis pura-pura sakit.
#
Kelas 10 sudah berakhir. Tidak terasa, cepat juga. Selama liburan, Anggi sibuk minta udahan dibehel. Alhasil, selesai proses behel-membehel dan kini gigi Anggi lumayan lebih bagus dari yang sebelumnya. Sementara itu, mama mengiyakan pinta Anggi untuk menggunakan kontak lens ketimbang kacamata. Anggi yang selalu nggak pengen kacamataan jadi seneng banget-bangetan! Selain itu, cewek yang demen banget bilang kulitnya hitam, padahal putih itu, jadi lebih pede sama penampilannya yang sekarang. Rambut cokelat tuanya sudah panjang sebahu dan nggak seberantakan dulu pas kelas 10. Pokoknya, untuk kelas 11 nanti, Anggi udah cakep!
#
Tidak disangka, kelas 11 mengulang sejarah. Nggak ada rolling-kelas lagi! Sialan!!! Anggi udah gedeg banget sama anak-anak kelas 10 yang kemarin terutama Zayn. Tapi, kali ini, Anggi nggak mau ambil pusing. Persetan Zayn!
"Kok, elo berubah, Gi?" tanya Bella.
"Masa harus sama terus?" balas Anggi.
"Bagus, deh. Behel sama kacamata lo disimpen, ya. Kenangan buat masa depan. Supaya, nggak sok banget cantik," ujar Bella sambil bergurau.
"Sialan!" jawab Anggi mendadak bete.
"Jahahaha... Sekarang, cantiknya gue jadi ada saingan," ucap Bella pede. Anggi menggeleng-geleng sambil ngakak.
Zayn terpana melihat penampilan baru Anggi. Romi juga. Ah, ini orang mah, kalo liat cewek cantik sedikit aja, langsung sikat!
"Cie, udah cantik," goda Romi.
"Makasih. Cie, yang masih buluk!" balas Anggi.
"Jangan gitu. Ntar, naksir, loh," balas Romi membuat Anggi diam.
"Makasih, deh, Rom. Gue masih waras," jawab Anggi giliran membuat Romi diam.
Kemudian, dengan purik, Romi digiring Zayn ke bangku mereka. Romi hanya memainkan mata pada Anggi setelah itu. Zayn sendiri senewen melihat sohibnya rada sumringah gara-gara cewek yang dia taksir. Kampret!
#
"Anggi!" panggil Zayn seusai sekolah dan saat sekolah udah lumayan sepi.
"Apa? Gue mau pulang, nih," jawab Anggi ketus.
"Kok, elo berubah?"
"Gak boleh?"
"Gak."
"Apa hak lo?"
"Nggak ada."
"Terus, kenapa gue gak boleh berubah?"
"Karena orang yang naksir sama elo pas elo masih kayak dulu bakal nggak naksir lagi."
"Siapa orangnya? Bodo amat. Siapa suruh naksir sama gue yang JELEK?!" balas Anggi menekankan kata JELEK.
Zayn mendekat. "Gue minta maaf. Sekali lagi, Gi! Waktu di Amrik, gue bener-bener nggak sengaja ngucapin itu."
"Halah.. Udah, gue nggak mempermasalahkan itu, kok. Udah, ah.. Gue mau pulang," ucap Anggi tegas.
"Tunggu. Setidaknya, ada yang beranggapan kalo elo cantik sebelum elo berubah," kata Zayn yang mengubah langkah kaki Anggi.
Anggi, sedikit jual mahal, berkata, "Gue harus peduli?"
"Iya. Supaya elo sadar kalo elo itu nggak jelek. Elo cantik," jawab Zayn. "Gue naksir sama elo yang lama. Elo yang pake kacamata dan behel yang menurut gue imut. Kesannya aneh, tapi itulah yang terjadi. Gue bilang elo jelek, karena gue masih belum paham sama perasaan gue. Tapi, sekarang, gue sadar kalo elo yang udah berubah nggak secantik elo yang dulu."
Anggi kaget. "Dasar cowok! Gue nggak butuh itu semua! Gue mau pulang, Zayn."
#
Malamnya, Anggi kedatangan tamu. Tidak lain tidak bukan, Zayn adalah tamunya. Zayn mengajak Anggi cari udara segar. Dengan gedeg plus kesal berat, Anggi mengiyakan.
"Kalo elo nggak jadi ngomong, gue pulang," ancam Anggi.
"Ntar. Gue cuma pengen tau aja. Elo naksir balik gak sama gue?" tanya Zayn.
Anggi diam.
"Kalo nggak, gue gak masalah," jawab Zayn rada kecewa.
Anggi menarik nafas. Lalu, "Gue suka sama elo. Tapi, gue sedih pas elo bilang gue itu nggak menarik. Sampe sekarang, kejadian itu belum bisa gue lupain. Gue sakit hati. Lo tau, malem itu gue nangis di kamar. Nggak nyangka elo bakal ngomong gitu. Gue berubah kayak gini, bukan karena takut dibilang jelek. Gue cuma nggak mau jadi cacat mata dan cacat gigi lagi. Udah selesai semua masa behel dan kacamataan. Gue pengen di muka gue cuma ada hal yang semestinya nggak dikasihin apa-apa. Bukan karena elo. Tapi, ada sedikit bagian dari semua itu yang menyangkut masalah waktu itu, Zayn. Gue pengen elo ngeliat gue jadi cewek yang bisa lo bilang menarik. Cewek sempurna yang selalu ada di cerita, novel, atau film. Atau apapun. Biar cowok-cowok naksir. Gue cuma pengen itu. Dan gue pengen nunjukin kalo gue ini nggak jelek!" Saat selesai bicara, Anggi sudah menangis.
Zayn memeluk gadis rapuh ini. "Elo denger baik-baik, ya. Kalo elo sesempurna cewek-cewek itu, saingan gue makin banyak. Tapi, bukan berarti gue pengen elo jelek. Nggak. Gue cuma pengen elo jadi diri sendiri. Kalo elo nyaman sama diri lo yang sekarang, gue seneng. Gue cuma minta elo jadi diri sendiri. Bukan jadi seseorang yang pantes dianggap ini-itu sama orang lain. Karena, gue suka sama elo bukan atas dasar itu. Gue suka sama elo karena gue pikir elo adalah elo yang sebenernya. Nggak ada bedak dan apapun. Natural! Alami. Tapi, kalo emang yang gue liat sekarang adalah elo yang sebenarnya, gue seneng."
"Beneran, Zayn?" tanya Anggi dengan sedikit terisak.
"Iya," jawab Zayn lembut. "Sekarang, jangan nangis lagi. Ntar, gue dikira ngapa-ngapain elo sama nyokap-bokap elo."
Anggi mengusap airmatanya. "Makasih, ya."
"Sekarang, gue punya satu soal buat elo," ucap Zayn.
"Apa?" tanya Anggi.
"Elo mau jadi pacar gue?" tanya Zayn penuh harap. Anggi tersenyum, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Zayn. Kemudian, ia mencium pipi Zayn.
"I'd love to," jawab Anggi sambil membiarkan warna merah menyebar di pipinya.
Zayn tersenyum dan memeluk pacar barunya. "Be yourself, baby."
0 comments:
Post a Comment