Sepulang sekolah, Naura berdiri menunggu Nick di depan pintu kelasnya. Nick yang kebetulan lewat di depan sana, mengajak Naura pulang. Dari kejauhan, Natalie yang baru saja ingin menyapa Nick, menahan langkahnya. Kemudian, ia menarik nafas menghilangkan sesak di dada dan jalan menuju depan sekolah untuk pulang.
"Nick, you really have to tutor me tonight. I didn't get any of it. God!" erang Naura seraya mereka berjalan untuk pulang.
"I will. Don't worry," ujar Nick menenangkan Naura. Di sudut mata Nick, terlihat Natalie yang sedang sendirian menunggu jemputan. Muncul inisiatif untuk menemani gadis itu. Tapi, jika ia menemani Natalie, NAURA GIMANA?!?!?!? Alhasil, Nick menghela nafas dan memilih untuk pulang bersama Naura saja hari ini. Lagipula, Nathan pasti nanti akan mengantar Natalie pulang.
###
Esoknya, sekolah mengedarkan pengumuman "PENSI". Akan ada ajang pentas seni dalam beberapa waktu dekat ini. Nathan memanggil anak-anak band untuk latihan secara teratur. Selain itu, orkestra sekolah kembali akan menyumbang sebuah penampilang besar dan megah. Natalie, yang musiknya sudah meningkat dan improv, kali ini diletakkan sebagai pemain piano solo. Awalnya, Natalie pikir akan rumit. Tapi, ia selalu ingat kalo segala sesuatu itu harus selalu dicoba dulu.
BUK! Natalie dan Nick bertabrakan saat keduanya buru-buru masuk ke latihan untuk penampilan pensi.
"Nat, elo nggak apa-apa, kan? Ada yang sakit nggak? Kalo ada, gue bawa ke PMR, deh," cecar Nick sungguh khawatir.
Natalie memegangi lututnya yang tadi terhempas ke lantai. "Lutut doang, nih. Nggak usah, Nick. Ntar, elo terlambat latihan band."
"Udah, ayo gue anter. Gue nggak mau elo kenapa-napa," ujar Nick keceplosan mengungkapkan isi hatinya.
Natalie memandangi Nick untuk sebentar, sebelum Nick membopongnya ke ruang PMR yang berada di lantai bawah dekat T.U yang lumayan makan tenaga. Natalie mengalungkan lengannya di leher Nick.
Hal ini bakal terjadi jika ada kebetulan dan ketidaksengajaan. Cuma karena itu, Nick. Aku nggak akan dapet hal yang tulus, batin Natalie meringis.
Andai elo tau, Nat, gue bener-bener nggak mau nyakitin elo. Gue udah cukup jahat udah ngecewain dan ninggalin elo. Gue nggak mau batin dan fisik elo sakit semua, batin Nick sambil berusaha membopong tubuh Natalie. Ia mengerahkan semua tenaganya.
"Makasih ya, Nick," ucap Natalie saat Nick keluar dari ruang PMR.
"Nggak usah bilang makasih. Gue ikhlas, kok," balas Nick.
Kemudian, Nick pamit untuk latihan band. Dia sudah telat 10 menit dari waktu yang seharusnya. Tapi, yang lain pasti ngerti.
###
"Naura, my mom will pick you up at 4. So, you're gonna go home with her today. I have some other things to do before going home," ujar Nick pada Naura.
"Okay. Take care," balas Naura sambil berlalu. Nick tersenyum.
Gue harus pulang bareng Natalie hari ini, bisik Nick dalam hati.
Jam pulang sekolah sudah berbunyi untuk keempat kalinya, Natalie membereskan bukunya. Saat hendak ingin pergi dari kelas, Nick menyusulnya. Seperti kejadian sebelum berangkatnya Nick ke Australia, mereka menyusuri lorong sekolah sebagai teman baik. Sama seperti dulu. Hanya saja, kali ini keduanya berusaha sedikit lebih hati-hati. Karena, keduanya berpikir mereka sudah saling terlambat dan memang ditakdirkan untuk sekedar berteman.
"Pulang bareng, yuk," ajak Nick ramah. Ia berakting seperti semuanya bukan masalah besar.
Natalie tersenyum dan mengangguk. Please, jangan jadi harapan palsu gue, Nick, ucap Natalie dalam hati.
Di perjalanan pulang, Natalie mencoba untuk rileks dan menjadi dia yang sebenarnya. Nick juga seperti itu. Semuanya anggap saja tidak pernah terjadi.
"Gimana Australia?" tanya Natalie.
"Enak banget. Coba elo ikut," ucap Nick.
Natalie tersenyum. "Pasti kamu dapet pacar, ya?"
Natalie masih yang dulu. Masih penggemar aku-kamu, batin Nick senang. "Hahaha... Iya, kali."
"Cieee... Seharusnya, kamu PJ-in aku, tuh. Biar lebih langgeng," ujar Natalie sedikit menyindir.
"Lebih langgeng? Gue udah putus dari lama, Nat," sangkal Nick membaca arah pemikiran Natalie.
"Terus, adek kelas yang deket banget sama kamu itu siapa?" tanya Natalie terlihat sekali ingin tahu dan penasaran serta rasa cemburu.
Nick tersenyum. Dari dulu, elo emang gampang kebaca perasaannya, batin Nick merasa menang. "Dia anaknya temen bokap-nyokap gue. Gue anggep adek. Bukan pacar, Nat." Nick diam, lalu, "Kenapa? Elo nggak suka gue deket-deket sama Naura? Cemburu?"
Natalie memerah. "Ih, geer banget. Lagian, kamu sama si Naura-Naura itu keliatan kayak kembar dempet. Berduaan mulu. Kalo beneran pacaran kan, aku mintain PJ. Lagi bokek, nih, Nick." Natalie berusaha menyangkal dan bertingkah seolah-olah dia tidak cemburu.
Nick seperti dihantam batu. Natalie ternyata cuma bergurau. "Liat nanti. Gue jodoh nggak sama dia. Kalo jodoh, dia pasti mutusin pacarnya yang ada di Australia. Kalo nggak, gue tetep ngejomblo, deh."
"Kasian..." ledek Natalie.
"Elo masih sama Nathan, kan?" tanya Nick hati-hati. Berhati-hati untuk tidak terdengar cemburu dan berhati-hati untuk tidak menyakiti hatinya sendiri.
Natalie menggeleng. Diam-diam, dengan siasat tertentu, Nick menghembuskan nafas lega.
"Kok, nggak cerita ke gue, sih?" pancing Nick agak-agak mirip temen cewek yang kepengen banget tau.
"Ngapain? Emangnya, sahabat harus tau semuanya?" tanya Natalie. Ia menyesal melontarkan perkataan seperti itu.
"Oh.. Bukannya sahabat emang harus terus terang, ya?" balas Nick sambil mengangkat alisnya.
"Sok tau," jawab Natalie pura-pura ngeyel. Aku rasa kalo situasinya kayak apa yang aku alami sekarang, 'sahabat harus terus terang' itu cuma buat bikin malu aja, batin Natalie.
Nick tertawa. "Jangan ngambek, dong. Ntar, nyamain nenek lampir, loh."
Natalie tambah purik!
###
Berhari-hari setelah kembalinya persahabatan Natalie dan Nick, semua terasa nyaman dan biasa. Nick sudah kembali bisa mengatur emosinya. Natalie sendiri bisa menahan diri dan kembali menjadi seseorang yang pasif. Menunggu. Hal yang menyakitkan dan abu-abu.
Pensi juga ternyata sudah semakin dekat. Dua minggu lagi. Nick sudah berterus terang pada Nathan bahwa dirinya menyukai mantannya Nathan. Jadi, band mereka mengistimewakan satu penampilan dari Nick buat Natalie. Nathan juga sudah membocorkan bagaimana perasaan Natalie terhadap Nick. Tapi, karena memang perasaan Natalie masih belum ketebak, Nick hanya bisa berharap responnya nanti akan sesuai dengan keinginannya.
"Kak Natalie!" panggil Naura.
"Ya?" jawab Natalie.
"Dicariin Kak Nick," ujar Naura.
"Dimana?"
"Di kelas kakak."
"Sekarang?"
"No. Next year. Obviously..."
"Maap-maap. Oke, deh. Makasih, ya, Naura."
"You're welcome, Kakak cantik."
Natalie tersenyum. Ia berjalan menuju kelas dan menjumpai Nick. Ternyata, Nick hanya ingin melihat PR matematika yang kemarin diberikan sang guru. Soalnya, di kelas, kalo sudah menyangkut matematika, Natalie itu rada-rada bisa dikategorikan rajin. Kalo mengandalkan teman-teman lain, bakalan positif dapet omelan guru.
"Ih, kirain ada apa," gerutu Natalie.
"Maaf, ya," jawab Nick sambil nyengir kuda.
###
OLD-SCHOOL GOES MODERN!
WELCOME PEOPLE
Gerbang sekolah sudah dibuka untuk anak-anak. Pensi akan berlangsung beberapa menit lagi. Para penampil yang sebentar lagi akan tampil sedang dirias dan latihan untuk terakhir kalinya.
Band kali ini mengambil tema kuno. Jadi, semuanya serba pakaian-pakaian anak band jaman dulu. Walaupun begitu, mereka menambahkan sedikit motif-motif jaman sekarang yang bisa dikatakan agak nyentrik.
Anak-anak orkestra memakai baju orang-orang desa yang biasa dipakai di jaman perang. Dari mulai korset sampai baju kodok yang salah satu talinya dilepas agar terlihat lebih moderen.
Natalie memakai korset dan gaun prom yang bermotif jaman dulu. Hiasan wajah dan sepatunya diberikan sentuhan modern. Kemudian, semua memakai ikat kepala dan bagi yang perempuan, rambutnya digerai.
Yang akan menampilkan tarian, lebih intensif lagi. Mereka yang dari break-dance, mengubah banyak gerakan menjadi tap-dance. Tapi, baju dan seragam tari yang dipakai berlapis-lapis sampai tiga layer. Jadi, mereka akan menggabungkan duel nari jaman dahulu sama duel nari jaman sekarang.
Penampilan pertama dibuka oleh orkestra dengan lagu "Canon In D". Setelah begitu banyak aransemen, terciptalah lagu yang sedikit lebih singkat dari yang aslinya. Kemudian, disambung lagu "Symphony No. 5 (Op. 67)" dari Ludwig Van Beethoven. Terakhir, mereka memainkan lagu mixed dari "Ode To Joy" dan "Fur Elise". Ada istirahat sekitar empat ketuk, kemudian, piano memainkan sesi solo dengan lagu "Love Story". Disambung oleh biola dan alat musik lainnya dengan lagu "First Love" dan diakhiri lagu "Keep Holding On".
Penampilan dari orkestra sekolah Natalie diberikan standing ovation oleh seluruh penonton.
Penampilan kedua adalah tari. Penampilan ketiga diisi oleh beberapa puisi dan semacam drama musikal. Salah satu penampilan yang ada di urutan tengah diisi oleh band.
"I dedicated this song to someone I truly love.. I just hope she stops waiting and starts realizing that I've been waiting and searching for the best moment to come. So, maybe today could be my best moment to confess," Nick membuka penampilan.
I've been alone with you inside my mind...
And in my dreams I've kissed your lips a thousand times...
I sometimes see you pass outside my door...
Hello!
Is it me you're looking for?
'Cause I wonder where you are...
And I wonder what you do..
Are you somewhere feeling lonely,
Or there's someone loving you..
Tell me how to win your heart...
'Cause I haven't got a clue...
But, let me start by saying I love you...
Oooh...
'Cause you're my lady...
And I am your man...
Whenever you reach for me,
I'll do all that I can...
We're heading for something
Somewhere you've never been
I know you're frightened,
But you're ready to learn...
The power of love...
Oooh...
Baby, with you, with you, with you, with you...
Baby, I wanna be..
With you, with you, with you, with you...
Setelah menyanyikan lagu mixed itu, penonton bersorak meriah. Natalie yang dari tadi diliatin terus sama sang vokalis, jadi salting sendiri. Ia berlari menuju ruang perpustakaan, yang akhir-akhir ini jadi tempat favoritnya dia.
It wasn't for me... batin Natalie meyakinkan dan menguatkan diri. Itu buat Naura. Bukan aku.
Naura tiba-tiba, secara tidak sengaja, datang dan mencari sosok Natalie.
"Kak."
Natalie mengelap airmatanya yang sudah mulai menetes. "Ya?"
"Kak Nick minta kakak pergi ke tempat parkir."
"Buat apa? Kok bukannya nyariin kamu?"
"Ngapain Kak Nick nyariin aku? Kak Nick aja sukanya sama Kak Natalie."
Natalie terdiam dan kaget. "Ha?"
Naura menggigit bibir dan sadar bahwa dia sudah membocorkan rahasia Nick.
"Nggak mungkin, Ra. Dia sukanya sama kamu," jawab Natalie. "Ya sudah, aku ke Nick dulu. Makasih udah dikasih tau."
Di tempat parkir, Nick menyenderkan punggung di dekat pintu pengemudi. Setelah diliatnya Natalie datang, Nick tetap tenang dan mengikuti rencananya.
"Ada apa, Nick?" tanya Natalie sambil menyembunyikan matanya yang habis menangis.
"Kok elo nangis, sih?" balas Nick.
"Nangis? Nggak, kok," jawab Natalie menyangkal.
Nick tertawa. "Udah 17 tahun, hampir 18 tahun, gue kenal sama elo, Nat. Gue tau kapan elo nangis, curhat, dan ngedumel sendiri."
"Iya, aku emang nangis. Terus, kenapa kamu harus nanya kalo udah tau?" jawab Natalie sinis.
"Nat, elo sadar nggak, sih?"
"Apa?"
"Gue tau semua kebiasaan dan tingkah laku elo. Gue tau gaya elo bicara, cara elo bohong, kata-kata jujur elo, dan hampir semua hal tentang elo, gue tau. Gue perhatiin. Gue bingung, Nat. Elo itu apa masih terlalu naif buat nyari tau, atau emang bener-bener masih polos? Gue rasa, elo cuma nggak mau mendekati kebeneran," ujar Nick. "Seandainya elo tau, Nathan, temen-temen band gue yang lain, bahkan temen-temen ngerumpi elo, selalu komentar kalo kita itu punya sesuatu yang saling ngelengkapin. Kata mereka, elo kalo ngomong sama gue selalu beda dari elo ngomong sama orang yang bukan gue. Gue juga begitu. Secara tidak sadar, ada hal yang kita nggak tau, yang menarik perhatian orang. Andai aja, elo nyadar dan bisa respon sama perasaan gue."
Natalie menarik nafas. "Aku sadar. Tapi, aku lebih baik nunggu aja. Aku nggak mau semua yang kita punya rusak karena perasaan pribadi. Aku nggak mau. Lebih baik kamu nggak perlu tau sama sekali daripada kamu tau dan malah ngejauhin aku."
"Nick, aku suka sama kamu, sejak kamu pergi dari Indonesia. Hari-hariku itu kerasa kayak ada yang kurang. Nggak ada lagi yang mau dengerin dan bela-belain nggak tidur cuma buat nampung curhatan aku malem-malem. Sebaik-baiknya Nathan, dia nggak bisa nandingin kamu. Kamu perhatian dan tanpa sadar, aku sebenernya punya karakter sendiri setiap ngomong atau ngobrol sama kamu. Aku sadar, kok, Nick," ucap Natalie membela diri. "Aku cuma nggak mau, hati aku rusak lagi kalo ternyata kamu punya respon yang berbeda."
Nick tertawa. "Kita sama-sama nunggu dan nggak ada yang maju. Aku nunggu kapan saat yang tepat. Kamu nunggu kapan kamu bakal jadi sesuatu yang tepat buat aku."
Nick berjalan mendekat ke Natalie. "I used to think that being your best friend is enough. But, if being more than just best friends could change and developed what we already have, I'd love to be more than just your best friends." Nick melingkarkan tangannya di pinggang Natalie. "I just wanna know what you think."
Natalie salting! Dia gemetaran dan mencoba untuk tidak menatap Nick secara langsung. "Kalo kamu sedeket ini, lebih baik kita temenan aja. Tapi, kalo kamu bisa sama biasanya kayak pas kita sahabatan, aku mau jadi seseorang yang lebih dari temen buat kamu," ucap Natalie sinis.
Nick langsung melepaskan pegangannya. "Jadi, sekarang kita pacaran, nih?"
"Haha... Terserah kamu mau bilang apa. Tapi, aku sayaaaaaang banget sama kamu, Nick," ucap Natalie sambil menghapus sisa-sisa airmatanya.
"Aku juga sayang. Tapi, aku nggak mau liat kamu nangis lagi," balas Nick. "Ntar, cantiknya ilang." Natalie mencubit lengan Nick dengan sayang. "That's my girl.."