"Anjeeer!!! Dannieeeeeeeeel!!!" teriak Olive dari dalam kelas yang sudah mendapati bukunya berserakan dan bertebaran di atas meja dan tempat duduknya akibat.. ya, Danniel.
Danniel ngakak bagaikan bayi tak berdosa. Bayi aja kayaknya nggak pernah ngakak.. ? Yang jelas, Danniel seneng udah bisa menjalankan payback ke Olive. "Mana makasihnya, sayang?" goda Danniel yang menongolkan kepalanya di daun pintu kelas.
"Makasih, sayang. Makin cinta deh, sama monyet kayak kamu!" balas Olive lebih sinis sambil merapikan serakan bukunya.
Muka Danniel.. =_= EXPRESSIONLESS!
"Nggak bales, Niel?" tanya Drake, kawan dekat Danniel. Mereka biasa disebut 2D sama anak-anak seantero sekolah. Nah, kalo udah ketemu David, jadi 3D. Dan... guru-guru bisa senewen gara-gara 3D.
"Hmm... Nggak, ah. Biarkan dia berkarya. Gue udah capek ngerjain dia hari ini. Save some for tomorrow, bro," ucap Danniel santai. Drake hanya terkekeh.
"Heh, Nyet, besok giliran gue!!!" bentak Olive yang akhirnya selesai memasukkan segala macam peralatannya ke dalam tas. "Dan elo, elo, dan elo," ucap Olive sambil menunjuk 3D.
"Bakal ngerasain yang namanya rasa GEDEG nan KESEL nan halah... liat aja besok!"
"Yayaya..." jawab Danniel sekenanya yang makin membuat Olive naik darah. Ubun-ubunnya udah nyaingin kompor. Andaikan ada yang mau minum air rebus, bisa langsung merebusnya di atas kepala Olive.
~~~
"Shhhh!!" Olive memperingati kawan-kawan ceweknya yang sedang berjaga-jaga di dekat pintu. Lagi menjalankan misi BALAS DENDAM. .__. "Selesai!" sorak Olive bahagia dengan nada membisik.
"Gue jadi penasaran sama hasilnya nanti," ucap Onnie, salah satu teman-teman yang sedang diajak Olive beraksi.
"Hahaha.. Ntar, gue rekam deh, Liv," sambung Ollivia, teman satunya lagi. Nah, kalo geng para cewek ini diberi nama Three-O. Karena, nama mereka semuanya berawalan O. Kalo di absensi siswa kelas, pasti absen mereka berurutan. Nggak jauh beda sama 3D. .__.
Bel selesai istirahat sudah berbunyi. Three-O malah keluar kelas menuju kantin, soalnya waktu istirahat mereka kepake buat masang balas dendam. Nggak sampe 15 menit, Three-O udah balik lagi dan mendapati kelas ramai seramai-ramainya kelas.
Danniel udah terduduk di atas ubin dan posisi bangkunya ompong satu kaki. David dan Drake hanya tertawa saja. Itulah teman baik. Menertawakan, sebelum membantu. :) Wajah Danniel langsung berubah kayak beruang mau nerkam korban pas ngeliat Olive.
"Gimana, Yang? Impas, kan?" goda Olive sambil duduk-di-antara-dua-sujud di depan Danniel.
Danniel mengelus pantatnya dan tersenyum sinis. "Kamu pinter deh, Yang. Masang jebakannya udah profesional." Kemudian, Danniel bangkit dan menatap Olive yang juga bangkit. "Ada lagi?"
"Mau lagi?" tanya Olive lebih menantang.
"Kalo elo punya kejutan lain, gue terima, kok. Emang elo bisa apa?" tantang Danniel.
Olive mendecak kesal. "Percuma gue buang tenaga nyusun kejutan lebih 'mewah' buat elo. Nggak guna, karena elo nggak bisa apa-apa!"
Danniel mendekat ke arah Olive dan hanya diam sambil menatap tajam. Dan... Titto masuk dengan teriakan.. "PAK DEWAAAAA, CUUUUUUNG! PAK DEWA DATENG!"
Danniel menjauh dan mengungsi, karena bangkunya nggak layak diduduki lagi. Untung, ada dua bangku cadangan di kelasnya. Kalo nggak, nasibnya akan merana karena harus lesehan di tengah-tengah orang-orang yang enak duduk.
"Good afternoon, everyone! How are you guys doing?" sapa Pak Dewa sambil berjalan menuju tempat duduk guru dengan tas kerjanya yang SUPER BANGET FASHIONABLE. Guru ini nggak nge-banci, tapi he sure does look like one.
"Good afternoon, Mister. We're fine, thanks. How are you?" sapa anak-anak sekelas balik. Pak Dewa tersenyum mesum alias mengerikan.
"I'm good, thanks. Let's start the lesson," ucap Pak Dewa sambil menaikkan celananya yang kedodoran.
Sudah 45 menit pelajaran Bahasa Inggris nan BORING ini dilewati anak-anak. Sekelas udah mulai sat-sut-sat-sut ke satu sama lain. Pak Dewa sadar bahwa ada desas-desis dari kalangan muridnya.
"Okay, then. Karena kalian keliatan udah bosen, bapak mau kasih surprise," ucap Pak Dewa yang entah kenapa nggak pernah terdengar senang di telinga anak-anak. "Kalian akan bekerja dua-dua sekelompok untuk tugas Bahasa Inggris minggu depan."
"HAH?!" itu adalah respon dari murid-murid menderita ini.
"Don't HAH?! me like that! That's unnecessary!" ucap Pak Dewa memperingati dengan nada garangnya. "And.. I've paired you guys."
Ada banyak hembusan nafas tanda kecewa dan deg-degan serta kesal dari sejagad kelas. Olive dalam hati sudah berdo'a agar nggak dipasangkan sama anggota 3D. Begitu juga anggota Three-O lainnya. Ogah dan najis tralala-trilili kalo sampe mereka berpasangan.
Sudah 14 pasangan yang disebutkan dan 50-50 menyetujui dan senang. Tinggal 2 pasang lagi dan yang tersisa saat ini hanyalah Danniel, Reza, Rommy, dan Olive. Yaaaa, tebakan elo benar, Olive-Danniel menyatu. Reza-Rommy memaho. .__. Nggak, maksudnya, Reza-Rommy dipasangkan berdua untuk tugas. Lagian, Rommy nggak maho. Rommy keren, macho, gaul, ganteng, manis, tinggi.. (OBSESI PENGARANG).
"Mister, but.. I don't really get along with Danniel!" protes Olive kesal, gedeg, plusplusplus STRESS!
"And, neither do I," tambah Danniel.
"And, neither do I," tambah Danniel.
"And... that's why I put you guys together to get along," jawab Pak Dewa.
SIALAN!!!!! teriak batin Danniel dan Olive bersamaan. Kemudian, mereka bertatapan dan TEEEEEEEEEEEEEEEEEET!!! Waktu habis!
~~~
"Sayang..." sapa Danniel pada Olive yang masih sibuk menuliskan sesuatu yang nggak ingin diketahui siapa-siapa. Olive mendadak mual gara-gara ada Danniel. Ia langsung memasukkan sesuatu itu ke dalam tas. "Eh, Liv, beneran. Gue pengen selesaiin tugas ini sekarang juga. Nggak ada nanti-nanti, ntar-ntar, dan ngaret-ngaret! Gue nggak mau berlama-lama kerja bareng elo. Okeh?"
Olive menggeprak meja. "Kalo gitu, elo harus kerja dan nggak cuma omdo. Gue juga bisa gila kerja bareng elo lama-lama. Ini otak nggak diciptain buat jadi otaknya cewek gila. Jadi, gue mau sebelum akhir pekan, selesai!"
"Deal!"
"Deal!"
Kemudian, dimulailah suatu persetujuan yang menyatakan bahwa Danniel setiap pulang sekolah selama dua hari yang akan datang akan terus ke rumah Olive buat menyelesaikan tugas. Nah, Olive kebagian sisa dua hari lagi. Dia harus rela menginjakkan kaki di rumah Danniel buat finishing tugas. Dan... kesepakatan sudah dibuat. Malam ini, mereka dengan gengsi yang tinggi dan rasa gedeg yang seluas gurun sahara, akan mencari referensi tentang tugas yang barusan dikasih dan akan mulai kerjasama malam ini juga.
"Mau pulang?" tanya Danniel iseng.
"Nggak. Gue mau jaga sekolah," jawab Olive sinis.
"Oh," balas Danniel lebih tolol. "Gue pulang, deh. Dadah, sayang!"
"Dadah, monyet!" balas Olive. "DASAR ANAK GILA!"
Danniel balik arah dan berjalan ke arah Olive. "Kalo gue anak gila, kenapa elo mau deket-deket gue?"
"Dih, siapa yang ngedeketin elo?" tanya Olive.
"Elo!"
"Siapa bilang?!"
"Gue. Barusan. Elo bolot?"
"Oh. Nggak denger. Bukannya elo gagu?!"
"Kalo gue gagu, kenapa elo ngerti gue ngomong apa?"
"Siapa bilang elo gagu?"
"Elo barusan."
"Dih, orang gue bertanya."
"Siapa bilang elo nanya?"
"Gue, barusan."
"Kenapa elo nanya-nanya? Penting buat elo?"
"Dih, hak gue dong, mau nanya mau nggak."
"Kalo gitu, hak gue juga mau nyolot mau nggak."
"ADA APA KALIAN BERTENGKAR TIDAK JELAS SEPERTI INI!? KUJODOHKAN NANTI KALIAN, YA! ANAK REMAJA JAMAN SEKARANG SUKA KALI BIKIN TELINGA ORANG TUA LEPAS! PULANG SANA!" usir Pak -Ucok-, yang terkenal dengan logat batak, karena ia batak tulen.
"Ma-maaf, Pak," ucap Danniel dan Olive bersamaan.
Kemudian, kedua pentolan kubu perang itu berlari menuju gerbang sekolah. Kalo dipikir-pikir, masuk sekolah ini memang bisa dibilang LIFE-CHANGING, karena yang tadinya hidup waras, bisa gila. Karena, dari mulai satpam sampe kepala sekolah dan murid-murid 'kesayangan', pasti ada gilanya. Nggak secara harfiah, tapi secara keseharian. Yaaa, tapi itu yang buat berwarna.
"Hahahaha..." Danniel dan Olive ngakak bersama di depan pager sekolah.
"Pak Ucok logatnya..." komentar Danniel sambil memegang perutnya yang sakit karena udah kebanyakan ketawa.
"Tatapannya... anjeeer!" tambah Olive tak kalah sakit perutnya.
Dan, kembali mereka berdua melebur dalam tawa. Sesekali, dari ekor mata Danniel, ia memerhatikan tawa lepas Olive. Kalo ditinjau dari sisi cowok normal yang bersikap biasa sama Olive, pasti dia bisa naksir sama cewek ini. Cantik? Olive cantik, cuy. Imut? Apalagi. Pinter? Beh, pinteran lagi Danniel, sih. Tapi, dia pinter, kok. Alim? Yaaaa... Average. Gaul? BANGET! Siapa sih, yang nggak naksir sama cewek kayak gitu? Sayangnya, Olive musuh bebuyutan Danniel. Ya, masa dia jatuh cinta sama lawan? Nggak lucu, dong. Ntar nggak ada asiknya lagi.
"Heh, gue balik, ya. Awas kalo elo lupa buat nyari bahan! Gue pites!" ancam Olive pada Danniel.
"Okedeh, sayang," jawab Danniel sok mesra. Olive bergidik.
~~~
Esoknya, sepulang sekolah. Hari ini, nggak ada perang. Lagi offline dulu perangnya. Ya, masa tiap hari mau bales-balesan mulu??? Capek. Mending istirahat dan cool down dulu. Ntar, jadi bosen penontonnya... .__.
"Assalamu'alaikum," salam Olive saat memasuki rumah. Hanya ada mbak nyuci-gosok yang pulang hari di dalam rumah itu. Beberapa menit setelah selesai kerja, ia pamit pulang. Sekarang, hanya ada Olive, kakaknya yang nggak peduli apa-apa, sama Danniel yang udah sepakat kerja di rumah Olive hari ini.
"Nggak ada yang lebih rame suasananya?" tanya Danniel agak-agak nggak nyangka. Kirain tuh, suasana rumah Olive itu ramai dan yaaaa seperti Olive. RUSUH! Nyatanya, damai. Malah, lebih terkesan TERLALU damai.
Olive menarik nafas dan menjatuhkan diri di sofa. "Elo belom ngerasain kalo udah malem. Lebih RAME lagi."
Danniel agak merasa bersalah mengucapkan sindiran tadi. Olive hanya senyum kecut. "Maap, deh."
"No problem. Udah biasa," jawab Olive tenang. "Mau minum apa?"
"Tumben..." balas Danniel masih stay-cool.
"Pake racun apa nggak?" tanya Olive udah ikutan gengsi.
"Nggak usah, mbak. Air putih aja," jawab Danniel mulai serius.
"Sok banget nggak pengen mati! Ya udah, elo mulai kerja gih, biar gue buatin air putih," ucap Olive sambil menempeleng Danniel. Danniel hanya terkekeh jahil.
Beberapa menit setelah menuangkan air putih dingin ke gelas bening, Olive balik ke ruang tamu dan mendapati Danniel sedang scanning pictures yang ada dalam ruangan tersebut.
"Ngapain lo?" tanya Olive galak dan agak nggak ngerti maksud Danniel.
"Ngeliat foto," jawab Danniel enteng.
"Kenapa? Ngefans?" tanya Olive lagi.
"Kenapa cuma ada foto elo sama abang lo doang?" tanya Danniel nggak memedulikan pertanyaan Olive barusan.
Olive diam. "Elo butuh tau?"
"Cuma nanya. Siapa tau.." ucap Danniel sambil membalikkan tubuhnya untuk menggoda Olive, tapi malah mengurungkan niatnya saat melihat Olive duduk lunglai. "Heh, gue bercanda, Liv."
Olive memaksakan senyum. "Gue tau elo becanda. Tapi, apapun itu, please jangan becandain keadaan gue."
Danniel duduk berhadapan dengan Olive dan menarik nafas. "Maaf, ya. Gue nggak bermaksud nyinggung keluarga lo atau keadaan lo."
Olive tersenyum. "Halah.. Udahlah. Mending elo buruan kerja. Biar tinggal gue rapiin."
Danniel bingung dan heran sama cewek ini. Baru aja dia ngeliat sisi paling rapuh dari seorang Olive, sekarang yang dia hadapin adalah sisi SANGAR-nya. "Elo... gila, liv."
"Makasih, sayang. Kamu juga abnormal, kok," balas Olive sinis.
0 comments:
Post a Comment