"BISA NGGAK SIH, ELO NGGAK NYOLOT?!" bentak Bella di hadapan Farhan. Farhan yang mukanya emang terlahir nyolot, yaaaa, nggak bisa bilang apa-apa. "Elo baru adek kelas gue. Jadi, elo harusnya hormat sama gue!"
Farhan terkekeh. "Harus gitu? Cuma masalah umur dan tingkatan, gue perlu hormatin orang kayak lo?! ... Makasih, deh. Masih banyak orang yang lebih berguna yang bisa gue hormatin."
Kesabaran Bella sudah hampir meluap, tapi ada Akbar yang menyuruhnya berhenti melawani anak nyolot itu. Akbar, yang pada saat itu berstatus mantannya Bella, bisa meluluhkan emosi Bella dan menarik gadisnya kembali sebelum sesuatu yang tidak-tidak terjadi.
"Bel, udah. Mendingan duduk dulu," ujar Akbar lembut sambil merangkul Bella ke tempat duduk di depan kelas 8-7. "Dia kenapa sih?"
"Nyolot. Tau, ah. Aku males ngadepin anak kayak gitu. Capek! Baru junior aja udah belagu, gimana kalo kita nanti lengser OSIS?! Najis!" ucap Bella sambil bolak-balik tarik nafas.
Akbar mengambil tempat duduk di sebelah Bella. "Namanya jadi kakak OSIS, banyak konsekuensi dan tanggung jawab, sama cobaan. Mungkin, karena Farhan, kamu bisa lebih sabar."
Bella tersenyum. "Thanks. I'm so lucky I'm yours."
~~~
Beberapa hari ini, suasana MOS emang lagi getar-getir. Kenapa? Karena banyak banget anak baru yang nyolot di SMA Nusa Bangsa. Jadi, kakak OSIS yang cewek-cewek pada senewen semua. Kalo yang cowok-cowok mah, karena emang COWOK, jadi mereka oke-oke aja. Ada yang ngelawan, bales aja sama tatapan atau ancaman. A piece of cake alias easy.
"Farhan!" panggil Reina, adiknya yang juga setingkat sama dia. Reina ini beda setahun sama Farhan, tapi karena dia ikut kelas akselerasi, mereka berdua jadi berada di satu tingkat.
"Apaan?" sahut Farhan sambil mendekat ke arah adiknya itu.
"Ntar, bilang Pak Darmin nggak usah nungguin aku pulang. Aku masih ada urusan sama guru les. Oke?" pinta Reina.
"Mau ngapain emangnya?" tanya Farhan, berlagak seperti kakak yang peduli. Padahal, aslinya dia masa bodo sama adeknya.
"Mau ada pemberian materi kelas 10. Aku kan, aksel. Jadi, belajarnya ngebut," jawab Reina kalem, santai, dan jelas. Sebagai adek-kakak, ketauan Farhan nggak pantes jadi kakak. Adeknya lebih pinter, wibawa, dan tegas. Sementara Farhan sendiri, pinter sih, tapi santai, slengean, care free, dan nggak merasa diberatin gitu.
"Ya udah. Hati-hati. Gue males kalo mama ntar udah nanya-nanya ke gue," ucap Farhan sekenanya. Reina mengangguk dan pergi kembali ke kelas MOS-nya. Beberapa langkah kemudian, bel masuk kembali berbunyi. Haluan neraka juga ikutan menggema.
"Assalamu'alaikum," salam kakak-kakak OSIS yang baru masuk.
"Wa'alaikumsalam," jawab anak-anak MOS kelas 10-2.
"Eh, kalian hari ini ada baris-berbaris di luar. Jangan lupa atribut semua-muanya dipake. Kalo ada yang nggak pake, semua push-up 3 seri. Oke?" ucap Bella lantang.
Farhan dengan tangan yang dilipat di depan dada berkicau. "Gue nggak mau. Panas. Kulit gue ntar makin item. Jadi, gue di kelas aja."
Bella menarik nafas. "Wajib."
"Itu sih, buat yang lain. Buat gue mah, sunnah. Jadi, tetep, gue nggak mau," lanjut Farhan. "Dan, kalo elo maksa, gue makin nggak mau."
"Kalo kamu nggak mau nggak apa-apa. Tapi, nilai sosialisasi dan kedisiplinan kamu dikurangi 10 point, ya?" ancam Vilda ikutan kesel liat muka Bella yang kesel.
Farhan mengubah posisi tangannya. "Emang kedisiplinan sama sosialisasi cuma lewat baris-berbaris? Hah? Nggak tuh. Selama kita nggak telat, patuh, nggak ngelanggar peraturan yang benar, gue bilang itu disiplin. Dan selama kita bisa berbaur, punya temen, gaul, dan dikenal, gue rasa itu udah cukup bersosialiasi." Farhan menarik nafas. "Dan nggak semua pengurangan nilai mempengaruhi prestasi gue di sekolah ini nantinya. Bahkan, kalo sempet kepsek kalian guna-gunain buat ngeluarin gue dari sekolah, yang salah mah kalian. Jadi, sekali lagi, gue nggak ikut baris-berbaris."
JRENG! Satu-kosong buat Farhan. Sekarang posisi Farhan sama kakak OSIS berbeda satu poin. Ya, setidaknya, kakak-kakak OSIS jadi tahu kalo Farhan punya otak dan nggak bisa dimain-mainin lewat ancaman-ancaman OSIS yang kadang nggak jelas maksudnya.
Bella menarik nafas. "Terserah kamu, deh. Saya capek ngurusin orang kayak kamu."
"Terus, kenapa elo mutusin diri jadi OSIS kalo nggak bisa ngadepin adek kelas kayak gue?" balas Farhan nyelekit.
Bella keluar, membanting pintu. Anak-anak sekelas bertepuk tangan pada Farhan. Mereka salut, ada orang secuek-bebek ancur dan nyolot kayak Farhan. Keren!
~~~
"Bar, apapun yang terjadi, aku nggak akan pernah buat si anak nyolot ngeselin itu tenang sekolah disini! Ngeselin banget," adu Bella saat istirahat kedua MOS. Bella dan Akbar sedang makan bareng di kantin sekolah.
Akbar yang malah ketawa ngeliat sikap Bella, jadi tersedak es jeruknya sendiri. "Bel, kamu kalah nyolot sama dia?"
"Ih, kamu kok, malah ikutan ngeselin, sih?! Dia tuh, kalo ngomong nyolot, tapi yaaaa, bener gitu. Masuk dan nusuk. Gila, kan?! Jarang orang nyolot kalo ngomong itu bener," ucap Bella makin kesel.
"Hei, kalo kamu digituin aja udah kalah tarung, gimana kalo lebih? Ayo dong. Bella yang aku pacarin, biasanya kalo ngebacot dan menyoloti orang itu jago banget. Mana semangatnya???" hibur Akbar sambil menggengam pipi Bella di kedua telapak tangannya.
Bella tersenyum sambil melet. "Makin ngaco kamu!"
Kemudian, Farhan lewat di hadapan kedua orang yang sedang berduaan itu. "Heh, OSIS macam apa pacaran di publik?"
"Pacaran macam apa yang selalu sembunyi-sembunyi? Kalo cinta, emang harus ditunjukin, dong," balas Bella, kemudian mengajak Akbar balik ke kelas mereka.
Farhan diam dan terkekeh. Dalam hati ia berkata, kalo beneran cinta, orang lain nggak perlu dibuat tau. Seharusnya cuma kedua orang doang yang perlu tau. Salah lo, Bel! Salah! Semakin banyak tau, semakin rentan dirusakin.
~~~
DEBUGGGG!!!! Kepala Reina terkena hantaman bola basket waktu menonton demo ekskul. Sesaat, semua pertunjukan dihentikan. Farhan menghampiri adiknya. Begitu juga orang yang tadi melemparkan bola basket tersebut, yang tak lain adalah Akbar.
"Rein, kamu gak apa-apa?" tanya Farhan sambil memegang kepala adiknya.
"Pusing. Banget," jawab Reina meringis kesakitan.
Akbar buru-buru meraih lengan Reina dan dibantu Farhan, cowok-cowok itu membantu Reina berjalan menuju PMR.
"Ya Allah, dek, maafin saya, ya? Serius, nggak sengaja. Kalo kenapa-napa, laporin guru aja. Saya siap dihukum, kok. Oke?" ucap Akbar panik. "Serius, ini kalo misalnya sakitnya berlanjut, kasih tau saya aja. Demi Allah, saya nggak sengaja."
"Dia udah kenapa-napa, woy," ucap Farhan sambil membantu adiknya berbaring di kasur PMR. "Heh, udah elo mending lanjutin aksi lo. Daripada adek gue tambah puyeng ngeliat muka lo."
"Ya udah, deh. Sekali lagi, saya minta maaf banget," ucap Akbar yang kemudian berlalu ke lapangan basket.
Reina menutup matanya dan meringis. "Han, pusing banget, nih. Tapi, setidaknya, aku bisa ditolongin sama kakak kelas taksiran aku."
Farhan yang semula khawatir, jadi sewot. "Jadi kamu suka sama Akbar?! Ya Allah, Rein, modus banget sih!"
Reina ketawa. "Eh, tapi kan, emang kejadian tadi berdasar nggak sengaja. Jadi, yaaaa artinya aku nggak modus. Aku cuma beruntung kena bola basket lemparan Kak Akbar. Walaupun sakit, tapi dia udah gotong aku ke PMR. Pegangan. Dirangkul. Dan dia genggam tangan aku sambil minta maaf. Kurang apa coba?!"
Farhan ikut ketawa. "Adek gue pinter banget kalo udah urusan cari kesempatan ya.. Tapi, hati-hati, dia udah ada pacar. Pacarnya nyolot banget. Dan gue benci banget sama pacarnya."
"Kak Bella, kan? Nggak masalah. Aku kan, naksirnya sama Kak Akbar. Sekedar naksir. Urusan kapan ditembak mah, tunggu mereka berdua putus aja. Ntar, baru, aku kasih kode," ucap Reina sambil sedikit-sedikit memegangi kepalanya.
"Dasar," jawab Farhan. "Gue balik ke lapangan, ya.." Reina mengangguk dan memerhatikan abangnya keluar ruangan PMR.
~~~
Semenjak kecelakaan kena bola basket Reina, kabar burung banyak yang beredar. Entah itu Bella cemburu, atau Reina modus, atau Farhan ngajakin bales dendam, atau malah sampe yang ekstrem dan kesannya sinetron banget, Akbar merasa bersalah, jadi dia minta Reina pacaran sama dia buat nebus kesalahannya. Yang itu gila banget!
Sudah tiga hari, Farhan dan Reina resmi jadi siswa baru di SMA Nusa Bangsa. Farhan eksis sekarang. Karena kenyolotannya waktu MOS, hampir seluruh cewek kelas 10 menggemari sikap beraninya. Reina juga nggak kalah eksis. Punya tampang, punya otak, ada duit. Ya udah, kurang apa coba? Dia alim lagi. Pake kerudung, rajin solat, kalo baca Qur'an bagus. Selesai sudah, semua cowok jadi kayak terkena serangan magnetnya Reina.
Reina memilih ekskul basket, karena ada Akbar dan emang dia gemar basket. Karena itu juga, Reina makin banyak diperhatiin cowok. Farhan, yang jadi kakaknya Reina, modus banget. Karena kharisma adeknya, dia jadi diterima dimana-mana dan dia malah semakin besar kepala. Tapi, aslinya nggak. Kadang capek juga dapet banyak request di BBM. CEWEK SEMUA!
"Akbar, ajarin dulu tuh, yang anak barunya," suruh Coach Harry.
"Sip," jawab Akbar.
Bella yang menunggu Akbar sampe selesai latihan, memerhatikan tingkah cowoknya itu. Dari mulai cara dia ngajarin anak-anak sampe dia main sendiri.
"Reina, nge-shoot-nya jangan tanggung-tanggung. Kasih tenaga sama dipasin ke ring," ujar Akbar. "Dhanti sama Alfred juga sama. Kalian kalo nge-shoot-nya gitu terus, nggak akan ada bola yang masuk."
Reina mencoba lagi. Masuk! Score buat Reina. Akbar memberikan high-five buat cewek itu. Muka Reina seketika cerah. Tapi, muka Bella malah makin nekuk. Kenapa si Reina dari tadi deket-deket mulu sih, sama Akbar?! bisik Bella dalam hati.
Coach Harry membagi tim. Cewek-cewek, cowok-cowok. Yang cewek main belakangan. Tim-tim cowok dulu yang main duluan. Selesai 14 menit permainan yang skornya 16-18, giliran yang tim cewek main. Reina sudah dapat teknik shoot bola. Jadi, skor membanjiri tim mereka. Setiap kali Reina berhasil memasukkan bola, Akbar tersenyum. Gimana nggak? Anak didiknya, berhasil.
~~~
"Kok, diem aja, Bel?" tanya Akbar saat di perjalanan pulang, dalam mobil bersama Bella.
"Nggak, kok. Lagian, aku mau ngomong apa?" jawab Bella ketus.
"Marah?" tanya Akbar lagi.
"Nggak," jawab Bella.
Akbar menarik nafas. "Jangan boong."
"Kalo aku jujur, kamu nanti marah," jawab Bella.
Akbar diam. "Coba aja."
"Aku cemburu liat kamu sama Reina. Puas? Soalnya, dari tadi kamu latihan, selalu dia yang kamu pandangin. Terus, setiap poin yang dia buat, kamu selalu paling semangat ngasih suport sama senyum. Terus, pas mau pulang, kamu hand-shake sama dia. Itu buat aku cemburu, Bar," jawab Bella.
Akbar memarkinkan mobil. Selain udah sampe di rumah Bella, ia juga tidak ingin cepat-cepat menurunkan Bella. "Dengerin ya, Reina itu anak didik aku. Coach Harry udah bilang, aku yang bakal ngajarin member basket yang baru masuk. Jadi, kalo aku nggak supportive ke Reina, gimana dia mau termotivasi dan ngerasa bagus? Jadi, jangan salah paham, dong. Apa gayaku ngelatih Reina bakal buat kita putus? Apa dengan kamu selalu cemburu pas liat aku ngelatih Reina bakal buat hubungan kita maju? Ayo dong, Bel. Kamu kan, udah 16 mau 17, masa masih harus berlagak kayak cewek umur 13 yang pacarannya selalu cemburuan dan berasa cowoknya harus nempel dia selamanya? Nggak, kan. Grow up. Karena, aku sayangnya sama Bella, bukan Reina. Aku pacarnya Bella, aku pelatihnya Reina. Titik."
Bella melepas sabuk pengaman dan bergegas keluar mobil. Digituin sama pacar itu... SAKIT BANGET!!! Walaupun ngasih pelajaran, tapi tetep aja. NYAKITIN!
~~~
Berhari-hari kemudian, Reina jadi sering pulang telat. Farhan mulai khawatir sama adeknya. Setiap latihan basket, selalu anak itu pulang ngaret setengah jam. Padahal Farhan tahu, latihan basket nggak bakal seketat itu.
Kemudian, pada suatu latihan basket, Farhan membuntuti adiknya. Reina nggak sadar. Ya iyalah, namanya dibuntuti diem-diem, mana sadar? Selesai latihan, Reina nyamperin Akbar. Akbar menyapa Reina. Reina dirangkul Akbar keluar sekolah. Farhan dalem hati udah panas-dingin. Sialan! Ternyata Akbar playboy juga! maki Farhan dalam hati.
~~~
"Abis dari mana, Rein?" tanya Farhan saat Reina sampai di rumah sekitar jam 7.
"Ngumpul bareng temen-temen basket," jawab Reina santai.
"Yakin, sama temen-temen basket? Bukan cuma satu temen doang?" tanya Farhan sarkas.
"Iya. Bawel, ih," ucap Reina sambil melanjutkan langkah ke kamarnya.
"Besok gue ikut kumpul-kumpul, ya," ucap Farhan tambah naik darah. Selain udah sering pulang telat, adeknya berani bohong. Luar biasa!
~~~
Farhan nyamperin Bella ke kantin. Bella yang ngeliat kedatangan anak nyolot langsung bergegas pergi. Tapi, Farhan menyuruhnya untuk tetap nunggu bentar dan dengerin. Bella, entah kerasukan setan apa, bener-bener nurut.
"Apaan sih, Han?" tanya Bella kesel.
"Pacar lo selingkuh sama adek gue," jawab Farhan enteng.
Bella ketawa. "Yah, basi banget berita lo. Boongan gitu elo percaya."
"Elo nggak percaya? Oke, gue bisa buktiin, asal elo ikut gue nanti pas anak- basket selesai latihan," tantang Farhan. "Dan kalo habis itu elo masih nggak percaya atau nyangkal, gue bakal ngasih foto bekas dua hari yang lalu sama sms adek gue."
Bella terdiam. "Dan kalo semua nggak terbukti, elo mau gue apain?"
"Terserah elo.." ucap Farhan. Ia pergi meninggalkan Bella. Dalam hati, ia tahu apa yang akan terjadi. Reina akan membatalkan janjinya bersama Akbar dan Bella nggak bakal percaya sama dia lagi. Alhasil, dia nelepon Reina. "Rein, gue nggak jadi ikut elo kumpul-kumpul, deh. Kasian. Masa gue jadi anak ilang di antara anak-anak basket."
"Sip. Gitu dong, Han!" jawab Reina senang. Beda sama nada bicaranya pas malam Farhan maksa Reina buat ngumpul bareng anak basket.
~~~
"Gue masih nggak percaya sama elo," ucap Bella yang udah duduk di kursi belakang motor Farhan.
"Haha... Bentar lagi lo percaya," balas Farhan tenang.
Beberapa saat setelah itu, di depan kafe anak muda yang cukup terkenal, muncul mobil putih yang familier di mata Bella. Bella memegangi jaket kulit Farhan. Farhan ingin melepaskan pegangan Bella, tapi dia tahu bentar lagi kakak kelasnya ini bakal terluka.
Dari pintu sopir keluar sosok yang dicintai Bella. Kemudian, Akbar menghampiri pintu sebelah kiri dan membukakan pintu itu. Keluar sosok yang selama ini dikhawatirkan Farhan. Farhan diam saja. Awalnya, dia masa bodo aja. Tapi, karena dia masih satu darah sama Reina, ia tahu; sekali seseorang selingkuh, pasti bakal selingkuh lagi. Farhan masih takut ngelirik ke Bella. Ngeliat cewek nangis itu pemandangan paling gila yang harus seorang cowok liat.
"Bel, naik. Buruan," ucap Farhan. Bella naik. "Maaf ya.."
Farhan mengajak Bella makan malam di tempat lain. Bella, selama perjalanan, nangis. Walaupun Farhan nggak ada rasa apa-apa ke Bella, tetap aja hatinya sakit ngedenger, ngeliat, ngadepin cewek yang lagi nangis karena cowok. Akbar abis sama gue! janjinya dalam hati.
~~~
"Bar, aku mau ngomong," ucap Bella. Tiga kata yang paling ditakuti cowok kalo lagi pacaran. "Aku mau kita putus."
"Fine," jawab Akbar. Kalah sama ego dan emosinya. "Lagian, nggak susah buat cari cewek lain."
"Iya. Karena emang kamu udah punya cewek lain, kan," ucap Bella sinis.
"Itu tau. Makasih buat setahun 4 bulannya. Semoga dapet cowok baru," balas Akbar nyelekit sambil mengelus pipi Bella untuk mungkin terakhir kalinya.
Bella menunduk mendapatkan respon kayak gitu. Makasih buat Farhan udah nyadarin kalo Akbar emang butuh putus. Makasih buat Farhan udah ngeliatin dan nunjukin kalo Akbar bukan cowok yang tepat. Makasih, Farhan.
Sepulang sekolah, Farhan menghampiri Bella. Kabar putusnya Bella-Akbar udah merajarela sekolahan. Farhan yang tau inti di balik semua ini, turun tangan.
"Mau dianterin pulang?" tanya Farhan saat Bella berjalan sendirian menuju gerbang.
"Nggak, makasih," jawab Bella lesu.
"Yakin?"
"Iya."
"Ya udah, kalo gitu, gue ikutin elo sampe nyampe rumah," jawab Farhan.
"Elo nyebelin tau, gak!" ucap Bella.
Farhan ketawa. Bella yang mengikuti Farhan dari belakang malah ikut senyum. Setidaknya, adek kelas nyolot ini berhasil nunjukin dia mana yang bener dan bisa buat dia agak tersenyum.
~~~
"Kenapa dulu elo nyolot banget, Han?" tanya Bella.
"Gue males diapa-apain OSIS. Kayak mereka selalu bener aja lagaknya," ucap Farhan.
"Sialan," balas Bella. "Makasih, ya.."
"Buat?"
"Buat yang malem itu."
"Oh. Ngapain makasih?"
"Kalo elo nggak buktiin, mungkin gue udah jadi cewek terbego yang pernah ada," jawab Bella.
"Alhamdulillah, dia nyadar," gurau Farhan. Bella menonjok lengan Farhan. Mereka tertawa bersama. Di antara tawa itu, keduanya merasa sebuah kehangatan dan kedekatan. Entah siapa yang akan jatuh lebih dulu, tapi pasti akan ada yang menangkapnya.
~~~
"Reina, elo keterlaluan udah buat Bella putus sama Akbar!" bentak Farhan saat Reina kesenengan abis nge-date bareng Akbar. Di pikiran Reina, akhirnya dia dan Kak Akbar bisa go public!
"Salahin Kak Bella udah cemburuan!" jawab Reina nyolot.
"Tapi, apa kamu nggak ngerasa bersalah udah ganggu hubungan orang?" tanya Farhan nyelekit.
"Ngapain ngerasa gitu? Kak Akbar yang nembak, kok. Aku sih, nerima aja. Selama itu nggak masalah dan bikin aku seneng, kenapa nggak?" balas Reina.
"Tapi, kalo ada kesenengan yang nggak menyangkut bikin orang lain sakit hati, kenapa kamu harus milih yang harus bikin orang lain sakit hati?" Farhan mulai naik darah. "Setidaknya, dewasa dikit. Ini bukan dunia anak 14 tahun yang rebutan pacar lagi. Ini udah pake akal dan hati. Jadi, jangan egois. Nggak selamanya, kita bisa dapet apa yang kita inginkan. Kadang, kalo dipaksain, bukan cuma orang lain yang kena sakitnya, kita juga bisa. Mungkin nggak kerasa awalnya, tapi lama-lama bakal kena batunya."
Reina mendengus kesal. "Dan kalo omongan elo nggak terbukti, gue bakal ketawa bahagia, Farhan!"
"Liat aja," ucap Farhan santai. Dalam waktu panjang ke depan, bakal ada cewek baru di dunia Akbar dan nasib lo bakal sama kayak Bella. Tapi, nggak akan ada gue disana, bisik Farhan setengah mendo'akan.
~~~
Farhan dan Bella sudah semakin dekat akhir-akhir ini. Malah, udah ada gosip mereka jadian. Tapi, yang percaya baru 30% aja. Soalnya, banyak yang tau kalo Bella itu bencinya banget-bangetan sama Farhan. Jadi, mustahil mereka pacaran.
'Kalo gue boleh menggantikan dia yang lebih tua di sisi lo, gue bersedia. Kalo elo bisa ngadepin sikap gue dan nerima gue, gue bahagia. Dan kalo seandainya elo mau jadi milik gue, gue bakal setia. Itu aja.. Elo mau nggak jadi pacar gue, Bella?'
Ucapan itu adalah kata-kata Farhan yang terselip di salah satu saku jaket Bella. Mungkin sudah beberapa hari yang lalu surat itu berada disana. Bella tersenyum.
~~~
"Hai," sapa Bella.
"Hei?" sapa Farhan balik.
"Aku punya kamu sekarang," ucap Bella. Farhan menggenggam jemari Bella.
"Dan sekarang, gue tetep jadi adek kelas lo yang nyolot..." ucap Farhan sengaja memotong kalimatnya. "Tapi, nyolotnya nyolot-nyolot cinta."
~~~
Hubungan Bella-Farhan sedikit mengejutkan sekolah. Tapi, apa salahnya? Berondong-senior. Di lain sisi, Reina-Akbar malah sedang meregang. Farhan hanya tersenyum puas. Terbukti, kalo apa yang jahat akan selalu jahat, meskipun sudah diperbaik. Karena what goes around, comes around.