Thursday, December 22, 2011

Yours (Part 2)

Posted by Unknown
Esoknya, di sekolah, semua mata itu seolah-olah nggak percaya. Soalnya, mereka kangen ngeliat Three-O sama 3D perang. Belakangan ini, setelah dua hari berlalu, keduanya jadi adem ayem aja. Nggak ada masalah. Nggak ada apa-apa. Guru-guru nggak lagi puyeng. Tapi, anggota kedua kubu justru senewen. Mereka sama kayak anak-anak seantero sekolah, KANGEN BERANTEM. Melihat kedua ketua suku, mereka jadi bingung sendiri. Kok malah keliatan kayak abis buat perjanjian damai??
"Tumben elo nggak pernah gangguin si Olive lagi, cung," komentar David.
Danniel tersenyum. "Belum ada ide."
"Jah.. Perlu ide?" tanya Drake. "Gue banyak kalo ide. Tinggal minta sama bayar."
"Sialan! Nggak solid lo!" balas Danniel sambil menempeleng kepala Drake.
Di lain sisi, pertanyaan yang sama juga diajukan ke Olive dari Ollivia dan Onnie. Dan, jawaban Olive lebih nggak banget.
"Ngapain ngerjain monyet? Ntar, malah gue yang terkutuk jadi monyet," jawab Olive enteng.
"Orang nggak waras emang lo, Liv. Pantes aja kagak ada yang mau naksir," ucap Ollivia.
"Sialan!" semprot Olive sambil menjitak sahabatnya.

~~~
Sepulang sekolah, Drake sempat keukeuh mau ikut ke rumah Danniel. Tapi, Danniel lebih kekeh lagi untuk nolak. Ya, masa mau ketauan kalo ada kesepakatan rahasia antara kubunya dan kubu musuh??? Kan, nggak rahasia lagi namanya. Ini juga untuk Bahasa Inggris doang. Makin malu dah..
Sampai di rumah Danniel, Olive hanya diam saja. Setelah dua hari menghabiskan waktu bersama Danniel, ia bisa melihat kalo Danniel itu ternyata 'normal'. Nggak gila kayak selama di sekolah. Cowok ini cuma menjaga image bad-boy aja.
"Rumah elo nggak bisa lebih sepi lagi, Niel?" tanya Olive sambil duduk di sofa ruang tamu.
"Hahaha.. Kalo lebih sepi lagi, kenapa gue nggak dipindah ke kuburan aja sekalian?" tanya Danniel nyolot.
"Kampret, lo! Jadi gue yang mati kutu," ucap Olive. Danniel hanya terkekeh.
"Ntar, gue tinggal sebentar," ucap Danniel sambil meninggalkan tasnya di sebelah tas Olive.
Olive menjelajah ruangan. Banyak foto dia dan ibunya serta adiknya saja. Bahkan, hanya ada dua foto yang memuat gambar ayahnya. Olive aja sampai nggak yakin kalo itu ayahnya. Cuma faktor sok tau.
"Itu bokap gue," ucap Danniel tiba-tiba.
Olive kaget. "Gue nggak nanya."
"Buat informasi aja. Siapa tau elo naksir.." ucap Danniel tambah ngawur.
"Gila!" balas Olive. "Makasih." Ucapnya kemudian saat Danniel menaruh sekaleng fruit-tea di atas meja tamu.
"Yo," jawab Danniel singkat.
"Bokap lo kemana?"
"Kan, nyariin..."
"Dih, cuma nanya, sih."
"Perlu dijawab?"
"Kalo ada jawabannya, gue mau tau."
Danniel menarik nafas dan, "Udah ilang ke laut."
"Maksud lo?" tanya Olive nggak ngerti.
"Nggak tau. Sejak gue masuk SMA, dia nggak pernah balik ke rumah. Gue nggak peduli lagi. Ngapain peduliin orang yang nggak tanggung jawab sama anaknya sendiri? Percuma. Lagian, dimanapun dia sekarang, gue nggak tau dan nggak kepengen tau," jawab Danniel agak galak dan terdengar sedih, tapi kesal.
Olive menarik nafas. "Seharusnya, elo nggak harus cerita."
"Tapi, tadi elo yang mau tau," balas Danniel jadi agak sewot.
"Sori, Niel," jawab Olive.
Kemudian, mereka memulai finishing. Akhirnya, setelah SKS berdua, tugas bakalan jadi besok. Kerjaannya Olive untuk kliping dan merapikan semuanya.
Tepat jam 5 sore, langit mulai gelap. Olive nggak menggubris suasana menjelang malam. Danniel justru frustasi sama ketidakpekaannya Olive.
"Elo nggak pulang?" tanya Danniel, akhirnya.
"Boleh pulang?" tanya Olive balik.
"Up to you. Tinggal sini juga boleh. Sekalian jadi babu," jawab Danniel ngelucu.
Olive tersenyum sinis. "Mending gue pulang, deh, ya. Enakan membabu di rumah sendiri."
"Mau pulang naik apa?"
"Jalan kaki."
"Sanggup?"
"Palingan pingsan di tengah jalan."
"Terus, kalo pingsan siapa yang gotong?"
"Pemulung kali."
"Oh, okedeh. Sono gih!"
Olive meninju lengan Danniel yang cukup berotot. "Sip. Kalo ditanya Three-O, bilang udah elo telen gitu, ya."
"Sip," jawab Danniel singkat. "Beneran, Liv?"
"Iyalah. Masa boongan? Kan, udah ditantang," balas Olive.
"Gue becanda," ucap Danniel menyesali kata-katanya.
"Terus, emang elo mau gue pulang gimana?" tanya Olive.
"Gue anter?" tawar Danniel dengan 1/4 berat hati.
"Bisa nganter?" goda Olive.
"Don't underestimate me, babe," jawab Danniel. "Ya udah, ambil helm gih. Gue anterin pake motor."
Olive tersenyum. "Tumben elo baik."
"Gue kan, teman yang baik dan musuh yang jahat, say," jawab Danniel sambil berjalan ke garasi untuk ngambil motor gedenya.

~~~
Di depan rumah Olive, motor Danniel berhenti. Olive turun dan melepaskan helmnya. Ia tersenyum tulus pada Danniel.
"Thanks, ya," ucap Olive tulus.
"Nggak masalah. Gue cuma pengen belajar jadi gentlement," jawab Danniel sok banget gentle.
"Halah..." balas Olive.
"Liv..." panggil Danniel sesaat sebelum Olive beranjak masuk ke rumah. "Soal bokap gue, jangan pernah bocor, ya."
Olive tersenyum. "Sip. Gue kan, teman yang baik dan musuh yang jahat, Niel."
Danniel hanya tersenyum. "Have a good night, babe."
"Siapa loh?" balas Olive.
"Monyetmu!" jawab Danniel sambil berlalu dengan motornya.

0 comments:

Post a Comment

Blog List

 

Re-A-Lis-Tic Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos