Sunday, March 18, 2012

Broken - Yasmin A. Hanan (Original)

Posted by Unknown 0 comments
THIS IS ME SINGING MY ORIGINAL SONG "BROKEN". The previous song title was Let Go, but then my mom announced it as "Broken" so, I changed it.
Enjoy my raspy sucky voice. Gaaaaah!!! And I sucked at playing the guitar. Sorry... But, please subscribe, leave some comments, give me some thumbs up. Share it if you like someone to watch it.
I'm sorry if I didn't put the lyrics, 'cause it's about the copyright thingy.. Anyway, wish me luck on singing something better. :) Thanks for watching!!!! ^_^




P.S: I'll write some stories later. Need to study for exam. :P

Justin Bieber Tribute Video

Posted by Unknown 0 comments


Please comment and subscribe and give some thumbs up! :D Thanks, guys. I'll continue writing some stories later, because I can only open and use the internet once in a while during exam week.
So, for those who are parts of the amazing beautiful family of Beliebers, I'm proud to present you this little tribute video. Go tell your friends about this and help me get @justinbieber notice. :D
Thanks again for watching, subscribing, commenting, and liking! Keep Calm and Keep Beliebing! ^_^

Sunday, March 4, 2012

Request Karen 1

Posted by Unknown 0 comments
Key, Je t'aime. Je t'aime comme une sœur, Je t'aime comme un meilleur ami, Je t'aime comme quelqu'un de spécial...
Aku terdiam meningat lagi beberapa tahun lalu saat laki-laki itu adalah hal terindah yang pernah menjadi milikku. Dia menyayangiku sebagai seorang adik, sebagai seorang sahabat, dan sebagai seseorang yang spesial. Dia...
~~~
"Afaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!" jeritku saat Afa datang dengan pistol-pistolan air. Ia menyemprotkan seluruh isinya ke hadapanku. Aku menjerit tidak karuan. "Ih, Afa! Mataku kemasukan air!"
Afa langsung berhenti. "Serius, Key? Yaaaaaa, aku minta maaf, deh. Sini mana..."
Afa mendekat padaku, dalam waktu kurang dari lima detik, aku rebut pistol-pistolan itu dan membalas dendam. Afa mencoba untuk lari, namun aku lebih cepat lagi. Sampai akhirnya Afa berhenti dan terduduk dan sampai akhirnya isinya benar-benar habis.
"Key, tanggung jawab! Bajuku basah semua gara-gara kamu!" ucap Afa pura-pura marah padaku. Aku tersenyum imut padanya. "Nggak usah sok imut!"
"Ih, siapa duluan emang yang mulai?! Kan, kamu duluan yang nyari masalah.. Kenapa jadi aku yang tanggung jawab?" ucapku jutek, tapi pura-pura.
Afa membalikkan badannya padaku dan tersenyum. "Sensi banget. Aku kan, becanda doang, Key. Nggak usah marah-marah, dong. Lagian, sekalian mandi. Soalnya, dari tadi pagi aku belum mandi."
Aku tersenyum. "Jorok! Sana mandi dulu!" Afa bangkit dan mengulurkan tangannya padaku agar aku juga ikut berdiri. Kami berjalan menuju rumah Kakek.
~~~
Selesai mandi, semua berkumpul di ruang tamu. Aku dan Afa tidak. Kami malah bermain di taman belakang dekat kolam berenang. Saling mencelupkan kedua kaki masing-masing, menikmati dinginnya malam yang hangat bagiku dan Afa.
"Fa, kalo aku balik ke Indonesia, kamu bakal kangen, gak?" tanyaku iseng-iseng sambil mengayun-ayunkan kakiku di dalam air.
Afa berhenti mengayunkan kakinya. "Emang kamu mau balik?"
"Kata Mama, dua minggu lagi, aku balik ke Indonesia. Kamu bakal kangen, gak?" ulangku sekali lagi.
Afa menarik nafas. "Hmm... Kangen sih, banget. Tapi, kalo emang aku lebih enak disini tanpa keisengan kamu, aku nggak bakal kangen."
"Ih, masa gitu! Ntar kalo kamu malah kangennya sama isengku, jangan nyesel!" ucapku sambil melipat tanganku di depan dada.
Afa membuka lipatan tanganku dan menatapku dalam. "Lihat ke mataku dan kalo kamu bisa, kerasa gak?"
Aku menatap lurus ke mata Afa. Cokelat. Indah. "Mata kamu bagus, Fa."
"Bukan itu yang harus dirasain, Key!" ucap Afa pasrah. "Kamu ngerasa ada yang agak bersinar, gak?" Aku mengangguk. "Nah, di saat kamu ntar balik ke Indonesia, sinar itu pasti bakal pergi sama kamu. Ninggalin aku, Rachel, Michelle, dan yang lainnya disini. Jadi, pasti aku bakal kangen sinar itu dan kangen kamu."
Aku menunduk. "Aku.. sayang kamu, Fa."
Afa merangkulku. "Je t'aime. I love you, too, Key. Don't ever forget me."
Malam itu, aku merasa hangat dalam pelukan Afa. Afa... orang yang selama ini kuanggap kakak sendiri, kuanggap sahabat terdekat, dan orang yang paling spesial yang ada dalam hatiku. Dua minggu lagi, untuk pertama kalinya, aku akan meninggalkannya.
~~~
"Jaga diri disana, ya.." ujar Kakek saat aku, Mama, Papa, dan Sheryl berpamitan. Aku menunggu kedatangan Afa. Dimana dia? bisikku dalam hati sambil celingak-celinguk menatap sekeliling rumah kakek.
"Ma, tunggu Afa, ya," ucapku sambil membetulkan rok polka dot putih-hitamku. Lalu, sosok yang kucari muncul dari samping rumah Kakek. "Afa!"
Aku berjalan menuju Afa. Memeluknya. Afa, ragu-ragu tapi hangat, memelukku balik. Untuk beberapa saat, kami berdiam dalam posisi seperti ini. Terserah Mama-Papa melihat atau tidak, aku merasa aku tidak sanggup melepaskan Afa.
"Key, baik-baik ya, disana," ucap Afa. Dia mengeluarkan setangkai mawar putih. "Kamu tahu, Key, bagiku mawar putih itu lambang kesetiaan. Mawar putih itu lambang ketulusan. Mawar putih itu lambang kasih sayang. Makanya, aku ngasih ini ke kamu. Supaya kamu setia, kamu tulus, dan kamu sayang sama aku. Key, be my princess?"
Aku menutup mulutku yang terbuka. "Thanks, Fa. Aku mau banget jadi putri kamu." Afa dan aku berpelukan untuk terakhir kalinya. "Jangan lupain aku, ya, Fa. Karena di Indonesia nanti, aku nggak akan lupa sama kamu. NGGAK AKAN!"
"Ntar, aku minta Kakek buat nyekolahin aku di Indonesia atau sekedar liburan disana. Buat ketemu kamu lagi," ucap Afa sambil mengusap airmata yang mulai keluar dari mataku. "Jangan nangis. Ini cuma sementara."
Aku memeluknya sekali lagi. Kemudian melepaskannya. Aku menaikki mobil diantar sopir pribadi Kakek. Kami menuju bandara. Setengah dari hatiku masih milik Perancis dan Afa. Setengah lagi sudah bersedia menempati Indonesia.
~~~
Mama mendaftarkanku ke sekolah baru. Aku yang baru dua bulan beradaptasi sama Indonesia, agak sedikit kaget. Jelas. Karena, ini pertama kalinya aku akan bersekolah di Indonesia dengan seragam biru-putih. Bersama anak-anak lain yang lebih terbiasa dibandingkan aku.
"Key! Turun!" panggil Sheryl, adikku yang nyebelinnya luar biasa.
"Apaan sih, Sher?" tanyaku bete.
"Kak Afa minta ngobrol lewat Skype, nih. Dijawab apa, nggak?" tanya Sheryl polos.
"Misi! Kamu mending bantuin Mama. Aku mau ngobrol sama Afa dulu," ucapku sambil mengusir Sheryl dari tempat duduk di depan komputer.
Aku menjawab pinta Afa. Kami mulai memasang kamera laptop dan mulai ngobrol. Afa tersenyum, aku membalas senyumnya.
"Gimana di Indonesia?" tanya Afa dengan logat Perancisnya yang khas.
"Baik. Macet banget dan agak-agak crowded," jawabku pakai bahasa Inggris. Afa mengerti bahasa Inggris, namun lebih senang menggunakan Perancis.
"Kamu tahu, Key, kata Kakek aku bakal ke Indonesia musim panas tahun ini. Bareng Michelle," ucap Afa.
"Loh, Rachel nggak diajak?" tanyaku kaget.
Afa menundukkan kepala. "Dia kan, lagi sakit. Jadi, kemungkinan nggak bisa ikut."
Aku hanya mengangguk-angguk saja. Rachel emang akhir-akhir ini katanya sakit melulu. Jadi, aku pikir ia akan sembuh sebentar lagi.
~~~
Lima bulan sudah aku tinggal di Jakarta. Hari ini, aku kembali berkomunikasi dengan Afa lewat Skype. Dia kemarin nyanyiin lagu I'm Yours-nya Jason Mraz. Suara Afa keren banget! Sebagai ceweknya, aku jadi ngerasa terbang seterbang-terbangnya. Mana Afa pinter banget main gitar. Dan lagu itu jadi penutup hariku.
Di sekolah, lain lagi. Sekarang lagi musimnya ulangan harian. Jadi, emang aku agak harus pending ngobrol sama Afa. Aku udah bilang ke Afa dan dia ngucapin good luck.
~~~
Musim kemarau di Indonesia akhirnya dateng juga. Aku nggak sabar nunggu Afa dan Michelle dateng ke Indonesia. Mama sama Papa udah buatin pesta Welcome buat mereka berdua. Katanya, dua hari lagi Afa nyampe sama Michelle dan Kakek.
~~~
"Key!" panggil Michelle saat aku sedang mencari sosoknya di bandara.
"Michelle! Aku kangen banget!" ucapku sambil memeluknya. "Afa sama Kakek mana?"
"Key," sapa Afa sambil merangkulku dan mengecup keningku. "Aku sudah bisa bahasa Indonesia, dong."
Aku memeluk Afa. Lucu banget. Aku kangen banget sama Afa. "Fa, aku mau cerita dan nanya banyak sama kamu! Dan kamu harus cerita juga ke aku!"
Afa hanya tersenyum. Aku, bergandengan dengan Michelle dan dirangkul Afa, berjalan keluar bandara. Kakek membuntuti kami bersama Papa.
~~~
"NGGAK! NGGAK MUNGKIN RACHEL!" teriakku histeris. Tiba-tiba, airmataku menetes. Membasahi semua bagian pipi, meresap ke dalam hati, dan mengairi semua luka yang ditinggalkan Rachel. Rachel, teman baikku dari Perancis, sudah tidak ada. Ternyata, selama ini dia divonis kanker otak.
"Key.. Key.. Karen, tenang. Key!" ucap Afa sambil mendekap aku yang sedang menggigil dan meringkuk. "Key, liat aku! Key, Rachel udah tenang disana. Kamu jangan kayak gini, Key."
"Lepas, Fa! Lepas!" ucapku marah. "Selama ini, kamu dan Michelle nggak pernah ngasih tau aku?! Hah?! Karena aku jauh, jadi kalian nggak ngasih tau aku?! Kalian lupa ada aku?! Hah?! Kalian kenapa sembunyiin semuanya?! Kenapa?! Rachel juga sahabat aku, bukan cuma sahabat kalian!"
Afa menggenggam lenganku. "Key, dengerin aku! Waktu terakhir kita ngobrol, Rachel masih ada. Kamu tau, Key, dia yang minta nggak usah kasih tau kamu! Padahal, aslinya, aku udah niat ngasih tau kamu sebenernya. Tapi, aku juga udah janji ke Rachel nggak akan kasih tau kamu sebelum aku sampai di Indonesia. Key, aku dan Michelle minta maaf. Kita sayang sama kamu. Sayang banget."
Michelle berdiri merangkulku. "Kamu tau, Key.. Yang paling sakit pas Rachel pergi itu aku. Aku saudara kembarnya, kehilangan Rachel. Saudara aku satu-satunya. Sahabat aku. Aslinya, aku mau ngasih tau kamu. Tapi, gimana? Apa di tengah ulangan-ulangan kamu, aku harus nambahin kamu stress?! Nggak kan, Key? Aku peduli sama kamu dan karena itu lebih baik aku kasih tau kamu setelah aku sampai disini. Sekarang ini."
Aku menunduk. Berdo'a dalam hati.
Ya Allah,
Izinkan aku berdo'a untuk Rachel
Seorang sahabat, seorang teman
Yang tak pernah berhenti membuatku tersenyum..
Ya Allah,
Jaga dia..
Disisimu dia akan merasa hangat
Seperti layaknya dia menghangatkan kami
Ya Allah, terimalah dia..
Aku, Afa, dan Michelle memeluk satu sama lain. Hari ini, saat pertama kalinya lagi aku melihat Afa, aku juga kehilangan seseorang yang kusayangi. Sahabatku sendiri.
~~~
"Fa, kamu nggak balik ke Perancis bareng Michelle sama Kakek?" tanyaku sambil membantu Afa merapikan bajunya di lemari.
"Nggak. Kemarin, mamaku telepon. Katanya, aku suruh ke Bandung aja. Jadi, mulai sekarang aku anak Bandung," ucap Afa sambil melipat kaos-kaosnya.
Aku berhenti merapikan pakaian-pakaian Afa dan duduk di atas tempat tidurnya. "Aku kangen Rachel."
Afa berhenti melipat kaos-kaosnya dan mengajakku duduk bersila di atas lantai. "Aku juga. Nggak ada dia itu rasanya hambar banget."
Aku menitikkan airmata. "Fa, jangan ninggalin aku kayak Rachel, ya.."
Afa merangkulku. "Even if I leave you someday, you know I'll always be here.." ucap Afa sambil menunjuk hatiku. "Whispering every poem I've made for you, singing beautiful songs to you, and visiting your dream every night. Jadi, jangan takut. Aku bakal ada buat kamu. Selamanya..."
~~~
Di dalam kamarku, malam ini, aku menuliskan seutas kata-kata di selembaran kecil yang besok akan kuberikan pada Afa. Besok dia berangkat ke Bandung. Dengan tetesan airmata, aku menuliskan semua isi hatiku.

Tuhan itu adil, indah, dan tahu..
Dia berikan seorang kakak untukku,
Dia berikan seorang sahabat untukku,
Dia berikan kamu untukku..

Afa..
Sejuta rasa sudah terbalaskan dengan senyummu..
Kamu bagian dari diriku sekarang..
Bagian dari kenangan, bagian dari hari-hariku,
Bagian dari apa yang akan datang nanti..

Ya Tuhan,
Jika suatu saat dia harus pergi, berikan aku suatu isyarat..
Agar aku tidak merapuh di sudut kamarku,
Mengucurkan segala juta jenis airmata,
Penyesalan dan kata-kata perpisahan..
Karena aku menyayanginya..

Afa,
Jangan pernah berubah
Aku menyayangimu..
Sebagai apa kamu sebenarnya..
Dan aku suka itu darimu..

Selesai menuliskan kata-kata itu, aku merenung dengan mata basah dan merah. Aku dan Afa. Mungkin sementara, mungkin selamanya.. Belum ada yang tahu..

Saturday, March 3, 2012

Request Cindy

Posted by Unknown 0 comments
"JUBERRRRR!!!" teriak anak-anak sekelas saat tahu kalau Cindy kalah main UNO. Ini orang main UNO emang susah banget menang. Padahal selalu nyebut 'UNO' pertama. Haha.. Berarti, keberuntungan itu perlu kesabaran.
"Ya udah, gue pilih jujur.." ucap Cindy polos sambil membetulkan roknya.
Anak-anak sekelas berfikir sejenak mempersiapkan sebuah pertanyaan. Mereka sudah tahu semua tentang Cindy. Dia tuh, anaknya happy banget dan lebih kena ke hyper. Ada satu orang yang bertanya agak nyelekit.
"Cin, elo masih sayang sama kakak itu?" tanyanya. "Jujur aja..."
***
Pertama kali naik ke kelas 8 itu nggak enak banget. Ngerasa kayak awal masuk SMP lagi. Tapi, di 81 nggak kayak gitu. Semuanya ternyata udah banyak yang kenal. Paling nggak, kenal nama dan tampang. Yang dulu pas MOS sekelas, udah pada saling sapa, ngobrol. Yang dulu nggak pernah liat-liatan sama sekali, jadi mulai kenalan dulu dan saling nebak satu sama lain sifatnya kayak apa.
Semester satu akhir, semuanya udah kayak keluarga. Nyatu dan topengnya udah pada mulai luntur semua. Jadi, udah banyak yang nunjukin sifat aslinya gimana.
"Curhat-curhat yuk!" ajak Farina.
"Halah, palingan juga ujungnya mentok di Korea," jawab Yasmin.
Adelia tertawa. "Purik banget lo sama Korea, Min."
"Iya. Soalnya gue nggak ngerti dan nggak mau ngerti," balas Yasmin.
Tapi, akhirnya semua berkumpul melingkar di bagian belakang kelas. Udah kayak kamar sendiri, seriusan. Cuma Ella sama Cindy aja yang betah banget duduk di bangku masing-masing.
"Cindy! Ella! Ikutan yuk! Kita curhat bareng-bareng," ajak Dhila.
"Ntar, ya.." jawab Cindy mayun.
Beberapa menit kemudian, ada kakak kelas yang muncul di depan 81. Teman keagamaannya Ella dan Cindy. Mereka ngajak cewek berdua itu buat agama dulu.
BUK!
"Eh, maaf, Kak. Nggak sengaja.." ucap Cindy saat nabrak seseorang pas jalan menuju ruang kesenian.
"Iya, ya.. Nggak apa-apa, kok," ucap kakak itu. Cowok ternyata.
Cindy berlalu sambil memberikan senyum. Tatapan cowok itu hangat. Cindy mengasingkan pikirannya itu dan kembali mengikuti Ella serta kakak pembina keagamaannya. Namun, ketika terakhir Cindy menoleh ke belakang kakak yang tadi masih ngeliatin dia, senyum balik.
***
"Kok, belum pulang?" tanya seseorang dari sebelah kiri Cindy.
"Belum dijemput," jawab Cindy tanpa melihat siapa yang bertanya.
"Mau ditungguin, gak?" tanya orang tadi.
Cindy membalikkan badan dan melihat wajahnya. Kakak yang tadi. Yang tadi tabrakan sama dia. Jantung Cindy berdetak lebih cepat. Sial! kutuk Cindy dalam hati.
"Nggak usah, Kak. Kakak pulang aja," ucap Cindy ramah.
"Ya udah, aku tungguin, deh," balas kakak itu tanpa menghiraukan kalimat Cindy. "Aku Ivan." Ucapnya lagi sambil mengulurkan telapak tangan.
"Cindy," jawab Cindy membalas uluran tangan itu.
Mereka mengobrol sejenak sampai jemputan Cindy datang. Cindy berpamitan sambil tersenyum dan melambaikan tangan pada Ivan. Dibalas lambaian tangan Cindy oleh Ivan.
***
Ini Kak Ivan, kan? -BBM Cindy
Iya. Ini Cindy, ya? -BBM Ivan
Iya, Kak. Ngecek aja, siapa tahu tadi kakak salah kasih pin. :P -BBM Cindy
Hahaha.. Modus kamu! Masa saya kasih pin yang salah, sih? Ada aja.. :P -BBM Ivan
Ya udah.. Padahal tadi aku niatnya mau ngobrol. Malah jadi nyalahin aku gini.. :( -Cindy
Yah, ngambek, nih. Maaf, deh.. Lagi apa, Cin? -Ivan
Lagi ngambek >: -Cindy
Yah, masa gitu.. Gimana caranya bikin kamu nggak ngambek lagi??? Kasih tau, dong!!! *muka ngarep* -Ivan
Hehehe.. Becanda, Kak. Aku lagi nganggur nggak ngapa-ngapain. Kakak lagi apa? -Cindy
Sama dong. Baru selesai ngerjain tugas matematika. Butuh mood booster, nih -Ivan
*Merasa dipanggil* Ada yang perlu saya bantu? -Cindy
Tolong antarkan mie ayam baso nggak pake mecin sama es jeruk. Makasih, mbak. -Ivan
Heh!!! Aku ini mood booster! Bukan penjual mie ayam!!!! .__. -Cindy
Oh.. Maap, salah orang. Ya udah. Kamu ngelawak, dong -Ivan
Dan semalaman, menjelang tidur, Cindy dan Ivan terus ber-BBM. Sampai akhirnya, dengan berat hati Cindy harus mengakhiri percakapan. Ivan merasa memang harus diakhiri. Kasihan besok keduanya bisa-bisa telat bangun.
***
"Aaaaaaaaah!!!! Gue seneng banget, La, Min! GUE SENENG BANGET!" ucap Cindy sambil menggebrak-gebrak meja hyper banget.
"Kenapa sih, elo?" tanya Yasmin dengan muka sewot.
"Elo tau kakak yang gue ceritain yang tabrakan sama gue?" tanya Cindy antusias. Ella dan Yasmin ngangguk. "Kita BBM-an tadi malem sampe jam setengah 12."
Ella kaget. "Anjrit! Baru kenalan langsung PDKT?! Waaaaaah.. Kan."
"Kok bisa secepet itu, Cin?" tanya Yasmin lemot.
"Ih, bukan PDKT. Guenya aja yang agak memodusi segala yang ada pura-pura nanya 'ini beneran Kak Ivan?' Hehehe..." jawab Cindy sambil meletakkan tasnya di atas meja. "Hari ini pengen ketemuan langsung aaaaah.."
"Ya udahlah. Tau gue mah, yang lagi happy banget mah beda. Emang gue, nunggu mulu," ucap Yasmin setengah curhat.
Ella dan Cindy tertawa. Bener aja, hari ini Cindy lebih keliatan cerah dari hari-hari sebelumnya. Padahal tidurnya ngaret banget semalem. Tapi ini orang mah, emang dasarnya hyper jadi, mau tidur jam berapa juga tetep bakal meng-hyper-kan segala yang ada.
***
"Kak Ivan!" sapa Cindy saat berpapasan dengan Ivan di kantin.
"Eh, Cindy! Sini! Makan bareng, yuk! Gue nggak ada temennya, nih," ucap Ivan sambil mengayun-ayunkan tangannya mengajak Cindy duduk.
Cindy menerima ajakan dan duduk depan-depanan sama Ivan. "Nggak telat bangun, Kak?"
"Nggak. Kamu?" tanya Ivan balik.
"Telat lima menit. Tapi, nggak parah-parah bangetlah," jawab Cindy jujur. "Tumben sendirian."
"Yang lain masih sibuk ngewarnet di kelas. Gue keburu laper," jawab Ivan melahap baksonya.
"Oh," jawab Cindy.
Kemudian, obrolan berlanjut sampai bel berbunyi. Dari mulai nanyain tadi ada guru apa nggak sampe nanyain SMA mau dimana ada. Cindy emang enak diajak ngomong. Faktor hyper, jadi nggak abis-abis idenya.
***
Perasaan itu tumbuh karena waktu dan kebiasaan. Ini yang dirasakan Cindy selama dekat dengan Ivan. Keduanya saling merasakan kedekatan dan kehangatan terhadap satu sama lain. Tapi bukan janggal, mereka malah tambah dekat.
Cin, gue suka sama elo. Elo gimana ke gue? -Ivan
Kalo boleh jujur, aku juga suka sama kakak. Dari awal pas tabrakan. -Cindy
Tapi, maaf, gue nggak bisa pacaran. Lagi nggak mau. Kita HTS-an aja, ya.. -Ivan
Sama. Aku juga nggak lagi niat pacaran. Ya udah.. -Cindy
Berawal dari sini, sebuah ikatan baru muncul. Entah itu bagus atau entah itu malah bencana. Keduanya sama-sama tidak tahu.
***
"Min, gue seneng banget! Gue udah jadi HTS-nya Kak Ivan! Berasa lengkap hidup gue, Min," ucap Cindy sambil menuliskan nama Ivan di seluruh bagian bukunya.
"Yah.. Selamat, ya!!!! Semoga cepet jadian. Bukan cuma HTS," ucap Yasmin bingung mau ngomong apa.
***
Yasmin dan Adelia sedang berjalan menuju ruang kesenian buat latihan bahasa Inggris. Di tengah jalan, mereka ngeliat Ivan sama Ally lagi mojok berdua. Nggak disangka, Yasmin langsung puter arah, balik ke kelas.
"Cindy! Eh, Cindy mana?!" tanya Yasmin panik sendiri.
"Paan, Min?" Cindy nyaut dari belakang.
"Sini! Buruan!" panggil Yasmin. Saat Cindy sudah berhasil ditariknya, buru-buru Yasmin mengajaknya ke arah lorong tempat Ivan mojok bareng Ally.
Cindy terdiam. Mau marah-marah, dia nggak ada status apa-apa di mata Ivan. Mau nangis, malu banget. Akhirnya Cindy balik ke kelas diikuti Yasmin.
"Eh, jangan ganggu Cindy dulu. Lagi broken heart!" peringati Yasmin.
Kemudian, kelas hening. Kompak banget. Satu sedih, semua kalem.
***
Cin! Bales dong! Jangan di-read doang! -Ivan
Cindy! Ya Tuhan, Cin! Gue salah apa, sih?! -Ivan
Maaf kalo gue salah. Apapun itu, dengan alasan apa aja, gue minta maaf. Gue nggak tau dimana letak salah gue. Gue minta maaf banget, Cin! -Ivan
Cindy meringkuk membaca ucapan maaf Ivan. Kalo segampang itu elo minta maaf, Kak, mungkin emang gampang buat elo mainin hati gue, bisiknya dalem hati.
Malam itu, Cindy tidur dengan mata memerah. Bengkak. Nangis. Sakit loh, digituin cowok. Terutama kalo cowok itu nggak resmi punya kita. Mau cemburu, apa hak kita? Mau marah, apa hak kita? Mau nangis, apa gunanya? Serba salah.
***
"Ada Cindy, gak?" tanya Ivan tiba-tiba muncul dari balik pintu kelas 81.
Cindy yang lagi main UNO di belakang bareng temen-temen yang lain. Diem aja. Dia kenal banget suara itu. Nggak ada yang ngejawab pertanyaan Ivan.
"Heh, kalian kalo ditanya, jawab dong! Jangan ngediemin!" ucap Ivan marah sambil nyamperin Cindy. "Gue mau ngomong."
"Apaan sih, Kak?! Elo tuh, anjrit banget!" ucap Cindy sambil meronta suruh ngelepasin.
Di luar, di pojok teras depan 81, Ivan hadap-hadapan sama Cindy. Tapi, mata Cindy nggak langusng natap Ivan. Takut. Takut bendungan airmatanya pecah lagi. Takut tangisnya yang semalam berlanjut lagi. Takut.
"Gue salah apa, Cin?" tanya Ivan sambil menarik nafas menenangkan diri sendiri juga Cindy.
"Masih belom sadar, ya?" tanya Cindy sinis. "Masih belom sadar?! Kak, elo itu udah kelas 9, otak di-upgrade dong!"
Ivan menarik nafas lagi. Kesal, tapi dia sayang. "Kasih tau gue kalo emang gue buat salah. Jangan elo buat gue panik semaleman mikirin gimana caranya minta maaf sebesar-besarnya ke elo."
"Elo mau tau, Kak?" tanya Cindy sinis. "Gue liat elo mojok sama Kak Ally beberapa hari yang lalu. Mesra banget. Ketawa bareng, ngobrol bareng, duduk-duduk bareng. Wah.. Asik banget, deh berduaan. Gue cemburu. Tapi, apa hak gue cemburu? Gue marah. Tapi buat apa gue marah? Gue sakit, Kak! Sadar gak, sih?!"
Ivan menunduk. Emang salah dia. Dia akui.
"Elo ngegantung gue, Kak. Sakit banget digantungin! SAKIT! Apalagi kalo elo nggak bisa berbuat apa-apa. Elo cuma bisa nerima aja! SAKIT BANGET, KAK!" ucap Cindy hampir menangis.
Ivan mengusap bahu Cindy. "Maafin gue, Cin." Lalu, ia pergi. Memberikan ruang untuk Cindy bertekuk lutut. Memberikan waktu untuk Cindy menangis. Memberikan sejuta lagi sayatan di hati Cindy.
***
Sejak kejadian itu Cindy-Ivan merenggang. Nggak ada lagi HTS. Bener-bener emang nggak ada hubungan lagi. Selesai. Kenangan semuanya emang terlalu cepat. Sampai akhirnya, Ivan mememinta kembali. Ivan meminta tempat di hati Cindy lagi.
"Gue kasih kakak kesempatan sekali lagi. Jangan disia-siain," ucap Cindy di teleponnya suatu malam bersama Ivan. Ivan tersenyum.
***
Semua berjalan lancar di antara Cindy dan Ivan. Nggak ada lagi kayak dulu. Sekarang serba hati-hati. Cindy hati-hati menjaga hatinya agar tidak lebur kembali. Sementara Ivan, hati-hati mendekati Ally agar tidak terlihat Cindy lagi.
Tepat tanggal 14 February, hari dimana mereka yang merayakan bertukar kasih sayang. Tapi, Cindy nggak bisa bertukar kasih sayang dengan Ivan. Cuma HTS aja. Untuk kedua kalinya, HTS saja.
"Ally's <3 She's forever be mine.." <<< Di bio twitter Ivan terdapat tulisan seperti itu pada hari kasih sayang ini.
"Ivan's <3 I'm yours, honey.. Forever.. ;)" Di bio twitter Ally tercantum nama Ivan.
Cindy yang masih tidak tahu tentang ini berperan sebagai cewek lugu yang hatinya jadi tempat pelarian aja. Sekedar cadangan. Mana tahu yang pertama menolak, maka cowoknya akan lari ke dia. Membalaskan kesal. Padahal, apa salah Cindy?!
Tapi, Ella yang menyadari perubahan bio twitter kedua kakak seniornya itu memberitahu Cindy yang masih menaruh hati pada kekasih orang lain.
Cin, liat twitter Ivan. I'm sorry I can't help. Tetep kuat ya.. :) -Ella.
Cindy, yang menerima sms itu, langsung membuka twitter Ivan. Hatinya benar-benar terasa runtuh. Retak. Hancur. Sekarang untuk kedua kalinya. Emang salah memberikan seorang jerk kesempatan kedua. Karena jika mereka udah berniat jadiin kita cadangan aja, berarti emang kita yang tolol udah ngasih kesempatan lagi.
***
"Min, gue tau rasanya dimainin, di-PHP-in, digantungin, dan disakitin itu kayak apa! Gue tau!" ratap Cindy pada Yasmin. "Sakit banget rasanya! Di saat elo yakin dia bakal lebih baik, ternyata dia nemu yang lebih baik. Jadiin elo cadangan, dan ngegantung perasaan elo. Padahal, hati elo masih punya dia. Sementara dia udah genggam hati orang lain."
Yasmin narik nafas. "Nggak semua cowok itu berhak dapet kesempatan kedua. Ada kalanya emang kita harus tahan dan maksa move on. Sakit awalnya, Cin. Tapi, kalo udah ketemu yang baru, pasti bakal nggak kerasa." Diam. "Karena ternyata, orang yang buruk aja dapet lebih baik. Kenapa kita nggak? Tuhan adil. Dan karma itu nggak pernah telat. Ada saatnya dia sadar kalo ternyata udah abis tombol restart buat ngulang sama elo lagi. Jadi, jangan buat ini sebagai mood breaker elo. Jadiin ini pelajaran buat elo. Kalo cowok itu nggak selamanya layak buat kesempatan kedua."
Cindy menghapus setiap nama 'Ivan' dalam bukunya. Gadis lugu yang hyper dan selalu keliatan bahagia sekarang jadi lebih banyak diem. Lebih banyak mengutuk. Lebih banyak nangis. Karena satu cowok.
***
"Jujur, nih?" tanya Cindy. "Gue.. masih nyimpen sedikit rasa. Nunggu apa yang bakal terjadi pas karma dateng. Kayak kata Yasmin."
"Iya. Pokoknya, kalian inget.." ucap Yasmin. "Nggak selamanya tokoh cowok itu pangeran elo. Bisa aja dia jadi wicked witch di dalam dongeng elo. Kadang banyak topeng yang nggak kebuka. Elo harus belajar nari sama orang yang topengnya transparan. Supaya nggak keserimpet sakit!"
Permainan UNO kali ini dan jubernya malah jadi kayak ceramah. Tapi, buat Cindy, dia bersyukur.. Ivan boleh nyakitin dia, tapi dia bakal selalu punya temen buat bantuin dia ngobatin hatinya lagi. :)

Request Egit

Posted by Unknown 0 comments
Semoga memenuhi harapan, Git. .____.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dengarkanlah bunyi retak dalam tubuhku!
Kau tahu apa yang kurasakan?
Tidak..
Aku juga tidak tahu
Bagaimana bisa aku tahu?
Sudah lebur hati ini bersama aliran darahku..


Rasakanlah denyut nadiku!
Masih berdenyut,
Namun, mengapa aku merasa mati?!
Mengapa aku merasa seakan aku harus pergi!
Untuk sementara saja mungkin,
Agar bisa melihat apa reaksimu..


Dengarkanlah bisik serpihan hatiku!
'Satukan aku lagi!'
'Jangan kau tinggal pergi!'
Lalu, tanpa petir hujan turun..
Membasahi pipi..
Aku tak mampu menahan isak airmata..


Rasakanlah sakit hatiku!
Bukan menyumpahmu..
Aku hanya ingin kau tahu sedikit tentang aku..
Perasaan ini serapuh kaca,
Dengan satu hentakan,
Semuanya akan berserak di atas ubin..


LIHAT AKU!
Lihat mataku!
Lihat senyumku!
Lihat aku!
Tidak ada lagi pelangi di mataku..
Tidak ada lagi senyum tulus di bibirku!
Sejak kau pergi..


Mungkin perkenalan bukan rencanaku,
Mungkin berharap bukan bagian dari mimpiku,
Mungkin pertemuan ini bukan jalan terbaikku..
Tapi, aku bersyukur..
Ada pangeran yang membangunkanku dari racun itu,
Ada Romeo yang menyelamatkanku dari racun itu,
Ada kamu..


Namun, bukan ini akhir baruku,
Namun, perpisahan juga bukan bagian dari mimpiku,
Namun, airmata juga bukan bagian dari rencanaku,
Kenapa?!
Dimana pangeranku yang dulu?
Dimana pengorbanan cinta Romeo?
Dimana kamu?


Dengarkanlah detak jantungku,
Ambilkan bagian-bagian dari hatiku,
Satukan lagi mereka..
Rasakanlah denyut nadiku,
Lihatlah airmataku,
Hapuskan kesedihanku seperti dulu..


Tapi, sudahlah..
Percuma berharap kau datang kembali.
Karena nyatanya, kau memang sudah berniat pergi..
Tinggalkan semua bagian dari kenangan,
Lupakan semua bait dari karangan,
Hancurkan aku secara perlahan..
Percuma..
Hanya akan ada sakit hati untukku..
Hanya akan ada airmata dariku,
Dan kau..
Kau akan bahagia bersama dia..
Dia yang baru..
Putri baru yang akan kau bangunkan dari tidurnya,
Juliet baru yang akan kau selamatkan dari racunnya,
Tangan baru yang akan kau genggam jemarinya..


Dan disini aku berdiri,
Sepi..
Menunggu apa akan ada Romeo atau pangeran baru..
Sampai nanti itu terjadi,
Aku akan tetap disini..
Mengurai kenangan,
Menyembuhkan lukaku sendiri..
Menghapus dirimu..
Memulai cerita baru..

Friday, March 2, 2012

My Own Request

Posted by Unknown 0 comments
This goes to the tears I've wasted,
This goes to the sadness I've been through,
This goes to no one else, but me!


All this time, I was so stupid for thinking you'd be mine..
Haha.. Funny..
It's not happening!
NO! NEVER! NOT A CHANCE!
You know why?
'Cause we both are too caught up in one person,
You're too caught up admiring her,
I'm too caught up having a crush on you..


This goes to the endless night,
This goes to the broken smiles,
This goes to all my hope!


No, I'm not Juliet..
No, I'm not yours..
No, I'm not Taylor Swift..
No, I'm not yours..
No, I'm not her..
I'm not yours..


My stories aren't finished..
But, it's not going anywhere either
Juliet lost her Romeo,
The princess died 'cause no prince came to wake her up,
The song writer got tired and stopped writing songs about him,
I'm tired..
Tired of all the shit I've done,
Only for you..
'Cause yes, I love you that much..


This goes to the pointless daydreams,
This goes to the mindless fairytales,
This goes to the disappointing sweet dreams..


Yup, it's like everyday you're here..
Here sitting and marking spots in my head,
Here capturing scars in my heart,
Here just to see me break down and stumble..
Here to laugh at me when you get her..
Yeah..


Who's the villain now?
Her? No..
Who's the bad guy now?
You? Yes, baby..
You are.
But, loving means you need to face your biggest fear..
I need to face the bad guy,
I need to learn how to treat him the way he needs to be treated,
I need to let him know..


This goes to me..
This goes to the girl whose pillows are all wet,
'Cause every night she can't stop crying..


I'm not the girl in a romance novel..
I'm not the girl in a romance movie..
I'm not the girl..
Not the girl who owns your heart.
I'm not..


This goes to the useless poems,
This goes to the unheard songs about you,
This goes to every guitar I've used to make a melody for you..


Sometime today, or tomorrow,
I have to let you go..
Set you free just to know if you would run after me..
Or maybe I'm just gonna hold on,
Waiting for the first person who'll let go..
No, maybe I'm just gonna stop.
To observe you from afar..
Because getting closer to you,
But knowing you like her like I like you...
It hurts, babe..
IT HURTS!


This goes to the careless handwriting in my diary,
This goes to the broken pens I've used,
This goes to all the pages of my heart..


I wish I could forget you and move on..
But, saying isn't as easy as doing..
I wish I could hate you like I want to..
But, cursing isn't as lighter as complimenting..
I wish I could just at least let my heart stop skipping beats,
Whenever you walk by..


This goes to me..
To all my lifeless heart..
To all my thoughts,
To all parts of me that you have,
To all parts of my heart that you break,
To all parts of my brain that you mail-function..


I wanna be yours..
For once in my life, living my own dream..
But, there are dreams that don't come true..
This one is one of those..


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sori, gue ngeskip request elo semua. Maaf banget. Soalnya, tadi hati gue lagi nggak tenang. Alhasil, gue bikin buat diri gue sendiri. Maaf sebesar-besarnya.
Elo mau tau apa yang gue rasain? Haha.. Jangan, deh. Mending baca ulang puisi ini dan elo pikir sendiri apa yang lagi gue rasain. Yang jelas nggak bahagia. :(
Tapi, gue janji bakal nyelesaiin request elo. Sabar, ya.. :')

Request Farrel

Posted by Unknown 0 comments
*Susahnya jadi cowok... -_-"*
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku tak pandai mendekor kata,
Aku tak pandai menuliskan cinta,
Aku tak pandai menguraikan airmata,
Aku tak pandai mengartikan sebuah romansa...

Kisahku tak semanis Romeo,
Airmataku tak berarti apa-apa di matamu,
Pujianku tak seindah Peter Pan,
Aku akan tumbuh bersama pecahan hatiku sendiri...

Setiap malam mestinya aku tertidur,
Memimpikan sosok bidadari yang kudamba..
Setiap detik mestinya aku menghirup,
Udara yang dihirupnya agar aku dapat bertahan..
Setiap hari mestinya aku tersenyum,
Tegar dan bahagia menghadapi hari-hariku..
Setiap kali jantungku berdetak,
Mestinya itu karenamu,
Namun nyatanya itu adalah bunyi hati yang terpaksa melebur,
Dalam genggaman dua wanita,
Yang tak pernah mencintaiku seperti aku mencintai mereka..

Aku tak selincah pena yang dipakai Shakespeare,
Menulis kisah romantis tentang dua insan..
Ah, bukan..
Aku tak seindah kisah buatannya..
Bukan tak selincah pena yang digunakannya..
Karena Juliet-ku pergi,
Meninggalkan perasaan yang menggantung di ujung hati..
Dan saat aku menjadi Peter Pan,
Tidak ada Wendy..
Ia tumbuh menjadi wanita dewasa..
Meninggalkan kenangan dan ciuman pertamanya..
Bersamaku disini dan di negeri antah berantah..
Ya, sedih..

Harusnya lelaki tak menangis,
Harusnya lelaki tak mengiba,
Harusnya lelaki tak meronta,
Harusnya aku menjadi lelaki yang kuat..

Harusnya aku sudah menemukan belahan jiwaku,
Harusnya aku tak termakan bujuk rayumu,
Harusnya aku melihat apa yang kau sembunyikan,
Harusnya aku sudah meninggalkanmu..

Kasih,
Dengarlah..
Ini bukan dari Romeo,
Ini bukan dari Peter Pan,
Ini bukan buatan Shakespeare,
Ini bukan catatan Hirata..
Ini dariku..
Aku pernah menaruh seluruh hati padamu,
Namun kini aku sadar itu salahku..
Mestinya, aku tak mengenalmu,
Agar aku tak akan melupakanmu..
Mestinya, aku tak mencintaimu,
Agar aku tak harus menangisimu..
Mestinya, aku sadar kau bukan punyaku,
Kau punya lelaki yang bisa mengisimu,
Dengan cinta yang lebih,
Dengan jawaban yang pasti,
Dengan belai kasih,
Yang s'lama ini tak pernah hadir antara aku dan engkau..

Thursday, March 1, 2012

Request Bagas

Posted by Unknown 0 comments
Pendaftaran SMA Harapan Bangsa baru saja dibuka untuk anak-anak kelas 9 yang sebentar lagi akan lulus meninggalkan sekolah lamanya masing-masing. Irsan mengikuti tes masuk SMA yang beda banget sama tes masuk SMP. Pasti. Tapi, karena emang otaknya cerdas, bagi dia soal itu sudah bisa ia terjang.
Pengumuman diterima atau tidaknya akan diumumkan seminggu sebelum pengumuman kelulusan. Sudah pasti, siswa yang mendaftar ke SMA HB (Harapan Bangsa) semakin deg-degan. Bukan hanya karena menunggu pengumuman kelulusan, namun juga menunggu pengumuman masuk tidaknya ke SMA harapan mereka.
"Dek, elo yang ngeliat pengumuman apa gue?" tanya Mutia, kakak perempuan Irsan yang sekarang sudah berkeluarga.
"Gue aja. Gue males elo yang ngeliat. Ntar elo duluan yang nangis kalo gue keterima. Benci gue," jawab Irsan kena banget.
"Sialan lo, dek," balas Mutia nggak kalah kena.
Beberapa saat kemudian, suami dan anak-anak Mutia memasuki rumah. Mereka sedang bersilaturahmi. Karena sudah lama sekali semenjak terakhir mampir ke rumah orangtua sendiri.
%%%
"Permisi, Kak, kelas 10-2 dimana?" tanya Febri ramah kepada kakak OSIS yang sedang bertugas menjadi pengawas MOS.
"Ntar kamu lurus aja, terus belok kanan. Ada papan gantungnya kok, di atas pintu kelasnya," ucap kakak OSIS itu pada Febri.
Febri berjalan menuju koridor yang ditunjuk kakak OSIS itu. Saat ingin berbelok, ia bertabrakan dengan seorang cowok. Putih, tinggi, manis. Febri aslinya pengen marah, tapi mengetahui cowok yang barusan tabrakan sama dia itu modal tampang, dia nggak jadi marah. Emang dasar cewek. Ngeliat produk bagus langsung luluh. Kalo cowok ngeliat produk bagus langsung semangat. Aneh.
MOS kali ini katanya tidak separah tahun lalu. Semua berjalan santai dan nggak ada sampe suruh lari ngitarin sekolah berapa kali. Nggak ada yang namanya suruh baris-berbaris ampe pingsan. Nggak ada! Semua lebih efektif.
"Silakan perkenalkan nama kalian masing-masing," suruh kakak OSIS yang mengawas di kelas 10-2.
Febri, yang duduknya pojok kanan depan, terpaksa mulai pertama. Dengan atribut MOS-nya, ia berdiri dan mulai memperkenalkan diri.
"Nama saya Aulia Febriyani dari SMP 1. Terimakasih," ucap Febri kalem. Ia berjalan balik ke tempat duduknya.
Diikuti beberapa orang lagi, sesi perkenalan hampir selesai. Namun, tiba-tiba ada ketukan pintu dari luar.
"Assalamu'alaikum," ucap seorang cowok. Febri mengenal rupanya. Cowok yang tadi tabrakan sama dia. "Heh, liat ini! Ada teman kalian yang berani ngelawan kakak OSIS! Mau diapain?!"
Sekelas diam, kemudian menyorakki anak tersebut.
"Apa sih, lu?! OSIS nggak mencerminkan diri terbaik! Jangan gitu, dong!" ucap anak lelaki itu pada cowok yang dikenal Febri.
"Kan, berani banget lu!" ucap cowok itu. DEBUG! Bogem mentah melayang ke pipi kanan anak lelaki itu. Dibalasnya pukulan itu dengan tendangan tepat di tulang kering. Kemudian, kegaduhan terjadi.
"HEI!" teriak Febri dan seluruh anak-anak cewek yang ada disana.
Salah satu meja terdorong dan mengenai pinggang Febri. Ia meringis kesakitan dan tiba-tiba perkelahian berhenti. Melihat Febri jatuh meringkuk di sebelah meja, semua mata tertuju padanya. Pelaku yang udah babak belur berdiri merapikan baju dan berlari menuju Febri.
"Eh, elo nggak apa-apa?" tanya cowok putih. Febri diam. Kesal. Dia punya mata gak, sih?! Punya otak gak sih?!
"Bego emang elo! Nggak pantes jadi anak kelas 11! Udah tau jatoh kayak gitu masih elo tanya!" ucap anak lelaki tadi. "Sini, gue bawa elo ke ruang PMR!" Anak lelaki itu membantu Febri bangkit dengan melingkarkan lengan kiri Febri di lehernya.
Kak Intan, salah satu pengawas di ruang 10-2 menunjukkan arah ke PMR. Seketika koridor ramai dengan kerumunan murid-murid baru dan senior.
%%%
"Eh, makasih, ya.." ucap Febri saat ia dibaringkan di atas tempat tidur PMR oleh anak lelaki itu. "Nama elo siapa?"
"Irsan," jawab anak lelaki tadi. "Elo?"
"Febri," ucap Febri. "Jangan berantem lagi. Inget, di dunia ini yang kita butuhin temen. Bukan musuh."
"Hahaha.. Selama mereka nggak mancing, gue nggak nyala. Selesai," ucap Irsan tegas.
"Tapi, gimanapun itu, elo harus bisa kontrol emosi. Karena elo udah mau 17," ucap Febri.
"Ya, deh," balas Irsan sekenanya.
%%%
Irsan dan Febri sudah menjadi siswa resmi di SMA HB. Irsan dan cowok putih yang pernah berkelahi dengannya dulu sekarang malah jadi sahabat dekat. Nggak nyangka, kan?
"San, ikut futsal, gak?" tanya cowok putih itu.
"Ikut. Tapi, gue nyusul," jawab Irsan. "Sat, gue bawa motor sendiri. Elo mending bareng yang laen. Nunggu gue lama, woy!"
"Ya udah, deh," ucap Satrio.
Irsan berlari menuju lorong 10-4, kelas Febri. Sebelum sampai disana, ia mengeluarkan sebuah amplop dan bunga mawar putih yang ia beli tempo hari.
Berbeda dengan suasana kelas 10-4, yang cowok-cowok pada menepi dan sudah tahu akan rencana Irsan yang bakal nembak Febri hari ini juga. Sementara yang cewek, sebagian yang sudah tahu ikut keluar, sebagian yang belum disuruh keluar juga.
TOK! TOK! TOK!
"Assalamu'alaikum," salam Irsan saat memasuki ruangan kelas Febri.
"Wa'alaikumsalam," jawab anak-anak yang berada dalam kelas.
"Ada Febri, gak?" tanya Irsan sopan.
"Ada. Febri!" panggil satu per satu secara bersautan.
Febri berjalan mendekat ke arah Irsan. Namun, saat kira-kira sudah berjarak satu meter, Irsan menyuruh Febri berhenti.
"Ini, gue mau ngasih ini buat elo. Terima, ya," ucap Irsan. Ia menyuguhkan bunga mawar putih tadi dan berlutut di depan Febri.
Febri, yang nggak tau apa-apa, kaget sendiri. "Dalam rangka apa, San?"
Irsan berdehem. "Gue suka sama elo dan gue pengen elo jadi pacar gue. Elo bersedia, nggak?"
Seisi kelas bersorak. Febri memerah. Irsan berusaha nggak sumringah. Soalnya, cowok butuh keberanian besar buat ngelakuin ini dan cewek butuh kepastian besar buat menerima semua ini.
"Gue.." jawab Febri menggantung. "Juga suka sama elo."
Irsan berdiri dan memberikan amplop pada Febri. Sorakan "BUKA! BUKA! BUKA!" mulai terdengar. Febri merobek ujung sebelah kanan amplop tersebut dan menarik isinya. Surat.

Febri,
Elo tau awal pertemuan kita? Pas gue jelek banget babak belur... Ya, mungkin elo masih inget atau udah lupa. Tapi, elo perlu tahu, saat itu, gue nggak dengerin elo sama sekali. Gue sibuk benerin detak jantung gue. Karena elo buat semua jadi bergerak cepat.
Senyum lo, tingkah laku lo.. Selama sebulan ini gue merhatiin elo. Nggak sadar ya..? Sori kalo ini terlalu cepat buat elo. Tapi, gue nggak suka nunggu. Gue suka kepastian.
Feb, gue sayang sama elo. Gue harap elo juga gitu.. <3
Irsan.. ~S.A lo~

Seandainya kelas sepi, Febri udah meluk Irsan berapa kali kayaknya. Dia cuma bisa tersenyum sementara Irsana mendekat merangkulnya. Setelah acara itu, Irsan mengajak Febri menonton futsal.
%%%
Bentar lagi kenaikan kelas. Febri pengen banget sekelas sama Irsan. Soalnya, nggak enak kalo pacaran beda kelas. Mojoknya nggak mantep. Dan nggak bisa duduk sebangku.
"Feb, kamu liburan kemana?" tanya Irsan sepulang sekolah sehabis UAS semester dua.
"Di rumah aja," ucap Febri.
"Ke mall yuk! Bareng Satrio sama yang lain. Kita nonton film bareng. Mau, gak?" Irsan menawarkan pada Febri.
"Ayo aja. Kak Satrio yang waktu itu berantem sama kamu?" tanya Febri.
"Iya. Masih diinget aja.." goda Irsan.
"Selalu.. Kalo itu nggak terjadi, kita gak kayak gini, San," ucap Febri.
Mereka pulang dengan mobil Irsan. Sepulang sekolah ini, Irsan mengajak Febri makan ke restoran. Untung uang bulanan ngasihnya di hari yang pas. Jadi, bisa nraktir pacar.
Sesampainya di restoran, nggak disangka Irsan bertemu dengan Satrio.
"Sat!" panggil Irsan.
"Hey! Ya, kaaaan... Mau makan bareng," ledek Satrio. "Hai, Feb!"
"Hai, Kak," sapa Febri balik.
"Iya, nih. Laper. Elo sendirian, Sat?" tanya Irsan.
"Tadi bareng Nanda sama Dean. Tapi, karena gue mesen, mereka pulang duluan gue yang bayarin," jawab Satrio. "Ya udah. Have a good date!"
"Makasih, Kak," ucap Febri kalem.
"Sama-sama. Awas pacar lu modus," goda Satrio.
Febri dipersilakan duduk oleh Irsan. Kemudian, mereka memesan menu favorit masing-masing dan semua biaya ditanggung Irsan. Febri membayangkan indahnya kalo dia bisa terus kayak gini sama Irsan.
%%%
Di setiap kisah, badai pasti datang. Dan disinilah ia muncul. Febri sedang dilanda masalah hati. Akhir-akhir ini, Irsan sering nyuekin sms dan telepon Febri. Alhasil, Febri curhat ke Satrio. Semua-muanya. Dari mulai awal kenapa sampe solusinya gimana. Satrio yang emang dekat dengan keduanya ikut membantu. Ia nggak mau ngeliat sohibnya patah hati dan pacar sohibnya ikutan patah hati.
"Feb, kata Irsan, hari ini kamu pulang dianterin gue," ucap Satrio pada Febri sebelum Febri menghampiri Irsan. Sekarang mereka udah satu kelas di kelas 11. 11-5.
Febri tersenyum pahit dan mengikuti Satrio. "Kak, kata dia apa tadi?"
"Dia ada urusan penting," ucap Satrio.
"Sepenting apa?"
"Nggak perlu tahu."
"Ih, kok dia sekarang gitu sih?! Udah nggak sayang sama aku kali, ya?" ratap Febri.
Satrio membatalkan niat untuk menyalakan mesin mobil. "Hey, Feb, Irsan lagi sibuk. Tapi, pasti dia bakal ngeluangin waktu buat sama kamu."
Febri tersenyum. Kak Satrio mood booster banget!
%%%
Hubungan Irsan dan Febri semakin meregang. Sementara itu, Febri dan Satrio justru semakin dekat. Irsan mulai panas dan cemburu.
"Feb, aku mau ngomong," aja Irsan pada Febri pas istirahat pertama.
"Disini aja nggak bisa?" tanya Febri.
"Nggak!" bentak Irsan. Febri langsung nurut dan mengikuti langkah pacarnya.
Mereka berjalan menuju taman sekolah dan duduk di atas bangku taman. Febri tahu apa yang akan terjadi dan Irsan masih galau menentukan apakah semua ini harus ia beritahu?
"Maaf, Feb. Akhir-akhir ini aku nggak pernah nyamperin kamu, nganterin kamu, atau apalah.. Aku lagi sakit, Feb," ucap Irsan. "Tapi, kalo emang kamu udah sebel sama aku, tinggalin aku. Setidaknya ngelepas kamu kayak gini bakal nambahin sakit sedikit aja dibanding kamu lepas duluan."
Febri tersentak. "Kamu sakit apa, San?"
"Kamu nggak perlu tau, Feb," jawab Irsan.
Febri meringkuk. Menangis. Menyaksikan itu, Irsan membuang muka. Sedih. Selalu sedih bagi seorang cowok melihat wanita yang dicintainya menangis.
"Feb.." panggil Irsan. "Kamu mending sama Satrio aja. Dia keliatan lebih ngerti kamu."
"Kamu nyindir?"
"Nggak. Kenyataan, kan?!"
Febri menarik nafas. "Kalo boleh jujur, iya! Aku kesel sama kamu, aku mau marah! Aku nggak suka sama cara kamu ninggalin aku diem-diem. Setidaknya, aku cewek kamu. Kamu bisa kasih tau aku, kan! Sekarang, aku udah keburu jatuh cinta sama yang lain. Dan salah kamu, San! Kamu telat!"
Irsan membalikkan badan dan menatap tajam di bola mata Febri. "Ya? Itu karena aku sayang sama kamu, jadi aku nggak mau kamu tau tentang aku. Sekarang kamu kejar Satrio! Kalo emang kamu lebih sayang sama dia! Bagus, kan?! Kamu dapet apa yang bener-bener kamu sayang! Bukan sekedar kamu suka!"
Febri berdiri menampar Irsan. "Ya.. Aku nyesel pernah jadi punya kamu!" Kemudian cewek itu pergi meninggalkan Irsan yang semakin merapuh.
%%%
Putusnya Irsan-Febri menjadi peluang besar bagi Satrio. Ia langsung mengambil langkah dan sekarnag Febri jadi miliknya. Di lain sisi, Irsan berusaha memaafkan Febri dan Satrio.
Pensi tahunan akan diadakan seminggu lagi. Irsan diminta membacakan sebuah puisi. Selain terkenal dalam futsal, Irsan juga bagus dalam bidang sastra.
%%%
Mengenalmu butuh segenap jiwa..
Mencintaimu kutaruhkan segenap hati..
Kehilanganmu bukan bagian dari rencanaku..

Aku s'lalu berkata,
Yang terlalu cepat akan selalu terlalu cepat..
Begitu juga kedatanganmu..

Semakin cepat gelap datang, semakin cepat pula terang pergi..
Semakin aku berusaha bertahan, semakin muncul siluetmu di benak hati..
Yakinlah kasih, meski kau bilang kau menyesal,
Bagiku, kau masih yang terindah..

Ketika membacakan puisi tiga bait itu, Irsan hanya membayangkan wajah Febri. Cewek yang pernah menjadi miliknya. Bersatu karena perkelahian, berakhir dengan perkelahian. Bersatu karena musuhnya, berakhir karena sahabatnya. Cewek yang menjadi kenangan terindah. Setidaknya untuk saat ini saja..

Request Erin 2

Posted by Unknown 0 comments
Kau..
Sebut aku jalang,
Sebut aku binatang,
Sebut aku liar...
Sebut aku palsu,
Sebut aku rapuh,
Sebut aku 'indah'...
Kau..
Bilang aku menyebalkan,
Bilang aku murah,
Bilang aku tidak punya harga diri...
Bilang aku menggoda,
Bilang aku pura-pura,
Bilang aku godaan neraka...
Tapi, apa kau tau?
Apa kau tahu yang kurasakan?
Apa kau tahu yang kutahankan?
Apa kau tahu yang kusembunyikan?
Apa kau tahu yang kusimpan?
Apa kau tahu yang tidak kukatakan?
Apa kau tahu?!
APA KAU TAHU?!
Tidak!
Kau tidak pernah tahu..
Kau tidak akan pernah ingin tahu..
Yang kau lihat hanyalah sampul bukuku..
Yang kau lihat hanyalah senyum palsuku..
Yang kau lihat hanya sebatas pajanganku..
Yang kau lihat hanya wajahku..
Pernahkah kau berpikir betapa sakit aku menahan,
Setiap kali kata-kata menyakitkan itu kupaksakan untuk mengalir?
Melewati luka-luka di dalam hati,
Menambah sayatan kecil di dinding-dinding rapuh hati ini..
PERNAHKAH KAU BERPIKIR?!
Egois..
Kau egois!
Kau hanya memuaskan emosimu tanpa mengetahui kehadiranku,
Perasaanku,
Sakit hatiku,
Airmataku,
Kepalan tanganku,
Tetes darahku..
Sedih..
Aku sedih!
Yang kuterima hanya sebuah kritik,
Sedih untuk berkata aku sudah terbiasa,
Sedih untuk berkata ada yang lebih buruk lagi,
Sedih untuk berkata aku bisa melewatinya,
Sedih untuk berkata aku bisa membiarkanmu pergi,
Sedih untuk berkata akan ada pengganti...
Sakit..
Kita sama-sama sakit!
Aku sakit karena libasan kata-kata pedasmu..
Kau sakit karena kau kehilangan hatimu..
Sadarkah?
Dengan sepatah dua patah ucapanmu,
Kau melukai segenap hatiku?
Ya..
Namun ini sia-sia..
Kau akan tetap mencaci,
Aku akan tetap menerima dan bertahan..
Tapi, aku bersyukur,
Setidaknya kau tahu aku ada..
Walau yang kau tanam hanya sebatas kebencian..

Request Loly

Posted by Unknown 0 comments
Aku bagaikan setangkai daun yang tertiup mengikuti arah angin..
Aku bagaikan kelopak bunga mawar yang gugur bersama airmata..
Aku bagaikan bagian hati yang pecah bersama kepergianmu..
Aku bagaikan sebuah nama tanpa kehidupan, tanpamu..


Aku bagaikan seutas tali tanpa ujung yang pasti..
Aku bagaikan sejuta mimpi tanpa sebuah pagi..
Aku bagaikan langit tanpa bintang..
Aku bagaikan laut tanpa ikan..


Tiap malam, di bawah tatapan Tuhan,
Aku berdo'a...
Tuhan, berikan aku tanda bahwa dia bahagia disana..
Bersamamu, di sampingmu..
Tiap malam, di bawah dekapan rembulan,
Aku bersenandung...
Hai, engkau yang tertidur di sana..
Kuharap kau tak akan lupa,
Kuharap kau bahagia...


Aku bagaikan serpihan kayu yang tertiup karena badai..
Aku bagaikan sehelai kertas yang diwarnai oleh satu tinta..
Aku bagaikan udara yang bebas, namun aku tak terarah..
Aku bagaikan sebuah kompas, yang menunjuk ke tempat kau berada..


Aku bagaikan awan abu-abu sebelum hujan..
Aku bagaikan do'a yang menggantung di sayap kupu-kupu..
Aku bagaikan sentuhan seorang malaikat di malam kelam..
Aku bagaikan kertas usang di dalam sebuah buku..


Tiap malam, di bawah mata Tuhan,
Aku berlutut...
Tuhan, perlihatkan mata indahnya dan senyumnya lagi padaku..
Agar mataku berhenti menghujani kemarau di pipi..
Aku menyatukan kedua telapak tanganku...
Tuhan, bagaimana kabarnya? Apa dia baik-baik saja?
Masih ingatkah dia denganku?
Aku terhempas ke hamparan rumput di depan mataku..
Menguraikan segala catatan kasih sayang yang pernah kutulis padamu..
Mengukir bisik-bisik rindu di atas rerumputan ini..
Membisik menangis di hadapan Tuhan,
Di hadapanmu, jika kau melihat dan mendengarku..


Hai, aku rindu kamu..
Aku sayang kamu..
Aku mau pergi ke tempatmu..
Suatu hari, kita pasti bertemu lagi.
Lama mungkin,
Tapi, akan kita urai kembali kisah cinta yang menggantung dulu..
Suatu hari nanti..
Mungkin dalam surga di bawah sayap malaikat Tuhan..
Hanya kita saja..
Tanpa ada sebuah ledekan..
Tanpa ada sebuah ketidakpastian..
Hanya kau dan aku,
Serta pesan kita dulu..

MA-RA-WIS!

Posted by Unknown 0 comments
*Ini request dari Adam.. Ini orang emang resek banget. Dia bahagia ngeliat gue jelek-jelekin diri sendiri di BLOG sendiri. Tapi, karena gue baik dan NGGAK GENGSI-an, jadi gue bikinin cerita tentang marawis. Tuh, Dam! Baca!!!!! Syukur gue buatin! -_-"*
Maap, ceritanya gue edit sedikit, tapi ada yang menurut kejadian asli! -_-"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dimulai dari entah apaan gue nggak tau, yang jelas waktu itu gue sedang berpikir. Memikirkan sesuatu dengan muka yang amit dongo abis! Tapi, jelas, namanya orang berpikir itu 11-12 sama orang ngeden. Jadi, harus maklum. :)
Gue panggil Farrel, "Rel, boleh gak gue ikut marawis?" Farrel diem aja gitu. Natap gue dari ujung ke ujung dan mukanya nyolot banget. Ngerendahin! "Heh! Ditanyain malah diem aja!"
"Emang elo bisa?" tanya Farrel. Ini anak minta digampar. Titik.
Gue narik nafas. Tadinya sih, mau gulung lengan baju buat nabok, tapi karena mukanya Farrel priceless, gue tahan emosi. "Jadi vokalnya aja. Kalo main alat gue nggak bisa.. SAMA SEKALI!" Jawab gue emosi.
"Santai... Ya udah, baguslah ada vokalnya. Nggak jelek-jelek amat marawis jadinya," ucap Farrel nggak tau maksudnya apa. Muka gue kurang lebih kayak gini >>> ._____.
###
Beberapa hari setelah itu, gue nggak dipanggil-panggil marawis lagi. Nggak dikasih tau jadwal latihan, pokoknya udah kayak anak marawis baru masuk persis anak ilang. Alhasil, gue berpikir, gue nggak jadi dimasukin marawis. Bahagia? Kalo boleh jujur sih, iya. Tapi, kan gue mau nyoba, masa kagak dikasih kesempatan?! -_-
Gue tanya temen gue yang cewek yang ternyata udah jadi anggota marawis lebih senior dari gue, cuma nggak aktif. "Tasya, marawis kapan latihan?"
"Elo ikutan marawis, Min?!" dia nanya pake mata berbinar-binar. Gue ngangguk dan responnya pake mata biasa. "SERIUSAN?!" Gue jawab sambil sedikit ngeri. Temen gue.. ._.
"Terus, marawis kapan latihan? Pertanyaan gue belum lu jawab," ulang gue sekali lagi.
"Hari Sabtu," jawab Tasya purik.
"Nggak bisa hari Jum'at?"
"Kagak."
"Kalo gue gak bisa Sabtu gimana?"
"Dih, masa baru masuk langsung gak bisa?"
"Biasanya gue sibuk."
"Sok sibuk!"
"Emang gak boleh latihan selain hari Sabtu?"
"Kagak. Tanya Farrel dkk deh.."
Hening ............
"Eh, gak tau deng. Ya udah ya, gue ke kelas dulu."
Tasya ngicir ke kelas. Gue diem aja. Sialan emang itu orang.
###
Nah, sekarang mulai anggota marawis di kelas gue nanyain apa gue bisa main marawis atau baca bahasa Arab atau nggak. Kurang kampret apa coba?! Emang gue sehina itu?! Kalian gilaaaaaaaaa...
Gue tanya Farrel tentang kepastian latihan marawis. "Rel, marawis latihan setiap hari apa?"
"Sabtu," jawab itu orang singkat, padat, ngeselin.
"Nggak bisa diganti?"
"Kagak."
"Kenapa gak bisa?"
"Elo mau dibantai anak marawis yang lain?"
"Kagak."
"Nah, ikuti aturan main kalo gitu."
"Sialan..."
Sekian. Selalu endingnya nggak enak buat gue. Alhasil gue diem lagi. Gue pulang ke rumah pas jam sekolah dan nanya ke ortu tentang acara Sabtu besok. Ada acara ternyata. Sabtu depannya lagi, ada acara juga. Alhasil, gue nggak bakal bisa ikut latihan marawis.
###
Hari Kamis, ternyata ada latihan marawis dadakan. Yang bikin gue sebel setengah mampus itu ya, karena dadakan. Soalnya, hari Kamis itu harinya gue les dan nggak bisa diganggugugat sama jadwal lain. Siakeeeeeee.. Gue izin sama Farrel. Nitip izin ke dia supaya dibilangin ke OSIS marawis yang lagi menjabat saat itu. Selesai masalah satu.
Tapi, pas besoknya, Tasya  ngomel ke gue, kenapa gue nggak nemenin dia latihan bareng cowok-cowok gila. Gue ketawa ngakak dulu, jeda sebentar, ketawa lagi, baru gue jawab gue ada les hari Kamis kemarin. Done. Masalah dua selesai.
Yang menajongi adalah... ada kabar MAHO (Marawis Hore!) bakal lomba di Korpri beberaa hari lagi. Gue... NYES! Dan gue didaftarin jadi vokalis. Ngenes. Udah nggak pernah latihan, nggak pernah ketemu wajah-wajah anak marawis, dan sekalinya niat langsung lomba. KE-JAM!
###
Tiba hari dimana gue akhirnya batal acara Sabtu dan jadinya ke sekolah. Latihan marawis. Denger-denger, para anak marawis itu maho dan gila semua. Alim sih, iya. Gila juga iya. Jadi, gue penasaran sama muka-muka mereka. Padahal aslinya sebagian gue kenal dan sekelas sama gue.
Ini nama anggota marawis:
  1. Dhimas
  2. Rama
  3. Adam
  4. Farrel
  5. Hadi
  6. Dandi
  7. Almaz
  8. Fadhil
  9. Audrey
  10. Tasya
  11. Gue (Yasmin)
Dan manajer kami... Dobe. Serta pelatih, Kak Muhsin (gak tau tulisannya) -_-" Aslinya ada Bagas, tapi dia nggak jelas anak marawis apa nggak. Gue nggak ngerti. Oke..
Kita latihan semua nih, latihan sampe capek daaaaaaaaan ujungnya main. Yang cowok main di laptop, gue-Tasya ngobrol dan selebihnya si Tasya dengerin dan liatin lagu Korea yang pasti banget bikin gue purik naudzubillah.. -_-"
Tibalah waktu pulang.
###
Kita percepat H-1.
Gue dan ke-10 anak marawis + Dobe (nyampah emang ini anak), latihan non stop sampe sore. Gue udah hafal satu lagu dan ada lagu pilihan ternyata. Allahuma... .___. Gila banget kan!? Tapi, gue berhasil ngafalin dumss... Terus, Tasya yang tadinya main dumbuk pindah vokal dipaksa gue dan Dhimas dan Kak Muhsin. Jadi, gue bagi part lagu sama dia. YES!!! Gue nggak stress ngafalin sendiri! Yay!
Terus, kita latihan koreografi. Koreonya mirip koreo Korea. Siapa lagi kalo bukan Tasya yang bikin?! -_-" Tapi keren, kok. Awalnya Fadhil doang yang tau gerakannya. Terus sisanya pada tau. Dan kita....... LATIHAN DARI AWAL MASUK! .__. Gue gemeteran!
Kalian tau, cowok-cowok itu kalo istirahat main bola, dan karena latihan rampungnya abis istirahat, mereka keringetan dan gue.. JIJIK BANGET!!!! Ewww.. :&
Keringetnya bau-bau banget dan gue barisnya diapit sama Tasya, yang mendingan keteknya nggak bau karena dia cewek, dan Adam... yang sama rata baunya sama cowok-cowok yang lain. Jadi, di masjid itu cuma ada bau keringet. Selesai.
Kita latihan. Tapi, nggak sampe abis. Tapi, udah bagus. Terus kita pulang.
###
Hari H-nya. Gue, dengan begonya keramas. Sampe sekolah rambut gue gak kering. Gue keringin rambut bareng Tasya sambil nunggu anak-anak cowoknya yang ngaret parah.
Ceritanya udah ngumpul nih.. Kita latihan depan lab. Pada blank semua koreonya. Pada marah, panas, saling nyalahin, dan... panik. Tapi, sebagai OSIS yang menjabat, Dhimas bertindak... gila! Dia minta ulang terus. Udah tau suara gue terbatas dan Tasya belum begitu hafal lagunya. Di-capslock, TASYA BELUM BEGITU HAFAL LAGUNYA!!!!
Kita latihan sampe waktunya. Dhimas sama Kak Muhsin daftar ulang. Seharusnya, sisanya pada latihan, tapi karena pada batu, jadi main bola di lapangan belakang deket kamar mandi.
Gini adegannya..
"Dhil, lima menit aja," pinta cowok-cowok gila itu. Pada pake celana pendek semua dan Hadi... Hadi pake boxer. -_-"
Yaudah, Fadhil kasih lima menit. Fadhil ini calon pengganti Dhimas sebagai OSIS bidang marawis. Sip. Lima menit. Gue ama Tasya bertindak melawan kucing. Gue takut banget sama yang namanya kucing. Jadi, kalo elo pecinta kucing, sori aja, gue takut kucing! -_-
Setiap bola keluar dari lapangan, mereka-mereka selalu was-was..
"AWAS ADA SUARA MOTOR!!!" kata para Maho. Gue nggak ngerti awalnya. Tapi, mungkin otak gue lagi gerak jalan, jadi lancar, gue berpikir... Oh, Dhimas tadi bawa motor mungkin maksudnya awas ada Dhimas. Oooooh...
Ketiga kalinya mereka ngomong gitu, suara motor Dhimas beneran muncul. Pada ketangkep basah. Ngakak semua. Dhimas geleng-geleng stress. Siapa yang kagak?! Lo bayangin.. ngurus cowok-cowok gila itu bisa bikin gila!!! Dhim, sabar yaaa ntar lagi giliran Fadhil kok. :P
Kita pake kostum dan berangkat. Ternyata kita telat.
###
Ini saat menegangkan. Kita dipanggil..
Kita beraksi.. Gue salawat nabi.. Gue nyanyi, Tasya lupa. Gue back-up. Giliran gue...






GUE LUPA SATU BAIT, NYETTTT!!!!

Okeh, gue lupa satu bait dan nggak ada yang nge-back-up sama sekali. Sialan emang si Tasya... Pindah ke lagu pilihan, Anna Habaitak!
Disini puncak kepanikan terjadi. Dhimas lupa pukulannya, tapi dia akhirnya dapet. Gue berhasil lewatin bait satu, dua.. Masuk bait tiga berhasil separo-separo.. Gue gak liat koreonya. Shit!
Sampe di akhir, karena udah kacau banget, dan Tasya salah sebut liriknya... Dhimas berhenti, semua langsung tatap-tatapan (kata Adam), kemudian Dhimas berteriak..

"ANNA HABAITAK!!!!!" Abis... Selesai. Ancur!
Dan yang paling ngeselin adalah.. Gerakan koreo Korea-nya yang bagus nggak dipake. Keburu ancur. Dan ini disebut dengan.. TRAGEDI KORPRI. Salah siapa? Yasmin. -_-" (PUAS LO DAM?! PUASSSSS?!) Salah gue, readers.. Salah gue. Salah gue!!!!! Sekali lagi, SALAH GUE! PERLU GUE GEDEIN?! SALAH GUE, DAM! SALAH GUE!!!! -_-"

Kita turun panggung. Mukanya pada laknat semua. Capek, bete, kecewa, capek. Sekian. Kita ngomel sepanjang masa tentang betapa gobloknya aksi tadi. Gue minta maaf berulangkali ke para maho karena emang iya sih, letak salah utama itu di gue. Tapi, tetep, gue orang baik, gue minta maaf. Emang Adam.. maunya liat orang ngejelek-jelekin diri sendiri?! Grrrrr... *mad*
###
Malemnya gue tidur sambil bisik ke diri sendiri, "Gue nggak akan pernah ke korpri lagi. Nggak akan masuk korpri. Dengan alasan apapun!"
Disini letak keanehannya.. Mimpi gue..
Jadi, ceritanya gue itu lagi di sekolah dengan kostum marawis. Dikelilingi semua anak cowok marawis - Dobe. Tasya, anehnya, kagak ada. Dan mereka semua meletakkan jarinya di depan muka gue sambil bilang,
"Ini semua gara-gara lo, Min! Gara-gara elo lupa syair dan salah! Kita kalah, Min!"
Paginya, gue nggak tenang. Ini mimpi punya kesempatan jadi nyata. Dreams do come true, kan? Tapi, kalo mimpi buruk come true juga?! Aaaaah...
Gue ke sekolah. Malu. Banget. Tapi, gue pede aja. Setidaknya, belajar.. Kalo namanya lupa itu perlu dibasmi dan latihan itu harus intensif. -_-"
Gue ceritain mimpi gue ke anak-anak marawis di kelas gue.. Mereka ketawa dan berniat merealisasikan mimpi gue. Sialan kan?! Tapi, gue percaya mereka nggak sekejam itu dan nyatanya, sampe sekarang mereka nggak pernah merealisasikan mimpi gue. Makasih..
Tapi, yang gue malesnya adalah.. since then, para cowok marawis di kelas gue selalu tepok-tepok tangan nggak jelas sambil nyanyi lagu Anna Habaitak di bagian pas gue salah. Luarrrr binasa! Gue merasa tersindir dan itu nusuk serta malu-maluin.
But, they're awesome. Gila, tapi pada keren. Gue aslinya jadi belajar kalo kekalahan itu nggak selamanya malu-maluin. Yang penting itu kita udah berani dan kita ada temennya. Jadi, selama kekalahan itu bukan segala-galanya buat kita, PUT YOUR HEAD UP and KEEP TRYING. Siapa tau, di waktu yang akan datang, bakal ada kesempatan buat menang. :)
###

Gimana, Dam? Bagus, kan??? Wakakakakak... Puas ngeliat gue jelek-jelekin diri sendiri?!

.______________________."

Heart Whispers

Posted by Unknown 0 comments
*BUAT YANG COPAS KARYA GUE, SEMOGA HIDUP ELO BAHAGIA, SEMOGA OTAK ELO MAKIN PINTER, SEMOGA SIFAT ELO NGGAK TAMBAH BUSUK, SEMOGA DIKASIH IMAJINASI SAMA YANG DI ATAS. NGGAK BISA YA, BUAT KARYA SENDIRI?! GIMANA INDONESIA MAU MAJU KALO ELO MASIH PADA COPAS KARYA ORANG LAIN?! BANGGA JADI PLAGIAT?! HAHAHA.. GUE SIH, MALU! MAKASIH*
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

If my dream is the only place we can be each other's belonging, please never wake me up..
If my dream is the only place you're gonna love me the way I love you, please let me sleep..
If my dream is the only place where background music of our story is being payed, please don't stop me from dreaming..


Every time our eyes meet,
This heart beats,
Unusual, but exciting..
Every time we speak,
These knees and guards get weak,
Shaking, but amazing..
Every time you do your smile,
My world stops for a while,
Just to see the beauty of the person I'm in love with..


I'm not one of those pathetically romantic person, No!
But for you, I could become a complete fool and write you thousands of love poems..
I'm not that huge fan of love stories, No!
But I'd spend my whole day just to think of every chance we might have..
I'm not a daydreamer, No!
But, I'd dream the wildest most beautiful fairytale for us..


Call me crazy, but I've been in love..
Only with you
Call me obsessed, but I've been having dreams..
Only about you
Call me insane, but I've been wondering..
Wondering if I ever crossed your mind someday


Those little jokes, smiles, laughs, or even fights..
Yup, I love that.
Now, that I know you like her like I like you,
I'm stopping..
Stopping my eyes from crying,
Stopping my ears from listening,
Stopping my mind from thinking,
Stopping my heart from breaking..
But, I'm not gonna stop from hoping..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


SEKALI LAGI, KALO ELO NGE-COPY-PASTE TULISAN GUE DARI BLOG, JANGAN BANGGA! SOALNYA, ELO CUMA BISA MENYALIN OTAK ORANG! MANA KREASI ELO?! MANA SUMBANGAN KARYA ELO BUAT DUNIA/INDONESIA?! MANA HARGA DIRI ELO SEBAGAI MANUSIA YANG JUJUR?! MANA?! BANGGA BANGET JADI PLAGIAT?! YAAAAH, SABAR YA..
DI DUNIA INI, NGGAK BUTUH PLAGIAT, BUTUHNYA INVENTOR!
JADI, JANGAN BANGGA KALO ELO NGE-COPAS KARYA ORANG! KARENA JUJUR, ITU MENCERMINKAN SIFAT ELO YANG BEGO, NGGAK KREATIF, DAN YAAAA SUKA NYOLONG.. MAU TAMBAH DOSA?! WELL, SILAKAN AJA COPAS.. GUE SIH, MASA BODO! YANG MALU ELO INI, BUKAN GUE! GUE SIH, BANGGA KARYA GUE DICOPAS. ITU BERARTI KARYA GUE BAGUS SAMPE ADA YANG RELAIN HARGA DIRINYA CUMA UNTUK NGEBUAT KARYA PALSU.. HAHA.. BANGGA, KAN?! JANGAN MUNDUR KALO UDAH MAJU! BUKTIIN KALO ELO BANGGA JADI PLAGIAT! BIAR DUNIA KETAWAIN ELO.. INI BUAT ELO YANG UDAH COPAS!

TINGGALIN BLOG GUE SEKARANG JUGA!
 MAKASIH! -UPGRADE OTAK YA, PLAGIATORS! 

Blog List

 

Re-A-Lis-Tic Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos