Wednesday, November 30, 2011

Okaaaaay~~~

Posted by Unknown 0 comments
So, I was about to log out and do my routine (read= RANDOM DANCING WITH lots of SONGS, but I changed my mind and went to my BF (read= Bear Friend)'s blog. Her blog is... UH-MAZING!!! Like, I understand the randomness of almost everything she's written.

Kaaaay.. My English teacher gave my class and the classes that she's teaching a huge task. We were asked to make a little homemade video with us telling/reading a recount, descriptive, or exposition text. ONE WORD; -WTF- Pfssshhh... I do love cameras and stuff, but it's different now. You know, NORMAL people use cameras for capturing beautiful moments. They don't record anything about TYPES OF F*CKING FRUSTRATING TEXTS!! UGH!! But, I'm still trying to get it done before Saturday. ~.~

Hmm.. You know, if people were asked to pick which 8 grades class is the most BOKEP (read= PERVERTED) class, they'd definitely pick my class. So, this little thing happened earlier this afternoon when my English teacher gave us work to do (again..).. We were asked to make short conversations with A LOT of words in groups. So, my BF, Erin, Seren, and I were in the same team. My brain wasn't working as normal as it used to be atm. There were several words that sounded really pervy such as, ZIPPER, PANTS, BELT, BUTTON, STRIPS, DELICIOUS, etc.
"Gimana kalo 'Undo my button!'?" I asked. And my teammates LOL-ed. The convo went even pervier than that and kinda got attentions from other groups. We were just LMFAO-ing together.
We finally got normal and finished the first page. We got to the second-third-forth-fifth page. Kinda like opening every page with annoyed looks on our faces. Then, on the second page, I saw the word ZIPPER.
"Can I borrow your zipper?" BF asked me.
"No. Use your own!" I replied. Then..
"BUT IT'S STUCK!"
... (Then, I forgot what happened) Then...
"Well, let your thingy NGATUNG SENDIRI!"... awkwardness... BAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA... They literally LMFAO-ed. Then I said, "That came out so wrong!" in between my laughter.
Well... whoever reads this, I'm sorry for making your mind pervier than it ever was. But, it's a good lesson. You finally understand that what they call "8-1 is awesome" blablabla-shit isn't as NORMAL and as PERFECT as they think. I admit that we're smart, but FAR AWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAY FROM NORMAL!!.. *no offense*

Aiightt.... anyway, I'm laper right now and I've been thinking a lot about going out of the country. I MISS USA SOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO FREAKING MUCH!!!
Okaaaaay, bye!

P.S -I SAY terserah A LOT TODAY!!!! 

Something About Love

Posted by Unknown 0 comments
There comes a time when your head can't decide,
your heart takes control..
There comes a moment when your eyes miss the sight,
but your soul captures the view..
There comes a time when a half of your heart is broken,
somebody else's heart heals it..
There comes a moment when blinking is a waste of time,
because what you see is more than just a beauty..

There are times when you find it hard to breath,
because that person makes you breathless..
There's a bunch of times when you find it hard to talk,
because that person twists your tongue..
There's a bunch of times when you find it hard to be calm,
because your heart-beat is unusual..
There are times when waking up is the best thing,
because finally reality is better than your dreams..

There are people who make you laugh,
There's a lot of people who tear you down,
There's a bunch of people who think you're not good enough,
There are people who let you down..
But deep inside your heart,
there's always someone who makes you smile when you cry,
who sets you free up in the air,
who thinks you're the best that has ever happened in their lives,
who promises that they'd never break your heart..

There's something about love that you'll never understand..
When they see you right after you woke up,
they'd say you're beautiful..
There's something about love that you'll never know..
When they secretly admiring you from afar,
they'd write a fairy-tales about you and them..
There's something about love that you'll never see..
When they give everything they have only for you,
but you never notice, they still hope and pray..
There's something about love that always makes you confused..
The way love comes in a sudden,
The way love arrives at unexpected times,
The way love shakes your whole universe,
The way love makes you smile even if you don't wanna,
The way love cuddles you with its warmth,
The way love loves you with all it has,
The way love makes you love it back,
And the way love makes you know that it does exist..

There's always something about love you'll never find out,
you'll never understand,
you'll never know,
you'll never expected,
you'll never see,
you'll never heard of,
and there's always something about you that love always knows..
It knows that you don't know anything about it..
You're just gonna have to accept it with all your faith..

Sunday, November 27, 2011

WHAT'S THE TITLE?!?!?!?

Posted by Unknown 0 comments
Hari ini... gue terpuruk banget di rumah. ASLI!!! Alhasil, gue nonton tivi terus seharian sendirian selagi nyokap-bokap-adek gue pergi... .________________.
Anyway, gue kan lagi nonton Awkward. di MTV SEA sekarang ini. Nah, episode barusan itu buat nyesek banget-nget-nget, meskipun ada a little bit sense of humor. Si Jenna, cewek yang mainin karakter utamanya, disukain dua cowok. Cowok-cowok itu adalah sahabat dekat! .. Cowok satu itu adalah cowoknya Jenna, tapi hubungan mereka itu masih dirahasiakan. Tapi, di malam Formal Winter *apa gitu... gue gak begitu denger*, si Jenna ini pengen banget diajak ke pesta dansa sama si pacarnya. Tapi, malah dia itu diajak sama sahabatnya pacarnya. Dia nolak dengan alasan (lebih tepatnya asumsi dan antusiasme) bakal diajak sama si pacar. Alhasil, si sahabat si cowoknya Jenna itu patah hati.. :'( Nah, on the other hand, pacarnya Jenna itu kan pasti dengerin curhatannya si sahabatnya itu. Jadinya, yang sebenernya si pacarnya Jenna itu udah mau ngajak ke dansa, jadi nggak enak hati sama sahabatnya sendiri. Alhasil, dia nggak jadi ngajak Jenna. Si Jenna, di lain sisi, yang udah berharap dan merasa bahagia (once in her life), jadi sedih. Tibalah pesta tersebut di malam hari. Oh iya, Jenna yang dikecewakan jadi pergi sama si sahabat si pacar. Gue nggak tau apa yang terjadi, karena sambil nonton acara itu, gue juga nonton Encore AMA 2011 di Star World. Hehehe.. Pokoknya, di hari H, si pacar dateng ke rumah Jenna buat nebus kekecewaan Jenna dan patah hatinya. Tapi, Jenna keburu pergi sama si sahabat si pacar. Mantan pacar.. maap.. Di sekolah itu, mereka ketemu dan Jenna kaget kalo ternyata si pacar itu aslinya bakal ngajak dia. Si pacar bilang, (translatenya) "Aslinya, gue bakal ngajak seorang cewek." Si sahabat bilang "Terus, kenapa?" (gue buat kayak dialog aja, ya..) P = pacar S = si sahabat J = Jenna
P : "Lo gak bakal mau tau.."
J : "Gue kepengen tau" (mata berair)
P : "Gue udah ngerencanain semuanya. Tapi, instead of making all of those plans happen, I screwed up. Gue takut kalo gue bakal nyakitin seseorang. Ternyata, malah cewek itu yang sakit hati."
Dan.... Ah, pokoknya gue sudah agak nyes dengerin percakapan mereka. Kasian si cowok. Tapi, gue pribadi milih mending si Jenna sama si sahabat mantan pacarnya aja. Soalnya ya... begitulah...

Maap kalo agak-agak nggak ngerti. Kalo elo mau tau gimana ceritanya, ke rumah gue aja pas ada Awkward Marathon. Hehehe...

Oh iya, mau curhat.. GUE SAKIT LAGI.. #fuck!!! .___. Bye! 

Tuesday, November 22, 2011

Unspoken Chemistry (Part 5)

Posted by Unknown 0 comments
Sepulang sekolah, Naura berdiri menunggu Nick di depan pintu kelasnya. Nick yang kebetulan lewat di depan sana, mengajak Naura pulang. Dari kejauhan, Natalie yang baru saja ingin menyapa Nick, menahan langkahnya. Kemudian, ia menarik nafas menghilangkan sesak di dada dan jalan menuju depan sekolah untuk pulang.
"Nick, you really have to tutor me tonight. I didn't get any of it. God!" erang Naura seraya mereka berjalan untuk pulang.
"I will. Don't worry," ujar Nick menenangkan Naura. Di sudut mata Nick, terlihat Natalie yang sedang sendirian menunggu jemputan. Muncul inisiatif untuk menemani gadis itu. Tapi, jika ia menemani Natalie, NAURA GIMANA?!?!?!? Alhasil, Nick menghela nafas dan memilih untuk pulang bersama Naura saja hari ini. Lagipula, Nathan pasti nanti akan mengantar Natalie pulang.

###

Esoknya, sekolah mengedarkan pengumuman "PENSI". Akan ada ajang pentas seni dalam beberapa waktu dekat ini. Nathan memanggil anak-anak band untuk latihan secara teratur. Selain itu, orkestra sekolah kembali akan menyumbang sebuah penampilang besar dan megah. Natalie, yang musiknya sudah meningkat dan improv, kali ini diletakkan sebagai pemain piano solo. Awalnya, Natalie pikir akan rumit. Tapi, ia selalu ingat kalo segala sesuatu itu harus selalu dicoba dulu.
BUK! Natalie dan Nick bertabrakan saat keduanya buru-buru masuk ke latihan untuk penampilan pensi.
"Nat, elo nggak apa-apa, kan? Ada yang sakit nggak? Kalo ada, gue bawa ke PMR, deh," cecar Nick sungguh khawatir.
Natalie memegangi lututnya yang tadi terhempas ke lantai. "Lutut doang, nih. Nggak usah, Nick. Ntar, elo terlambat latihan band."
"Udah, ayo gue anter. Gue nggak mau elo kenapa-napa," ujar Nick keceplosan mengungkapkan isi hatinya.
Natalie memandangi Nick untuk sebentar, sebelum Nick membopongnya ke ruang PMR yang berada di lantai bawah dekat T.U yang lumayan makan tenaga. Natalie mengalungkan lengannya di leher Nick.
Hal ini bakal terjadi jika ada kebetulan dan ketidaksengajaan. Cuma karena itu, Nick. Aku nggak akan dapet hal yang tulus, batin Natalie meringis.
Andai elo tau, Nat, gue bener-bener nggak mau nyakitin elo. Gue udah cukup jahat udah ngecewain dan ninggalin elo. Gue nggak mau batin dan fisik elo sakit semua, batin Nick sambil berusaha membopong tubuh Natalie. Ia mengerahkan semua tenaganya.

"Makasih ya, Nick," ucap Natalie saat Nick keluar dari ruang PMR.
"Nggak usah bilang makasih. Gue ikhlas, kok," balas Nick.
Kemudian, Nick pamit untuk latihan band. Dia sudah telat 10 menit dari waktu yang seharusnya. Tapi, yang lain pasti ngerti.

###

"Naura, my mom will pick you up at 4. So, you're gonna go home with her today. I have some other things to do before going home," ujar Nick pada Naura.
"Okay. Take care," balas Naura sambil berlalu. Nick tersenyum.
Gue harus pulang bareng Natalie hari ini, bisik Nick dalam hati.

Jam pulang sekolah sudah berbunyi untuk keempat kalinya, Natalie membereskan bukunya. Saat hendak ingin pergi dari kelas, Nick menyusulnya. Seperti kejadian sebelum berangkatnya Nick ke Australia, mereka menyusuri lorong sekolah sebagai teman baik. Sama seperti dulu. Hanya saja, kali ini keduanya berusaha sedikit lebih hati-hati. Karena, keduanya berpikir mereka sudah saling terlambat dan memang ditakdirkan untuk sekedar berteman.
"Pulang bareng, yuk," ajak Nick ramah. Ia berakting seperti semuanya bukan masalah besar.
Natalie tersenyum dan mengangguk. Please, jangan jadi harapan palsu gue, Nick, ucap Natalie dalam hati.
Di perjalanan pulang, Natalie mencoba untuk rileks dan menjadi dia yang sebenarnya. Nick juga seperti itu. Semuanya anggap saja tidak pernah terjadi.
"Gimana Australia?" tanya Natalie.
"Enak banget. Coba elo ikut," ucap Nick.
Natalie tersenyum. "Pasti kamu dapet pacar, ya?"
Natalie masih yang dulu. Masih penggemar aku-kamu, batin Nick senang. "Hahaha... Iya, kali."
"Cieee... Seharusnya, kamu PJ-in aku, tuh. Biar lebih langgeng," ujar Natalie sedikit menyindir.
"Lebih langgeng? Gue udah putus dari lama, Nat," sangkal Nick membaca arah pemikiran Natalie.
"Terus, adek kelas yang deket banget sama kamu itu siapa?" tanya Natalie terlihat sekali ingin tahu dan penasaran serta rasa cemburu.
Nick tersenyum. Dari dulu, elo emang gampang kebaca perasaannya, batin Nick merasa menang. "Dia anaknya temen bokap-nyokap gue. Gue anggep adek. Bukan pacar, Nat." Nick diam, lalu, "Kenapa? Elo nggak suka gue deket-deket sama Naura? Cemburu?"
Natalie memerah. "Ih, geer banget. Lagian, kamu sama si Naura-Naura itu keliatan kayak kembar dempet. Berduaan mulu. Kalo beneran pacaran kan, aku mintain PJ. Lagi bokek, nih, Nick." Natalie berusaha menyangkal dan bertingkah seolah-olah dia tidak cemburu.
Nick seperti dihantam batu. Natalie ternyata cuma bergurau. "Liat nanti. Gue jodoh nggak sama dia. Kalo jodoh, dia pasti mutusin pacarnya yang ada di Australia. Kalo nggak, gue tetep ngejomblo, deh."
"Kasian..." ledek Natalie.
"Elo masih sama Nathan, kan?" tanya Nick hati-hati. Berhati-hati untuk tidak terdengar cemburu dan berhati-hati untuk tidak menyakiti hatinya sendiri.
Natalie menggeleng. Diam-diam, dengan siasat tertentu, Nick menghembuskan nafas lega.
"Kok, nggak cerita ke gue, sih?" pancing Nick agak-agak mirip temen cewek yang kepengen banget tau.
"Ngapain? Emangnya, sahabat harus tau semuanya?" tanya Natalie. Ia menyesal melontarkan perkataan seperti itu.
"Oh.. Bukannya sahabat emang harus terus terang, ya?" balas Nick sambil mengangkat alisnya.
"Sok tau," jawab Natalie pura-pura ngeyel. Aku rasa kalo situasinya kayak apa yang aku alami sekarang, 'sahabat harus terus terang' itu cuma buat bikin malu aja, batin Natalie.
Nick tertawa. "Jangan ngambek, dong. Ntar, nyamain nenek lampir, loh."
Natalie tambah purik!

###

Berhari-hari setelah kembalinya persahabatan Natalie dan Nick, semua terasa nyaman dan biasa. Nick sudah kembali bisa mengatur emosinya. Natalie sendiri bisa menahan diri dan kembali menjadi seseorang yang pasif. Menunggu. Hal yang menyakitkan dan abu-abu.
Pensi juga ternyata sudah semakin dekat. Dua minggu lagi. Nick sudah berterus terang pada Nathan bahwa dirinya menyukai mantannya Nathan. Jadi, band mereka mengistimewakan satu penampilan dari Nick buat Natalie. Nathan juga sudah membocorkan bagaimana perasaan Natalie terhadap Nick. Tapi, karena memang perasaan Natalie masih belum ketebak, Nick hanya bisa berharap responnya nanti akan sesuai dengan keinginannya.

"Kak Natalie!" panggil Naura.
"Ya?" jawab Natalie.
"Dicariin Kak Nick," ujar Naura.
"Dimana?"
"Di kelas kakak."
"Sekarang?"
"No. Next year. Obviously..."
"Maap-maap. Oke, deh. Makasih, ya, Naura."
"You're welcome, Kakak cantik."
Natalie tersenyum. Ia berjalan menuju kelas dan menjumpai Nick. Ternyata, Nick hanya ingin melihat PR matematika yang kemarin diberikan sang guru. Soalnya, di kelas, kalo sudah menyangkut matematika, Natalie itu rada-rada bisa dikategorikan rajin. Kalo mengandalkan teman-teman lain, bakalan positif dapet omelan guru.
"Ih, kirain ada apa," gerutu Natalie.
"Maaf, ya," jawab Nick sambil nyengir kuda.

###

OLD-SCHOOL GOES MODERN!
WELCOME PEOPLE
Gerbang sekolah sudah dibuka untuk anak-anak. Pensi akan berlangsung beberapa menit lagi. Para penampil yang sebentar lagi akan tampil sedang dirias dan latihan untuk terakhir kalinya.
Band kali ini mengambil tema kuno. Jadi, semuanya serba pakaian-pakaian anak band jaman dulu. Walaupun begitu, mereka menambahkan sedikit motif-motif jaman sekarang yang bisa dikatakan agak nyentrik.
Anak-anak orkestra memakai baju orang-orang desa yang biasa dipakai di jaman perang. Dari mulai korset sampai baju kodok yang salah satu talinya dilepas agar terlihat lebih moderen.
Natalie memakai korset dan gaun prom yang bermotif jaman dulu. Hiasan wajah dan sepatunya diberikan sentuhan modern. Kemudian, semua memakai ikat kepala dan bagi yang perempuan, rambutnya digerai.
Yang akan menampilkan tarian, lebih intensif lagi. Mereka yang dari break-dance, mengubah banyak gerakan menjadi tap-dance. Tapi, baju dan seragam tari yang dipakai berlapis-lapis sampai tiga layer. Jadi, mereka akan menggabungkan duel nari jaman dahulu sama duel nari jaman sekarang.

Penampilan pertama dibuka oleh orkestra dengan lagu "Canon In D". Setelah begitu banyak aransemen, terciptalah lagu yang sedikit lebih singkat dari yang aslinya. Kemudian, disambung lagu "Symphony No. 5 (Op. 67)" dari Ludwig Van Beethoven. Terakhir, mereka memainkan lagu mixed dari "Ode To Joy" dan "Fur Elise". Ada istirahat sekitar empat ketuk, kemudian, piano memainkan sesi solo dengan lagu "Love Story". Disambung oleh biola dan alat musik lainnya dengan lagu "First Love" dan diakhiri lagu "Keep Holding On".
Penampilan dari orkestra sekolah Natalie diberikan standing ovation oleh seluruh penonton.
Penampilan kedua adalah tari. Penampilan ketiga diisi oleh beberapa puisi dan semacam drama musikal. Salah satu penampilan yang ada di urutan tengah diisi oleh band.

"I dedicated this song to someone I truly love.. I just hope she stops waiting and starts realizing that I've been waiting and searching for the best moment to come. So, maybe today could be my best moment to confess," Nick membuka penampilan.

I've been alone with you inside my mind...
And in my dreams I've kissed your lips a thousand times...
I sometimes see you pass outside my door...
Hello!
Is it me you're looking for?
'Cause I wonder where you are...
And I wonder what you do..
Are you somewhere feeling lonely,
Or there's someone loving you..
Tell me how to win your heart...
'Cause I haven't got a clue...
But, let me start by saying I love you...

Oooh...

'Cause you're my lady...
And I am your man...
Whenever you reach for me,
I'll do all that I can...
We're heading for something
Somewhere you've never been
I know you're frightened,
But you're ready to learn...
The power of love...

Oooh...

Baby, with you, with you, with you, with you...
Baby, I wanna be..
With you, with you, with you, with you...

Setelah menyanyikan lagu mixed itu, penonton bersorak meriah. Natalie yang dari tadi diliatin terus sama sang vokalis, jadi salting sendiri. Ia berlari menuju ruang perpustakaan, yang akhir-akhir ini jadi tempat favoritnya dia.
It wasn't for me... batin Natalie meyakinkan dan menguatkan diri. Itu buat Naura. Bukan aku.
Naura tiba-tiba, secara tidak sengaja, datang dan mencari sosok Natalie.
"Kak."
Natalie mengelap airmatanya yang sudah mulai menetes. "Ya?"
"Kak Nick minta kakak pergi ke tempat parkir."
"Buat apa? Kok bukannya nyariin kamu?"
"Ngapain Kak Nick nyariin aku? Kak Nick aja sukanya sama Kak Natalie."
Natalie terdiam dan kaget. "Ha?"
Naura menggigit bibir dan sadar bahwa dia sudah membocorkan rahasia Nick.
"Nggak mungkin, Ra. Dia sukanya sama kamu," jawab Natalie. "Ya sudah, aku ke Nick dulu. Makasih udah dikasih tau."

Di tempat parkir, Nick menyenderkan punggung di dekat pintu pengemudi. Setelah diliatnya Natalie datang, Nick tetap tenang dan mengikuti rencananya.
"Ada apa, Nick?" tanya Natalie sambil menyembunyikan matanya yang habis menangis.
"Kok elo nangis, sih?" balas Nick.
"Nangis? Nggak, kok," jawab Natalie menyangkal.
Nick tertawa. "Udah 17 tahun, hampir 18 tahun, gue kenal sama elo, Nat. Gue tau kapan elo nangis, curhat, dan ngedumel sendiri."
"Iya, aku emang nangis. Terus, kenapa kamu harus nanya kalo udah tau?" jawab Natalie sinis.
"Nat, elo sadar nggak, sih?"
"Apa?"
"Gue tau semua kebiasaan dan tingkah laku elo. Gue tau gaya elo bicara, cara elo bohong, kata-kata jujur elo, dan hampir semua hal tentang elo, gue tau. Gue perhatiin. Gue bingung, Nat. Elo itu apa masih terlalu naif buat nyari tau, atau emang bener-bener masih polos? Gue rasa, elo cuma nggak mau mendekati kebeneran," ujar Nick. "Seandainya elo tau, Nathan, temen-temen band gue yang lain, bahkan temen-temen ngerumpi elo, selalu komentar kalo kita itu punya sesuatu yang saling ngelengkapin. Kata mereka, elo kalo ngomong sama gue selalu beda dari elo ngomong sama orang yang bukan gue. Gue juga begitu. Secara tidak sadar, ada hal yang kita nggak tau, yang menarik perhatian orang. Andai aja, elo nyadar dan bisa respon sama perasaan gue."
Natalie menarik nafas. "Aku sadar. Tapi, aku lebih baik nunggu aja. Aku nggak mau semua yang kita punya rusak karena perasaan pribadi. Aku nggak mau. Lebih baik kamu nggak perlu tau sama sekali daripada kamu tau dan malah ngejauhin aku."
"Nick, aku suka sama kamu, sejak kamu pergi dari Indonesia. Hari-hariku itu kerasa kayak ada yang kurang. Nggak ada lagi yang mau dengerin dan bela-belain nggak tidur cuma buat nampung curhatan aku malem-malem. Sebaik-baiknya Nathan, dia nggak bisa nandingin kamu. Kamu perhatian dan tanpa sadar, aku sebenernya punya karakter sendiri setiap ngomong atau ngobrol sama kamu. Aku sadar, kok, Nick," ucap Natalie membela diri. "Aku cuma nggak mau, hati aku rusak lagi kalo ternyata kamu punya respon yang berbeda."
Nick tertawa. "Kita sama-sama nunggu dan nggak ada yang maju. Aku nunggu kapan saat yang tepat. Kamu nunggu kapan kamu bakal jadi sesuatu yang tepat buat aku."
Nick berjalan mendekat ke Natalie. "I used to think that being your best friend is enough. But, if being more than just best friends could change and developed what we already have, I'd love to be more than just your best friends." Nick melingkarkan tangannya di pinggang Natalie. "I just wanna know what you think."
Natalie salting! Dia gemetaran dan mencoba untuk tidak menatap Nick secara langsung. "Kalo kamu sedeket ini, lebih baik kita temenan aja. Tapi, kalo kamu bisa sama biasanya kayak pas kita sahabatan, aku mau jadi seseorang yang lebih dari temen buat kamu," ucap Natalie sinis.
Nick langsung melepaskan pegangannya. "Jadi, sekarang kita pacaran, nih?"
"Haha... Terserah kamu mau bilang apa. Tapi, aku sayaaaaaang banget sama kamu, Nick," ucap Natalie sambil menghapus sisa-sisa airmatanya.
"Aku juga sayang. Tapi, aku nggak mau liat kamu nangis lagi," balas Nick. "Ntar, cantiknya ilang." Natalie mencubit lengan Nick dengan sayang. "That's my girl.."

Unspoken Chemistry (Part 4)

Posted by Unknown 0 comments
Satu tahun pertama di Australia...

Nick menyusuri lorong tempat kelasnya berada. Di tengah jalan, ia berhenti dan menyapa gadis yang sudah tiga bulan menjadi pacarnya. Meskipun sudah punya pacar, Nick masih lebih menyayangi dan mencintai Natalie yang entah bagaimana kabarnya. Nick jadi seketika lost-contact dengan Natalie saat sudah dua bulan berada di Australia.
"There's something I need to tell you, Nick," ucap gadis baru milik Nick yang bernama Nayla.
"What is it?" tanya Nick sambil merapikan barang-barangnya yang baru saja dia tuangkan ke dalam tasnya.
"I.. I think we can't go no longer than this. I feel like there's no chemistry at all in our relationship," jelas Nayla lembut. "I hope you understand, Nick. We can still be friends, though."
Nick tersenyum. Sudah lama ia ingin mendengar hal ini dari gadis ini, karena ia tidak pernah berani menyakiti perasaan seorang wanita sampai membuat wanita itu nangis. Hanya setahun yang lalu saja, ia berhasil membuat Natalie menangis dan sesungguhnya, ia sangat menyesal.
"I thought I was the only one who thinks that our relationship... you know..." Nick tersenyum dan memeluk Nayla. "But, it was fun."
Nayla membalas perkataan Nick dengan senyum.

###
Dua tahun di Australia. Nick pulang....

"Naura, kamu nanti sekolahnya bareng Kak Nick, ya.. Jangan nakal-nakal," pesan Mama Naura pada anaknya.
Keluarga Naura adalah keluarga yang setelah dua tahun ini menjadi teman baik keluarga Nick. Nick sendiri senang mempunyai dan mengenal orang-orang seperti mereka. Naura, yang dua tahun lebih muda dari Nick dipercayakan pada Nick oleh orangtuanya. Naura akan bersekolah di SMA yang sama dengan Nick.

Sampai di Indonesia lagi, Nick beserta keluarganya dan Naura langsung menuju rumah. Mereka semua jet-lag dan pegal-pegal karena kelamaan duduk. Naura yang dari awal perjalanan asyik bercanda dengan Nick seakan-akan tidak menghiraukan rasa letihnya. Bahkan, ia sempat semangat sekali menyambut suasana Indonesia. Nick senang melihat calon adik kelasnya menyukai suasana Indonesia.

###

Beberapa minggu setelah mengurus data-data sekolah dan daftar ulang, Nick dan Naura diperbolehkan masuk sebagai murid baru. Di sekolah, banyak sekali orang yang menyambut Nick dengan senang. Nathan bersama band-nya menyambut Nick dengan bahagia dan semangat. Karena mereka akan mendapatkan personil lama mereka yang kali ini sudah lebih handal. Selain itu, Natalie belum terlihat pagi ini.
"Than, lu sama Natalie masih jalan?" tanya Nick iseng.
"Alhamdulillah masih. Elo gimana? Sama cewek yang tadi, ya?" goda Nathan.
Nick tertawa kecil. "Congrats, bro. Gue lagi sendiri. Barusan putus..."
"Aseeek... Pasti sama cewek Australia, ya? PJ-nya tuh, seharusnya dikirim," balas Nathan dengan tawanya yang lepas.
"Hahaha... Bisa aja," ucap Nick singkat.
Beberapa saat kemudian, Nick melihat sosok yang selama ini ia rindukan. Natalie berdiri di antara kerumunan anak-anak cewek di kelasnya. Gadis ini terlihat lebih cantik dari yang dudlu di mata Nick. Dua tahun sudah ia meninggalkan gadis ini dan melewatkan banyak perubahan dari Natalie. Natalie terlihat lebih jangkung. Wajahnya memancarkan cahaya kedewasaan dan kini rambutnya semakin kecokelatan.
"Nat, ada Nick, tuh," tegur salah satu gadis yang sedang berbincang dengan Natalie.
Natalie membalik badan dan melihat sosok Nick. Sejuta rasa menghujam tubuh dan batinnya. Senang, bahagia, haru, tidak percaya, marah, tapi yang paling bisa ia rasakan adalah sesuatu yang kali ini sudah terlengkapi lagi. Yang selama dua tahun lalu sempat kosong dan tidak bisa digantikan, sekarang terisi lagi. Seperti di film-film, Natalie berjalan mendekati Nick dan menyapanya.
"Hey, Nick!" sapa Natalie ramah. "Apa kabar?"
"Hey, Nat!" jawab Nick ragu-ragu. Gadis ini sudah lebih berani. "Gue... baik-baik aja sekarang."
Natalie diam. Nick pun diam. Ada satu jarak yang sangat jauh yang terdapat di antara keduanya. Tapi, di lain sisi, ada satu buah kelengkapan yang saling terpancar di kedua mata dan hati mereka.
"Lo mau duduk dimana?" tanya Natalie. Satu lagi hal yang disadari Nick; sahabatnya yang dulu penggemar berat kata aku-kamu, sudah bertransformasi.
"Yang kosong dimana?" tanya Nick balik sambil agak tersenyum.
"Sebelah gue kosong. Nathan nggak sekelas sama gue soalnya," jawab Natalie enteng.
"Ya udah," jawab Nick mengikuti langkah Natalie.
Suasana di antara mereka berdua kembali hening dan canggung. Nick ingin mengungkapkan sesuatu yang selama ini sudah ia pendam. Namun, melihat kondisi hati Nick dan suasana yang sedang diberikan Natalie, Nick mengurungkan niatnya.


###


Istirahat pertama, kelas ramai dengan obrolan mayoritas cewek. Yang cowok-cowok malah asyik main bola di lapangan utama. Nick menyendiri dan memandang setiap sudut ruangan yang saat ini sedang ia tempati. Beda. Dua tahun itu waktu yang cukup lama untuk mengubah segalanya. Dari mulai benda-benda sampai seseorang. Dua tahun waktu yang cukup tepat untuk mengubah suasana hati dan hubungan. Nick sadar, Natalie sudah bukan Natalie yang dulu sering bermain bersamanya dan mencurahkan segala isi hatinya di malam hari sebelum tidur. Natalie sudah punya orang lain.
Natalie sendiri sedang menyendiri di perpus. Nathan dari tadi mencoba menghubunginya dan tidak digubris. Bagi Natalie, dua tahun adalah waktu yang cukup untuk tumbuh dewasa dan bergerak maju. Dua tahun adalah jarak yang pas untuk ditebarkan di antara dua manusia untuk saling mengerti diri masing-masing dulu. Selama dua tahun, secara perlahan-lahan, Natalie mengerti dirinya bukan milik Nathan. Perasaannya berubah. Dia masih bingung, tapi dia tahu dia sudah sadar akan perubahan itu. Dia mencoba menjauh, tapi perasaan tidak dapat diatur. Mereka semakin mendekat, sementara Natalie sendiri semakin mencoba untuk menghindar. Namun, Natalie sadar, dua tahun itu terlalu lama dan sudah cukup untuk jadi penyeselan saja.


"Nick, I need your help," pinta Naura yang tiba-tiba muncul di depan pintu kelas Nick.
Nick langsung sigap menghampiri Naura dan membantu gadis itu. "What's wrong?"
"I couldn't understand any of the lesson. I'm so frustrated," jawab Naura dengan wajah yang sangat frustasi.
Nick menarik lengan gadis itu dan mengajaknya duduk. "Calm down. Everything's gonna be easy. If none of the lessons make sense, just tell me. I'll teach you when we get home. Okay? Try asking in Indonesian. You're gonna be fine."
Naura menarik nafas dalam-dalam dan berusaha menghapus rasa frustasinya. Nick yang iba melihat gadis mungil itu merangkulnya. "Don't cry. You're a big girl, Naura. You can do it just fine."
Naura tersenyum dan pamit balik ke kelasnya.
Sementara itu, di dekat ambang pintu, tepat sebelum benar-benar memasuki ruangan, Natalie memerhatikan gerakan manis yang baru saja dilakukan Nick untuk seorang gadis kecil. Gerakan itu seakan menusuk lubuk hati Natalie tepat di bagian tengah dan berhasil memecahkan hatinya yang baru saja pulih dan terlengkapi. Semua itu emang udah terlambat buat gue... batin Natalie menyesal.
Natalie berlari menuju perpustakaan sekolah dan berdiam disana sampai bel masuk berbunyi. Nathan menemukan gadisnya dan berbicara padanya.
"Ada apa, sih?" tanya Nathan hati-hati.
"Aku mau ngomong sama kamu, Than," ucap Natalie membuat hati Nathan gusar. Nathan mengubah posisi duduknya dan menatap gadis di hadapannya sedalam-dalamnya. "Aku rasa... kita udah nggak cocok lagi, Than."
Nathan terkesiap. "Kenapa?"
"Aku rasa aku jahat setiap ada di dekat kamu. Aku cuma sandiwara. Pura-pura senyum. Mungkin, di awal-awal, semua itu tulus. Tapi, setelah beberapa bulan terakhir ini, aku tau aku sebenernya nggak mencintai dan suka sama kamu secara tulus. Aku jahat sama kamu, Than," ucap Natalie berusaha keras menahan isak tangisnya sendiri.
Nathan menarik nafas. "Aku juga udah sadar, kok, Nat. Kamu emang akhir-akhir ini agak beda. Dan, nyatanya, aku juga udah ngerasa lebih baik kita udahan. Kamu perlu waktu buat jadi dirimu sendiri dan aku juga perlu waktu buat nenangin diri. Kalo ini emang yang terbaik, Nat, aku mau kok, jadi temen kamu. Sekedar teman."
Natalie tersenyum dan refleks memeluk Nathan. "Makasih, kamu udah ngertiin aku selama ini. Makasih udah mau jadi pengisi hari-hari aku pas Nick lagi nggak ada. You're gonna be one of those sweet memories that'll be remembered. Makasih ya, Than."
Nathan membalas pelukan itu dan menatap Natalie dengan serius. "It's never too late to confess. I know you think that it's too late. But, he's still waiting. He's waiting for the perfect time, perfect place, and perfect girl. It could be you. And you're waiting too. Just show your love and I believe, he'll notice you."
"Kamu ngomong apa, sih? Masa iya.. Udah, ah. Mending, kita balik ke kelas aja," ujar Natalie sambil salting.

Monday, November 21, 2011

Unspoken Chemistry (Part 3)

Posted by Unknown 0 comments
"Natalie!" panggil Nathan saat Natalie hendak berjalan keluar sekolah.
"Ya, Nathan?" balas Natalie.
"Pulang bareng, yuk!" ajak Nathan.
"Emangnya, rumah kita searah?" tanya Natalie.
"Nggak, sih. Tapi, gue pengen tau rumah elo yang mana," jawab Nathan ngeles.
"Oke, deh," jawab Natalie.
Di perjalanan ke rumah Natalie, Nathan berbincang-bincang tentang banyak hal dengan gadis itu. Mobil Nathan yang tadinya hanya diiringi musik saja, jadi agak sedikit ramai karena perbincangan Nathan dengan Natalie.
Sesampainya di depan rumah Natalie, setelah sekitar satu setengah jam menempuh macat, mereka berdiam diri di dalam mobil dengan perasaan canggung. Nathan tersenyum memerhatikan Natalie.
"Nat..."
"Ya?"
"Gue... Gue.. Gue suka sama elo. Elo mau jadi pacar gue, gak?" tanya Nathan hati-hati dan tergagap-gagap.
Natalie kaget, tapi justru senang sekali mendengar pengakuan Nathan. "Aku kasih jawabannya besok pagi ya, Nathan. Makasih udah dianterin pulang."
"Sama-sama, Nat," jawab Nathan ramah.

Malamnya, Natalie memberitahu Nick tentang kejadian itu lewat sms. Nick, di lain tempat, merasa tertusuk tepat di tengah-tengah bagian lubuk hatinya. Natalie salah. Ternyata, setelah selama ini, Nick adalah orang pertama di dalam persahabatan Nick-Natalie yang jatuh cinta. Nick jatuh cinta pada Natalie. Tapi, sayangnya, Nathan, teman baik Nick yang lain, lebih dulu membuat sebuah aksi kecil yang berdampak besar. Natalie sendiri merasa ada sesuatu yang mengganjal. Tapi, ia tidak ambil pusing.
"Jadi, Nick, menurut kamu, aku terima atau kutolak, ya?" tanya Natalie bimbang.
Nick menarik nafas diam-diam berusaha melawan pedihnya rasa sakit di hatinya. "Ikutin kata hati kamu, Nat. Nathan itu cowok baik, ramah, dan idaman banyak cewek. Jadi, elo bisa sekalian berterimakasih pada Tuhan YME sudah diberikan karunia kayak Nathan. Dilain sisi, mungkin elo beprikir ada sesuatu yang menjanggal dan kurang dari sosok Nathan. Tapi, gue saranin, kalian mending jadi satu aja. Gue yakin, bakal langgeng. Gue pengen liat dua temen baik gue bahagia.. sama satu sama lain."
Natalie tersenyum. "Oke, deh, Nick. Makasih ya.. Maaf aku ngerepotin."
"Nggak kok, Nat. Congrats with Nathan!" ucap Nick memaksakan diri untuk ikut bahagia.
Natalie mengangguk seperti Nick bisa melihatnya dan memutuskan panggilan.

###


Esoknya, sekolah ramai dengan rumor Natalie-Nathan jadian. Padahal, Natalie belum berkata apa-apa tentang pernyataan Nathan. Nick sendiri heran dengan cepatnya berita yang belum pasti tersebar seantero sekolah.
"Nathan!" Natalie memanggil Nathan ketika ia melihat cowok itu sedang tidak dikerubungi banyak orang.
"Hey, Nat!" sapa Nathan balik.
"Hmm... Kok, bisa nyebar, sih?" tanya Natalie heran dan bingung serta malu.
Nathan menggeleng dan mengangkat bahu. "Gue juga gak tau, Nat. Oh iya, kalo elo masih butuh waktu untuk jawab, gue tunggu, kok. Mendingan, elo ke kelas, deh. Ntar, kalo terlambat kasian elonya."
Natalie kesemsem sendiri. "Nathan, makasih, ya. Nanti, insya allah aku jawabnya pas istirahat." Nathan hanya memberikan gadis ini senyumnya.


Nick yang sedang memerhatikan kedua tingkah teman baiknya, hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan bersabar. Ia kalah langkah. Sebenarnya, memang ia sudah memaksa dirinya untuk tidak jatuh cinta pada Natalie dari awal mereka meresmikan diri jadi sahabat. Nick selalu berpikir kalo hubungan Natalie dan dirinya hanya sebatas sahabat. Padahal, di antara sejuta kenangan mereka bersama, ada hal-hal yang membuat keduanya lupa kalo ternyata mereka hanya sekedar sahabat. Nick juga berpikir bahwa hubungan yang lebih dari persahabatan akan merusak semuanya. Ia tidak berani mengambil resiko. Nick membatasi dirinya untuk sekedar menjadi teman baik buat Natalie yang bisa sekaligus menyayangi dan menjaga gadis itu. Tapi, setelah selama ini, Nick tahu kalo dirinya dan Natalie mempunyai sesuatu yang sebenarnya ada di antara mereka sejak awal.
Nat, yang terbaik buat elo adalah yang terbaik buat gue... bisik Nick dalam hati.


###


"Kamu pulang sama siapa, Nat?" tanya Nathan setelah mengetahui jawaban Natalie.
"Terserah. Kamu nggak ada latihan band?" tanya Natalie balik.
"Ada. Kalo emang mau nunggu, ntar aku rada cepet, deh," jawab Nathan.
"Yaudah," balas Natalie diikuti senyumnya.


Sepulang sekolah, Nathan berkumpul bersama band-nya. Nick yang dari tadi udah nggak semangat gara-gara kabar Natalie-Nathan beneran jadian, jadi harus berakting layaknya dia senang. Bahkan, ketika Natalie bercerita dengan berapi-api di sudut ruangan sebelum band-nya latihan, Nick harus memaksakan sejuta senyum demi sahabatnya.
Di sudut lain, Nathan diam-diam memerhatikan gerak-gerik ceweknya yang sedang ngobrol bareng Nick. Ada yang beda dari raut muka Natalie. Gadis itu, di mata Nathan, terlihat lebih gembira, lebih lepas, dan lebih rileks di hadapan Nick. Nathan yang tidak mau ambil pusing dan kebawa emosi, hanya berasumsi bahwa Natalie masih agak-agak kesemsem.
"Nick! Yuk!" ajak Nathan memecah obrolan.
"Sebentar ya, Nat," pamit Nick pada Natalie. "Sip, gan!"
Hari ini, posisi penyanyi dan pengiring musik diganti. Nick dipilih menjadi vokalis dan Nathan dipindahkan menjadi pemain gitar. Drummer digantikan oleh personil lain. Lagu yang dibawakan kali ini berjudul Enchanted yang di-cover Owl City. Nick pribadi mendedikasikan lagu ini untuk Natalie. Seandainya gadis itu tahu.


###


Beberapa hari setelah hari itu, Nick mendapat kabar bahwa ia harus menemani ayahnya mengambil S2 selama 2 tahun di Australia. Kabar itu mengagetkan Nick, tapi juga melegakan. Di satu sisi, ia harus meninggalkan Natalie dan membiarkan gadis itu menikmati masanya bersama Nathan. Di sisi lain, ia bisa menemukan pelarian di Australia. Tapi, sampai saat ini, Nick masih belum tahu cara memberitahu Natalie.
"Halo!" sapa Nick lewat ponselnya yang langsung diangkat Natalie di deringan pertama.
"Ya, Nick?" sapa Natalie balik.
"Lagi sibuk, gak? Gue ganggu, ya?" tanya Nick hati-hati.
"Nggak, kok. Ada apa?" tanya Natalie terdengar sedang santai.
Nick menarik nafas. "Gue mau pergi, Nat."
Natalie yang sedang berbaring, membetulkan posisinya menjadi duduk. "Kemana? Kok, kayaknya kamu mau pergi kedengeran sedih banget.."
"Ke Australi, Nat," jawab Nick pendek.
Natalie seketika mematung.
"Nat?"
"Oh.. Heh.. Ke Australia? Kapan?" tanya Natalie berusaha menahan emosinya yang baru saja pecah.
"Dua minggu lagi, Nat," jawab Nick yang secara tidak langsung bisa merasakan pecahnya emosi Natalie.
"Berapa lama?"
"Dua tahun."
"Du-dua tahun, Nick?"
"Iya. Tapi, nggak lama, kok."
Natalie diam.
"Nat, gue minta maaf, ya.. Ngasih taunya mendadak."
"Aku ke rumah kamu, ya, besok."
"Terserah kamu. Gue ikut aja."
Natalie langsung mematikan panggilan. Diam-diam, ia menangis. Entah atas dasar apa, airmata itu terus mengalir. Natalie ingin memberitahu Nathan, tapi tidak dalam kondisi yang seperti ini.


###


Esoknya, saat keadaan rumah Nick kosong dan terlihat tenang, Natalie menyempatkan diri bersinggah ke rumah sahabatnya itu. Nick menyambut Natalie dengan senyum permintaan maaf.
"Kenapa harus sekarang?" tanya Natalie langsung tanpa menduduki sofa ruang tamu.
Nick menarik nafas dalam-dalam dan mencoba menatap mata sedih sahabatnya. "Gue juga gak tau, Nat. Gue bener-bener minta maaf. Ya, kalo ini yang terbaik buat gue, gue mohon elo ngerti ya, Nat."
Natalie tidak tahan lagi dan menitikkan airmatanya. Ia meringkuk dan berkata, "Haha... Maaf ya, Nick. Aku jadi nangis gini. Hmm.. Tapi, ntar bawain aku oleh-oleh, ya?" Gurauan Natalie terdengar perih.
Nick memaksakan tawa. "Iya, iya. Kalo nggak ada gue, kan, masih ada Nathan."
Natalie tersenyum pahit. Seandainya, Nathan itu mirip kamu, Nick. Bisik Natalie dalam hati.


###


Di bandara, di hari keberangkatan Nick, Nathan, Natalie, dan personil band-nya Nick mengantarkannya bersama-sama. Nick pribadi merasa terharu dan lega. Tapi juga, ia merasa khawatir akan Nathan dan Natalie serta kondisi fisik dan batin Natalie saat nanti ia pergi.
"Nathan, aku boleh berbicara dengan Nick sebentar? Berdua saja?" tanya Natalie lembut pada Nathan. Nathan menangguk senang.
"Hey, Nick!" sapa Natalie pahit.
"Hey, Nat! Jangan nangis lagi, ah. Nanti, gue berangkatnya nggak tenang," jawab Nick.
"Nggak, kok. Semoga, di Australia, kamu udah ketemu cewek cantik, ya. Hehehe..." balas Natalie pahit. "Jangan lupain aku sama temen-temen." Sekejap, Natalie memeluk Nick.
Di kejauhan, Nathan yang memerhatikan gerak-gerik mereka jadi senewen sendiri. Namun, Nathan tau kalo Natalie itu teman baik Nick dari kecil. Jadi, Nathan tidak ambil pusing dan tidak akan terbawa emosi.


Beberapa saat kemudian, Nick mulai memasuki bandara. Dari luar, Natalie beserta teman-teman lainnya mengikuti arah jalan Nick sampai akhirnya mereka tidak bisa melihat Nick dan keluarganya lagi.

Friday, November 18, 2011

Unspoken Chemistry (Part 2)

Posted by Unknown 0 comments
Esoknya, Natalie tiba di sekolah sedikit lebih pagi dari biasanya. Soalnya, hari ini adalah hari dimana orkestra sekolah akan mengadakan semacam konser mini. Natalie butuh banyak waktu buat bersiap-siap. Begitu juga dengan Nick. Cowok yang aslinya jorok, males, dan gila itu jadi seketika bersih, rapi, dan kelihatan dewasa dengan setelan kemeja kotak-kotak hitam-putih dengan daleman kaos putih bertuliskan "LADIES LOVE ME", jeans hitam dengan sepatu converse hitam-putih-abu-abu, serta dog-tag dan gelang-gelang cowok yang melingkar di beberapa bagian tubuhnya. Hari ini, sekolah mereka akan mengadakan acara mini konser khusus untuk mengapresiasikan musik.

Di ruang make-up, Natalie berganti baju menggunakan gaun putih sepaha dan celana legging hitam serta sejenis wedges berhak cokelat dengan motif strip putih di atas warna dasar hitam. Rambut Natalie dikepang samping dan telinganya dipasangi anting putih. Tak lupa, wajah Natalie yang putih dan berpostur tulang simetris dihiasi dengan blush berwarna merah muda dan lipstick berwarna soft pink dengan lipgloss-nya. Natalie yang postur tubuhnya sepantaran dengan postur tubuh model, biasa menarik perhatian, terutama perhatian-perhatian dari cowok.

Selesai dirias, semuanya berlatih untuk yang terakhir kali tanpa ada cacat sedikitpun. Natalie beserta teman-teman biola 1-nya bermain sebagai intro pada bagian pertamanya, lalu, sebagian dari biola 1 ada yang dipecah menjadi 1-a dan 1-b. Natalie ada di kelompok 1-b yang akan membedakan suara latar musik menjadi sedikit lebih mengayun dan lantang.


Di sisi ruang latihan lainnya, mata Nick tidak henti-hentinya memerhatikan ketukan-ketukan drum yang harus ia mainkan beberapa saat nanti. Ada sedikit perasaan deg-degan alias panik di dalam diri Nick.


###


"Baby, it's not just you... You know it hurts me too.. Watching you leave, with tears on your sleeve.. Notice that mine aren't exactly dry..." sang vokalis band bernyanyi dengan merdunya. Membuat 3/4 cewek di ruangan meleleh seketika.
Natalie menyaksikan pertunjukan itu masih dari ruang latihan yang ada di belakang panggung. Ia terpana dengan penampilan sang vokalis. Setelah lagu selesai, Natalie senyam-senyum sendiri kayak orang gila. Dilihatnya cewek-cewek lain juga kayak gitu, jadi dia PEDE aja.


Ruang latihan dibuka oleh Nick. Sesaat, ia mengamati seisi ruangan sebelum akhirnya mendapati dirinya diberikan tepuk tangan meriah dari anak-anak orkestra. Tetapi, sampai sekarang, Nick masih mencari sosok Natalie. Kenapa dia? tanya Nick dalam hati.


KREEEEEK!... Pintu dibuka oleh Natalie. Nick memutar kepalanya dan melihat sosok Natalie yang sudah dirias dan dihiasi banyak macam dandanan. Seketika, Nick merasa aneh dan tidak mengenali sosok yang ada di hadapan matanya. Tapi, setelah beberapa saat, dia sadar dari perasaan terpesonanya pada Natalie.


"Good job, Nick!" ucap Natalie sambil merangkul sahabat baiknya.
Nick agak sedikit kaget tiba-tiba dirangkul sahabatnya. Ada rasa yang nggak biasa dirasakannya selama ini saat berdekatan dengan Natalie. "Ma-makasih, ya, Nat." Balas Nick dengan satu pelukan hangat.
"Kamu mainnya bagus banget. Semangat, ekspresif, terus tuh, beat-nya dapet!" puji Natalie berapi-api. "Pokoknya, band-nya keren, deh."
Nick tersenyum dan sedikit merona, tapi tidak terlihat. "Thanks, Nat. Berlebihan banget. Elo tampil kapan?"
"Ntar lagi. Pakaianku jelek banget, ya?" tanya Natalie sedikit agak risih dengan pakaiannya.
"Nggak, kok. Nggak. Elo kelihatan cantik. Pake banget. Nggak boong, deh," jawab Nick 75% dari hati. Cantik banget sampe-sampe gue lupa kalo gue itu sahabat elo... sambung Nick dalam hati.
Natalie tersenyum. "Kamu kan, sahabat aku. Makanya kamu bilang gitu."
"Nggak. Coba tanya aja Nathan, Liam, sama Kevin. Pasti mereka bilang yang sama," ujar Nick merasa agak diremehkan sebagai sahabat.
"Haha... Aku percaya, kok," jawab Natalie sambil menggandeng sahabatnya itu.


Penampilan Natalie bersama anak-anak orkestra malam ini menutup acara dengan sempurna. Semua berjalan lancar dan semuanya menikmati. Waktu sudah mulai malam dan Natalie lupa bilang bahwa ia bakal pulang jam segini. Alhasil, Nick mengantarkan Natalie dengan mobilnya.


"Nathan baik, ya?" tanya Natalie tiba-tiba saat Nick dan dirinya sedang berada di dalam mobil.
Nick agak sedikit terkejut. "Nathan? Menurut gue sih, emang dia baik banget sama banyak orang."
Natalie tersenyum. "Pinter nyanyi, bisa main gitar, ganteng, baik. Kurang apa coba?" Natalie bergumam dan bertanya lebih kepada diri sendiri.
Lampu lalu lintas berubah merah. Nick menatap Natalie dari sudut matanya. "Lo.. suka sama dia?"
"Nggak. Kagum aja," jawab Natalie jujur. "Oh, iya.. Nick, ada salam dari Lea. Dia bilang, kamu main drumnya keren banget."
"Oh. Makasih," jawab Nick agak sedikit lesu.


Sampai di depan rumah Natalie, Nick memberhentikan mobil dan membukakan pintu layaknya pria gentle. Natalie agak terkesima dengan ke-gentle-an Nick. Pipinya agak sedikit merona.
"Thanks ya, Nick," ucap Natalie.
"Sama-sama. Lain kali, teleponnya diisi dulu batrainya supaya nggak repot," ujar Nick lembut. "Night!"
"Night!" balas Natalie sambil tersenyum malu.


###


Setelah melakukan rutinitas malam, Nick berbaring di atas ranjangnya sambil menatap langit-langit kamar. Sejuta pertanyaan dan rasa bercampur aduk dan tertuang dalam ruang kosong yang sedang ditatapnya.
Kenapa hari ini Natalie cantik banget? Kenapa hari ini gue jadi  gak jelas? Kok, rasanya beda ya, kalo deket-deket Natalie? Terus, gue jadi rada aneh pas dia bilang dia kagum sama Nathan... Ah.. Paling cuma aneh sesaat aja. Besok juga udah nggak. Kalo keterusan, tinggal bilang ke Natalie, gue butuh waktu buat sendirian. Hmm... Gue pinter juga...
Kalimat-kalimat itu datang menghampiri benak Nick seraya ia memutar kejadian-kejadian hari ini. Lama-kelamaan, matanya sudah tidak kuat menahan kantuk dan akhirnya ia pergi ke alam mimpi.


Di lain tempat, Natalie membuka isi tas kecilnya yang tadi ia bawa seharian. Hari ini, ia mendapatkan nomor Nathan. Dia sudah berkenalan dengan Nathan beberapa saat sebelum pulang tadi. Nathan terlihat sangat mempesona dan terlihat banget bad-boy yang gentle di wajahnya. Natalie nggak bisa dibilang cuma kagum. Dia beneran naksir!


'Hey! Ini aku Natalie...' Natalie mengetik sms-nya, lalu mengirimkannya. Tidak sampai lima menit, datang balasan dari Nathan.
'Hey, Nat! Salam kenal! Kangen ya, sama gue?'
'Hahaha... Nggak, kok. Ngetes aja ini bener nomor kamu apa nggak.' Kirim.
'Iyalah... Kalo bukan, nomor siapa lagi ini?... Lagi apa, Nat?'
'Lagi bersihin make-up. Kamu?' Kirim.
'Lagi main-main gitar. Bosen banget, Nat. Hmm.. ada ide buat bikin lagu?'
'Hmm.. apa ya? Kamu lagi ngerasain apa? Happy? Sad? Galau? Anything?' Kirim.
'Lagi seneng... soalnya, tadi sukses penampilannya. :)'
Natalie tersenyum sendiri dari tadi. Lalu, "Halo?"
"Hey... Kirain udah ketiduran. Ternyata lanjut di telepon. Ada ide apa, nih?" tanya Nathan di seberang sana.
"Kamu pernah suka atau kagum atau naksir seseorang?" tanya Natalie hati-hati.
"Dulu? Belum. Sekarang? Barusan aja, gue yakin gue kagum sama seseorang," jawab Nathan rada-rada buat Natalie salting.
Natalie menarik nafas. "Buat lagu tentang dia aja. Terus, kalo suatu hari kamu mau nyatain perasaan kamu, kasih lagu itu ke dia atau nyanyiin. Siapa tau, perasaan kamu dibales."
Nathan diam dan ber-Hmmm ria. "Bagus juga, tuh. Oke, deh. Makasih ya, Nat. Have a nice sleep. Jangan lupa do'a sebelum tidur."
"Oke, deh. Sama-sama. You too," ujar Natalie sebelum ia mengakhiri panggilan.
Panggilan berakhir. Natalie memeluk ponselnya dan menghempaskan badan di atas ranjang. Setelah sekian menit tersenyum bahagia, Natalie tertidur.


###


Dua hari setelah itu, Natalie berangkat sekolah bersama Nick. Tadinya, Nathan sudah memvoluntirkan diri untuk jadi sopir pribadi Natalie, tapi Natalie menolak. Hubungan Nathan dan Natalie sudah lebih dari sekedar teman baik, tapi belum sampai pacaran. Sementara itu, Nick dan Natalie sendiri agak sedikit menjauh dari satu sama lain.
"Ntar, pulang mau gue anter apa pulang sama Nathan?" tanya Nick hati-hati sebelum Natalie keluar dari mobilnya.
"Nanti aku kasih tau," jawab Natalie diikuti senyumnya. Nick membalas senyum manis gadis itu.
Palingan elo nanti pulang bareng si Nathan... Loh? Kok, gue jadi sinis, sih? batin Nick. Sesaat Natalie sudah mulai menjauh dari mobil Nick. "NATALIE!"
"Ya?"
"Hati-hati!"
Natalie tersenyum dan melanjutkan langkahnya. Nick pergi ke tempat parkir. Ia memarkirkan mobilnya dan menuju kelas sesegera mungkin.


###


"Boleh duduk disini?" tanya Nathan saat melihat meja kantin tempat Natalie duduk sedang tidak ada orangnya.
Natalie tersenyum dan mempersilakan Nathan duduk dengan senyuman dan anggukan.
"Nggak makan, Nat?" tanya Nathan.
"Lagi nggak laper," jawab Natalie datar. "Kamu sendiri?"
"Gue mau pesen. Tapi, nggak enak masa gue makan elo ngeliatin gue makan?" pancing Nathan ramah.
Natalie tersenyum. "Yaudah, aku pesen juga, deh."
Kemudian, Natalie dan Nathan memesan makanan mereka masing-masing. Setelah ibu-ibu kantin balik ke tempat ia memasak, Natalie berdiam lagi. Nathan agak sedikit heran dengan sikap Natalie.
"Lagi sakit ya, Nat?" tanya Nathan sambil menatap lurus ke Natalie.
Natalie memutar arah kepalanya. "Nggak. Nathan, kalo nge-PHP-in orang itu rasanya gimana, ya?"
Nathan agak sedikit kaget. "PHP? Hmm... Yang jelas, orang itu bakal nggak ngerasa atau bahkan sengaja. Tapi, tergantung dari sisi mana kita ngeliatnya. Kalo kita ngeliat dari sisi si korban, mungkin kita bakal berpikir pelakunya itu nggak tau diri. Tapi, kalo kita liat dari sisi alasan si pelaku berbuat seperti itu, kita bakal tau alasan aslinya dan kita bakal bisa menilai lebih jelas."
"Oh... Eh, makanannya udah dateng," ujar Natalie sedikit lebih bersemangat.


Di sisi lain ruangan, Nick memerhatikan sahabatnya, Natalie dan teman satu band-nya Nathan sedang asyik berbincang-bincang. Ada sedikit rasa tidak enak dan sesak di dadanya saat melihat senyum Natalie merekah dari sudut ke sudut. Nick langsung terdiam dan meneruskan pekerjaannya.


Setelah usai makan siang, semua anak mendapat sisa waktu 10 menit untuk melakukan apapun sebelum bel masuk berbunyi. Nick menghampiri Natalie.
"Nat, elo suka sama Nathan, ya?" tanya Nick dengan lembut dan berhati-hati.
"Hah? Err... Nggak tau, deh," jawab Natalie labil.
"Jujur aja. Gue kan, teman baik elo," bujuk Nick.
"Kalo iya, kenapa?" tanya Natalie sedikit agak terbuka.
Nick agak sedikit kaget. "Nggak. Lebih baik lo terus terang, Nat. Daripada ntar elo jadi PHP-nya dia dan dia nge-PHP-in elo. Mending elo terus terang."
"Kamu kok, tiba-tiba nanya kayak gini?"
"Gue nggak mau aja dua temen baik gue sama-sama sakit hati nantinya kalo nggak ada yang berani jujur."
"Makasih ya, Nick," ucap Natalie sambil memeluk Nick. "Sekarang, elo tau jawaban yang tepat atas pertanyaan kita 10 tahun yang lalu. Ternyata, gue bakal jatuh cinta lebih duluan daripada elo."
Nick tersenyum pahit mendengar kata-kata itu. Dia cemburu...

Blog List

 

Re-A-Lis-Tic Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos