perempuan yang lain. Nah, gara-gara itu, kamu nangis 3 hari, gak makan 3 hari, pokoknya gak niat ngapa-ngapain deh selama tiga hari setelah putus. Ryan dan Justin berusaha menghibur kamu. Sangkin lugunya mereka, mereka masih aja bawa-bawa Chaz tiap mau hibur kamu. Makanya, sakit hatinya kamu makin gak bisa hilang.Jadi, kamu punya kesan yang menjanggal dengan Chaz. Setelah kamu makin bertambah umurnya, kamu makin mulai bisa lupain kenangan sedih itu. Caramu lupain kenangan itu adalah berteman dengan perempuan-perempuan di sekolah dan berusaha agak jauhan sama Chaz dan kawan-kawannya.Justin dan Ryan mulai ngerasa agak gak enak sama kamu. Mereka juga mulai jauhin kamu. Malah, saat pelajaran biologi, tiap kamu nanya mereka, mereka diam aja (ngacangin kamu gitu, loh). Ya udah, kamu bales pas mereka balik nanya. Akhirnya, hubungan kamu sama Justin dan teman-temannya juga mulai memburuk. Kamu dan mereka yang tadinya sering smsan, teleponan, BBM-an, email-emailan, apalah yg berhubungan dengan komunikasi, jadi putus seketika.Tahun ini adalah tahun terakhir kamu bisa lihat semua teman kamu dan semua kenangan kamu di Kanada. Ayahmu sudah wisuda 2 minggu yang lalu. Katanya, akhir Desember kamu akan pulang ke Indonesia lagi. Brittany dan Kenya adalah satu-satunya orang yang kamu kasih tahu bahwa kamu akan balik dalam waktu dekat ini. Mereka sedih dan terpukul. Tapi, kamu bilang kamu akan terus berkomunikasi sama mereka. Dengan itu, mereka kembali senang.Sementara itu, Justin, Chaz, da Ryan belum tahu apa-apa tentang kekembalian kamu ke Indonesia. Mereka terus aja tuh ngacangin kamu, diemin kamu, dan buat kamu ngerasa gimanaaaa gitu... Kamu ngerasa sedih sedikit sama perlakuan mereka. Seandainya mereka tahu kamu mau balik ke Indonesia, mereka pasti nyesel udah ngacangin kamu gitu.
Hari ini hari Sabtu, waktu kamu biasa hang-out sama Brittany dan Kenya di taman. Biasanya, kalian itu suka foto-foto narsis bertiga. Sambil pakai gaya yang paling TOP banget, deh. Walaupun banyak orang yang ngeliatin gaya-gayaan kalian, tetap aja kalian dengan PD-nya bergaya narsis depan kamera."Hey! It's my turn now..." keluh Kenya yang dari tadi hanya bekerja jadi tukang foto kamu dan Brittany."Sorry..." katamu serempak dengan Brittany."Okay, come here! Kalo mau fotonya bagus, kamu harus bergaya super duper keren, ya?" pancing Brittany."Yeah... I know. Aku 'kan Ratunya gaya... Hahaha" tawa Kenya diikuti olehmu.Setelah beberapa jepretan, kamu bertukar pekerjaan dengan Brittany. Sekarang, kamulah tukang foto mereka. Entah mengapa, tanpa kamu di foto mereka, rasanya ada yang kurang."Hey, guys look at this," katamu sambil menunjukkan salah satu foto hasil jepretanmu."Aneh..." kata Brittany dan Kenya hampir bersamaan."Iya, kan?" tambahmu sekaligus meyakinkan."Rasanya, kalau foto gak ada kamu, semua hanya dapet gelar BAGUS. Tanpa kata BEST... ya, gak?" kata Kenya seraya menunjukmu.Tak terasa, sudut matamu berair seketika. Kamu secepat kilat terbayang oleh saat nanti kamu sudah di Indonesia tanpa mereka berdua. Kamu mengedipkan mata dan jatuhlah air yang sudah luber tadi."I'm gonna miss you guys..." katamu sambil mengusap mata dan memeluk pinggang kedua teman baikmu itu."We're gonna miss you, too," kata mereka tidak tahan juga.Seketika, suasana terasa haru dan sepi. Tapi, kamu berusaha membuatnya ceria kembali."Ayolah! Kita kembali hang-out. Jangan terlalu memikirkan kepergianku. Lagian, aku yakin kalau best-friend itu selalu bersama meskipun satu berada jauh di seberang dunia. Ya, gak?" tanyamu sekaligus mengusap pipimu yang sudah dibanjiri airmata."Iya... :)" mereka pun tersenyum.
"Bun, kasih tau ayah donk... Kita tinggal disini aja terus. Atau gak, setahun lagi, bun. Aku belum bisa niggalin teman-teman... Ya, bun?" katamu saat duduk di depan televisi ruang tamu apartemen tempat tinggalmu."Bunda juga maunya begitu, sweetheart. Tapi, ayahmu nggak bisa. Memang sedih ninggalin teman-teman... Udah sini, bunda peluk," bundamu menawari pelukan hangatnya yang tidak pernah membosankan."Thanks, bun. I love you.." kamu mendekapnya dan meneteskan airmata di dasternya."I love you, too, baby girl," katanya lembut seraya mengelus-elus rambutmu.Beberapa jam kemudian, kamu merasa sudah disambut oleh rakyat dunia mimpi. Mereka menekuk wajah mereka karena perasaanmu yang sedang sedih. Jadi, mereka ikut sedih. Akhirnya, yang kamu dapatkan malam ini adalah mimpi buruk...
"Aaaah!!!" teriakmu saat terbangun dari tidur. Jantungmu seakan mau copot dan semua darahmu terpompa kencang. Keringat dingin membaluti tubuhmu."Ada apa, sayang?" tanya ayah yang dari tadi ternyata memperihatikanmu."Gak, yah. Mimpi aja. Hehehe... Udah, aku tidur lagi, deh. Dan, aku sekarang mau tidur di kamar. Good night, yah..." katamu beranjak dari sofa ruang tamu dan berjalan ke kamarmu.Niatmu ingin tidur berubah jadi kebalikannya. Kamu terlalu takut untuk tidur. Mimpimu membuatmu lebih khawatir lagi. Mau tau apa mimpimu?
*Kamu masih berteman dekat dengan Justin, Chaz, dan Ryan. Seakan-akan, kejadian putus kamu dengan Chaz bukan masalah besar. Jadi, kalian masih tetap jalan bersamaan."(Namamu), mau aku belikan es krim?" tanya Justin polos saat kalian berempat berada di toko es krim."Boleh. Pakai uang siapa, Justin?" tanyamu bingung."Akulah. Masa pakai bulu keteknya Ryan?" olok Justin sambil menyikut Ryan."Shut up!" kata Ryan kesal."Hahaha... Ya sudah. Aku mau rasa strawberry, ya!" tawamu diikuti pesanan es krimmu."Okelah... How about you two?" tanya Justin pada Chaz dan Ryan."Chocolate!" jawab Ryan spontan."Vanilla mint!" jawab Chaz."All right! So, I want some strawberry ice cream, too. Okay, wait here," kata Justin mulai mengambil langkah ke penjual.---"Aku GAK akan pernah ke tempat es krim itu lagi!" protesmu saat selesai makan es krim."Me, too!" jawab Ryan."Me, three!" jawab Justin."Me, four!" jawab Chaz."Those strawberry ice creams are just the most hideous flavor of ice cream I've ever tasted!" katamu jijik."Yeah. And that chocolate ice cream, tasted like... umm... I don't know. But, it was worse than bitter drugs..." kata Ryan menambahkan."Definitely agree!" jawab Chaz dan Justin.---Berhari-hari setelah makan ice cream itu, Justin alfa dari sekolah. Tidak ada yang tahu. Chaz dan Ryan juga sering mengeluh pusing. Begitu juga kamu. Tapi, sifat Chaz dan Ryan berubah saat pekan ketiga Justin tidak masuk sekolah. Mereka selalu gugup saat kamu tanyakan tentang Justin."Chaz, Justin kemana, ya? Tugas biology-ku dari Mr. Lautner tiga minggu yang lalu ditagihin, nih. Mana semua kerjaannya ada di dia," katamu memegang lengan Chaz.Chaz terdiam dan langsung bergetar, "Umm... uh... I.. I don't know. Dia udah jarang... jarang ketemu aku lagi...""Oh. Mau gak anterin aku ke rumahnya pas pulang sekolah?" tanyamu dengan intonasi memaksa dan penasaran."Kenapa gak ajak Ryan aja? Aku ada latihan Basket," kata Chaz berbohong. Sangat khas; ia menggaruk-garuk leher belakangnya dan menggigit ujung bibir bawah yang sebelah kanan."Oh. Okay, then..." katamu mencoba untuk relaks.---Akhirnya, pulang sekolah, kamu pergi sendirian. Ryan juga punya alasan sehat agar ia tidak ikut. Sesampainya di depan rumah Justin, ada satu mobil hitam di depan halaman rumahnya. Yang kamu tahu, Justin tidak punya mobil.Pattie keluar bersama seorang laki-laki berpakaian dokter. Ia berwajah sangat cemas dan yang kamu lihat, mata Pattie merah bengakak.Beberapa menit setelah dokter itu pergi bersama mobil hitam tadi (oh, ternyata mobilnya milik si dokter, toh), kamu mengetuk pintu rumah Justin.Pattie membuka pintu dengan selembar tissue di tangannya. Ia langsung memelukmu erat. Kamu berdiri kaku disana karena bingung. Kamu membalas pelukannya."What's wrong?" tanyamu ikut terisak."Justin..." Pattie mulai bicara di sela-sela tangisnya.
"What about him?" tanyamu mulai takut dan gemetar."Just go see him in his room... You know what is wrong after that," kata Pattie yang akhirnya melepaskan pelukannya."All right..." katamu berjalan masuk ke dalam rumah Justin yang sangat sederhana.Kamar Justin ada di lantai atas tepat di depan tangga. Pattie mengikutimu dari tadi. Dengan beribu perasaan, kamu memegang gagang pintu kamar Justin dan membukanya dengan rasa takut.Pintu kamu buka sedikit demi sedikit. Saat sudah cukup lebar, kamu memejamkan mata. Kamu membuka matamu dan..."..." katamu sunyi. Matamu berair, dadamu sakit. Tiba-tiba seluruh organ tubuhmu mati total.Pattie berdiri di mulut pintu mengucurkan airmatanya. Lagi dan lagi. Kamu terduduk di samping tempat tidur Justin. Apa yang kamu lihat seolah tidak nyata. Kamu tidak percaya dengan apa yang kamu lihat."Justin..." katamu lemah.Tidak ada jawaban darinya. Selang oksigen yang tersambung dengan mulut dan hidung Justin menyusahkannya untuk bergerak. Tangan Justin yang terbujur kaku disisi kanan dan kiri badannya ditempeli sejuta selang. Kaki dan perut Justin diselimuti selimut bermotif batik yang kamu berikan saat tahun baru kemarin.*
Mimpi itu membuatmu terbayang kondisi Justin. Kamu memang pernah makan di toko es krim terBURUK di dekat tempat tinggalmu. Bersama ketiga teman lamamu. Tapi, sekarang kamu sudah tidak pernah lagi. Gak tahu kenapa, pikiranmu cuma terpusat pada Justin."Do I miss him?" tanyamu pada diri sendiri. "I don't, right... They're acting like jerks this year. I CAN'T miss them!""But what if I do?" tanyamu lagi. "NO, I won't and I can't... Ugh! Stupid!"Setelah berdebat dengan hati dan pikiranmu, tubuhmu lelah dan tak sadar tertidur. Mimpimu kali ini... KOSONG...---"Good News!" ayahmu berseru dari ruang tamu."What? I wanna see!" katamu gembira."Bos ayah ngasih paket liburan gratis selama lima bulan disini... Katanya, ia tidak bisa pergi. Makanya, daripada di buang, ia berikan paket gratis ke kita. Alasannya, ayah sudah dianggap sebagai tangan kanannya yang memang betul-betul dapat dipercaya," kata ayahmu senang."Iya?! Yes! Kasih tahu bos ayah kalau anak ayah ngucapin 1.000.000 kali makasih..." katamu sambil memeluk ayah. (Jangan kira anak 13 tahun bergaya sok dewasa. Semua pasti masih ada yang kayak gini. Betul?)---Kamu duduk di bangku taman sendirian menunggu dua teman baikmu, Brittany dan Kenya. Rasanya, kamu ingin memberitahu semuanya bahwa kamu tidak jadi pulang Desember ini.Lima belas menit menunggu, mereka belum juga datang. Tapi, kamu melihat Chaz dan Ryan. Kamu jadi teringat mimpimu. Dimana Justin? batinmu"Aduh! Kenapa mereka harus kesini coba?! Bomadlah..." keluhmu mencoba untuk mengabaikan mereka.Sudah sejam, teman-temanmu tidak datang juga. Akhirnya, kamu memutuskan untuk pulang dan kembali memberitahu mereka besok, Senin, di sekolah.Perjalanan pulang ke apartemenmu secara tidak langsung searah dengan arah rumah Justin. Kamu iseng menghampiri rumahnya. Tepat di depan halamannya, kamu berhenti. Melihat ke pintu rumah Justin yang masih sama. Sudah lama kamu tidak mengunjungi rumahnya semenjak berjauh-jauhan setahun lalu. Kamu memutuskan berkunjung ke rumahnya. Berniat melihat Pattie."Hello! Anyone home?" kamu memanggil-manggil dari depan pintu.Tidak ada jawaban. Kamu jadi makin terbayang oleh mimpimu. Apa mimpi itu jadi kenyataan?"No, it can't be..." katamu dengan suara yang mulai getar akibat matamu yang berkaca-kaca.Tiga menit diketuk-ketuk, masih saja pintu tertutup. Lalu, Chaz dan Ryan tiba-tiba menyentuh bahumu."Hey..." kata mereka saat mendekatimu."Huh?" katamu kaget. Kamu balik dan mengusap airmatamu. "Chaz? Ryan?""No, we're aliens..." kata Ryan bergurau. "Sedang apa kamu disini, (Namamu)?""Aku mau bertamu disini. Sekalian ngobrol-ngobrol sama Pattie..." suaramu mulai berubah jadi orang terisak lagi.Ryan menatap Chaz, Chaz menatap Ryan. Mereka menggambar wajah menyesal dan sedih saat kembali menatapmu."Calm down, pretty girl..." kata Chaz menenangkan. 'Pretty-Girl' adalah julukanmu yang diberi mereka saat awal bersahabat."Yeah... Tenang dulu... Kami akan ceritakan semuanya..." kata Ryan menambahkan...
Kamu diajak ke taman oleh Chaz dan Ryan. Mereka mempersilahkan kamu duduk di atas bangku taman. Sedangkan, mereka rela berdiri."Just begin the story..." pintamu sedikit memaksa."Okay..." kata Chaz berusaha tenang. Matanya juga mulai berair. Tapi, ia menyangkal fakta TERHARU saat kamu menatapnya khawatir."Justin's gone..." Ryan tidak tahan lagi dengan kelemak-kelemik Chaz."What?! Gone?! What do you mean?!" kamu kaget. 'Gone' dapat diartikan meninggal, atau pergi. Tapi, pikiranmu memilih pilihan pertama."No, he meant.. He moved to the other country. He told us someone offered a singing contract to him. But, that someone lives in Atlanta. Salah satu kota di Amerika. Di negara bagian Georgia kalau tidak salah," kata Chaz membenarkan.Kamu menutupi wajahmu dan matamu yang penuh air dengan kedua tanganmu. Justin belum mengucapkan Good-Bye nya padamu. Kamu juga belum memberi Good-Luck padanya. Ini semua terlambat karena kebodohanmu yang rela ngacangin mereka selama satu tahun lebih. Kamu tuh BODOH!"I'm stupid! I should've never let you guys down. I was being a jerk to you guys the past 2 years! Now, all I get is... NOTHING... right. Perfect gift and revenge. It's worth it. He didn't say good-bye, I didn't wish him luck, we didn't even hug for the last time?! I was so freakin' stupid!" katamu sambil menaruh tanganmu di belakang kepalamu. Menyesali semua perbuatanmu."No. You're not stupid, pretty girl... It was my fault. I broke your heart. And caused this whole SHIT! I'm sorry.." kata Chaz seraya mengusap airmatamu."Yeah... Justin did say his good-bye. Check your mail-box. He sent you something..." kata Ryan sambil mengelus pundakmu."I forgave you, Chaz. I'm sorry, too... He did?!" tanyamu agak sedikit senang."Yup. Go check it, pretty girl..." kata Ryan. "Tapi, aku tidak tahu apa isinya... Baca aja, deh..""Iya. Hmm... Chaz, Ryan... Thanks. I'm sorry for my actions. I was such a bitch! Now, I'mma go home... Bye!" katamu sambil memeluk mereka lalu berlari pulang.---Kamu membuka kotak surat. Ryan benar. Ada amplop berwarna ungu, warna kesukaanmu (anggap aja ungu itu warna kesukaanmu, ya). Kamu buka dan isinya...
'Dear (Namamu),
Hey, we never talk since you were ignoring me... I kind of miss your angelic voice, pretty girl. And that name will never gets old... I was so depressed when you didn't talk to me like 2 years ago. But, Ryan said I have to stay away from you. You know why? Because, ever since you dated Chaz, my heart broke into million pieces. You never notice me. I have a HUGE crush on you. Even though there were a lot of beautiful girls beside you, my eyes just wanted to see your gorgeous face, your sweet smile, your amazing laugh, and your funny thinking-face.Maybe, now you hate me. Go ahead. I don't mind. I know it hurts, but... with that we're even. I never catch my guts to say a single romantic sentence, 'I Love You'. And that was the thing I really hate about me. I'm afraid...Now, I know it's too late. And you might not reply my letter. But, honest, I Love You with all my heart. I don't care what will you say. As long as you remember me and read this letter, I'll always love you. Even if you go out with someone else, or I date some other girls, my deepest soul will always love you.I don't wanna end this letter, and I'll always send some more by email. But, now... my eyes started to cry my whole eyes out. So, I'm running out of words and tears... All I wanted to say is...I love you, (namamu)! Wish you all the best... And I hope you have a better life when you come back to Indonesia... Bye... I love you... I ♥ Ueye heart youI Love You...
Love,Your best friend who always love you more than friend,
Justin Drew Bieber'
Surat itu membuatmu tertawa dan menangis dalam waktu yang sama. Kamu baru tahu bahwa Justin ternyata diam-diam menyukaimu. Dan tiba-tiba, perutmu diloncati kupu-kupu bahagia. Siapa sangka, kamu juga tiba-tiba menyukainya.Tapi, sebelum kamu melipat kertas surat itu, sesuatu aja yang jatuh dari amplop surat itu.Sebuah liontin. Di hati yang kanan, ada foto Justin dengan senyumnya yang melelehkan hati. Di hati yang kiri, masih kosong. Tapi, Justin menyelipkan sesuatu di dalam bingkainya.Kamu membuka bingkai itu dan membuka sesuatu itu.
'Put your picture. And it must have your sweetest smile... Thanks, shawty!! I ♥ U'
Kamu tersenyum dan langsung mengalungkan liontin itu dilehermu. Mengkilap...---Sudah 5 bulan tanpa Justin. Tapi, ada 34 pesan masuk darinya di emailmu, 52 inbox di facebookmu, dan 16 surat di kotak suratmu.(Yang kutulis ini cuma yang paling sweet aja, ya!)Ngomong-ngomong, sekarang kamu sudah ada di Indonesia.
'Dear My Love (Namamu)
Hi, baby-girl! How are you? I hope you're doing fine... I got your letter back, your replies, and your facebook messages! I'm so glad you said 'yes' when I offered you to be my girl. Now, I'mma change your name to SHAWTY. Because, my girl is unique and must be different from others. And you are different... ;)Okay, shawty... how was Indonesia? Fun? I hope so... I wanna go there sometimes, but I'm sorry I can't visit you right now... I was so busy recording songs and having my tour. But, no one knows my priority. Because, I wanna keep it just between you and me... You're my priority... Sound weird, but you really are my first chores in my 'TO-LOVE' list.So, shawty/baby-girl/sweetpea/babe, I love you... Can't wait to see you...I ♥ UJustin Bieber (Your future husband... LOL ;))"
Kamu tertawa membaca kata-kata terakhir suratnya. Tapi, kamu juga kagum dengan kesetiannya. Dia rela menghabiskan uang demi mengirimkan surat kepadamu jauh diseberang dunia.Kamu mulai mengetik balik kata-kata balasannya. Ini kata penutupmu...
'... Aku cinta kamu... That's the Indonesian for I ♥ U...
I ♥ U
(Nama depan dan nama belakangmu) (Your future wife... LOL ;P)'
Kamu tersenyum. Bergegas mematikan laptop dan tidur. Berdo'a untuk mimpi yang baik.---
Kini, kamu sudah resmi berumur 14 tahun. Karena Justin berbeda dua tahun denganmu, ia juga sudah resmi berumur 16 tahun.Kamu dan Justin sudah tiga bulan berpacaran jarak jauh. Sekarang, waktunya ia menikmati liburan musim gugurnya. Dia masih harus menjumpai fansnya dan tampil di berbagai tempat. Karena itu, dia serin lupa mengirim balasan surat untukmu. Kamu mulai ngerasa kehilangan. Apalagi, denan pikiranmu tentang Justin yang selalu memilih seorang OLLG tiap ia menampilkan lagunya itu. Kamu semakin takut dan khawatir."Ri, aku takut nih..." katamu khawatir. Kamu sedang berkumpul-kumpul dengan teman dekatmu yang ada di Indonesia."Kenapa, (Namamu)?" tanya temanmu, Indri. Indri orangnya sangat perhatian, baik, dan tidak pernah lelah membuat kamu tersenyum. Pokoknya, sahabat idaman banget, deh..."Kamu tahu kan, kalo aku pacaran sama bintang terkenal?" tanyamu seraya menatap Indri takut."Iya. Si Justin Bieber itu, kan? Kenapa takut?" kata Indri balik mencoba mengerti."Bayangin aja, udah lewat tiga minggu dia belum kirim surat balik untuk aku. Terus, mungkin udah berpuluh-puluh kali dia nyanyiin OLLG buat gadis spesialnya. Terus, muncul gosip-gosip di internet tentang dia. Aku takut, Ri. Aku takut dia lupa sama aku. Aku sayang sama dia. Andaikan, waktu itu, aku sempet peluk dia dan bilang 'I Love You' balik sama dia. Aku kangen dia, Ri," katamu tak tahan. Matamu sudah berair dan pipimu sudah dari tadi dibanjiri airmata."Eh... Kamu gak boleh berpikiran kayak gitu. Mau sesering apapun dia nyentuh cewe, pasti gak ada yang bisa nempatin posisi spesial di hatinya. Dia pasti inget sama kamu, dia pasti sayang sama kamu. Dia gak bakal bisa lupain kamu. Bayangin aja, masa sudah tiga tahun kenal, satu tahun pacaran, dia bisa lupa sama kamu..." kata Indri sambil mengelus bahumu. Kamu sedang meletakkan kepalamu dipundaknya."Tapi... Yang buat aku paling khawatir... Dia selalu janji akan singgah ke Indonesia suatu hari, In. But, he never visit me?! Justin bilang dia akan tepatin janji-janjinya. Apa dia lupa? Kalo memang dia lupa, berarti, dia udah lupa juga sama aku, Ri..." katamu makin terisak."Sudahlah... Kamu harus berfikir positif. Justin terkenal, dia hebat, dia idaman... Pasti dia disukain dan dia juga nyukain orang-orang tertentu. Itu hal yang harus kamu terima. Sekarang, istirahat dulu aja..." kata Indri menenangkanmu. Kamu tersenyum.---Malam tiba. Ayah dan Bunda serta Mas Rio sedang pergi ke Grand Opening perusahaan baru milik bos Ayah. Kamu tinggal sendiri di rumah. Kamu merasa bosan dan kesepian. Tadinya, Indri berniat untuk menginap. Namun, orangtuanya mengajaknya pulang ke Bandung karena kakeknya terkena serangan jantung."Jam delapan... Ngapain, ya?" tanyamu pada dirimu sendiri.Kamu berjalan ke dapur. Mencoba untuk menemukan makanan. Dan... Kamu dapat sekantong kripik Lays rasa rumput laut. Kamu menikmatinya sambil berselancar ria di dunia Twitter dan Facebook."Satu pesan baru?" tanyamu saat melihat ada tanda pesan baru di sudut kiri atas layar facebookmu. Kamu membuka pesan itu. Karena harus menunggu lima menit 'loading', kamu terus mengklik tanda refresh. Akhirnya, muncul juga.'Dear (Namamu),
I'm sorry... I didn't send you my reply. I was so busy performing, I had my new photoshoot, my new book, and my new acting scene on CSI. You know how busy I was. I'm really...really...really sorry, shawty. I miss you like hell... I've changed my tour destination. But, Scooter changed it back. He said I can go to Indonesia in the end of December. I'm really sorry.So, how's everything? I hope you're doing fine. Because, I'm miserably miss you here. I was totally lost in the thought of you when our flashback came. I wanna see your cute smile, again... I know you grew up. BTW, Happy 14th Birthday... I know I've said it like billion times, but that'll only happen when I got my girl... ;)I really love you... Bye... ♥
Love,Justin Drew Bieber (Your rich boy... ;))'
Kamu tertawa dan menangis. Setiap ia mengirim surat, kamu selalu diikuti rasa haru dan senang. Kamu mulai mengetik kata-kata balasan untuknya. Hampir sama, sorry, Missing him, dan kata-kata romantis lainnya.---"(Namamu)! (Namamu)! Bangun deh, dek... Dek!" teriak Mas Rio berusaha membangunkanmu."Aaaah... lima menit lagi..." katamu dengan nada yang masih ngantuk."Yaudah, kalo lima menit, kamu bakal nyesel seumur hidup dan bakal kehilangan belahan jiwamu..." kata Mas Rio menyerah. Dengan kata-kata itu, kamu langsung duduk sambil mengucek-ucek matamu."Ada apa, sih? lebay amat kata-katanya... emang, aku mau mati apa?" katamu akhirnya berdiri dalam keadaan 75% sadar. Kamu mengedipkan mata beberapa kali mencari kesadaran. Akhirnya, sekarang kamu sudah sadar komplit 100%."Turun ke bawah. Lihat siapa yang ada disana. Mas yakin pasti kamu akan teriak-teriak atau malah pingsan..." kata Mas Rio mengherankan."Sip... Kalo aku gak ngelakuin tebakan Mas Rio, gocap, ya?" katamu mengancam seraya memasukkan kakimu ke sandal tidur."Iya. Kalo kamu ngelakuin, kamu harus ngasih pulsa 100.000 buat mas..." kata Mas Rio tak mau kalah."Serah!" katamu kalah.Kamu turun dari kamar. Bergegas ke ruang tamu untuk menghilangkan rasa pensaranmu ini. Lagian, Mas Rio ngeselin! Pagi-pagi gini, orang lagi enak-enak mimpi, eh... dibangunin. Mana banguninnya kasar banget lagi! Rese! gerutumu dalam hati.Kamu berjalan ke ruang tamu. Menunduk ke bawah. Sampai akhirnya ada orang yang memanggil namamu...
Kamu tahu suara itu... Justin, fikirmu dalam hati. Kamu melihat ke depan. Dan..."Wow! Justin! Oh my..." kamu langsung mengayunkan tanganmu ke lehernya dan memeluknya erat. Kamu melepas semua rasa rindumu untuknya."Hey... BTW, I... Can't Breath..." kata Justin kehabisan nafas karena kamu memeluknya terlalu erat."Oh.. right.. I'm sorry..." katamu malu. Kamu memandang wajahnya. Ia memandangmu balik. Berubah, katamu pelan dalam hati."Katanya mau singgah ke Indonesia bulan December?... dasar, pembohong..." kamu memasang muka pura-pura marah."Hehehe... Sorry, babe. Jadi,kamu gak mau aku kesini? Ya sudah, aku balik lagi," ia melawanimu. Dia benar-benar berdiri dan melangkah ke arah pintu. Tapi, kamu tahu dia bercanda."Nggak... Justin, wait... I was joking!" katamu sambil memegang tangannya."I know..." jawab Justin sambil memainkan mata. Dia mengangkatmu dan memelukmu erat. Ia mencium keningmu dan pipimu."Thanks..." katamu bahagia."For what?" tanyanya heran."For not kissing my lips..." katamu senang saat dia menurunkan gendongannya."Aww... No problem. I don't like kissing my girl on the lips. So inappropriate..." kata Justin merendah."Ekhmm... You've forgotten about US!" kata Ryan yang ada di ruang tamu juga. Kamu tidak sadar bahwa Justin membawa Ryan, Chaz, Brittany dan Kenya. Juga ada tiga orang lagi yang kamu belum kenal."Hi! I'm sorry..." katamu seraya memeluk mereka. Kamu melirik ke tiga orang yang asing tadi. Satu perempuan dengan wajah manis, satu laki-laki kira-kira berusia 12 tahun, dan yang terakhir perempuan berambut hitam lurus, tapi lurusnya itu di Smoothing."So... This is Caitlin..." kata Justin sambil menunjuk Caitlin. Dia tersenyum sinis. Kamu membalas senyumnya dengan senyum biasa. "This is Christian, my lil' bro. And... This is Jasmine." tambah Justin memperkenalkan dua orang lagi. Perempuan yang bernama Jasmine terlihat arogan dan jutek."Hi!" katamu ramah. Kamu mencoba untuk tidak salah paham.Kalian bersalaman dan mulai berbincang-bincang...
Justin menatap Caitlin. Kamu tidak tahu arti tatapan itu, tapi sepertinya ada sign tertentu dibalik tatapan itu. Justin melontarkan senyum padamu. Ia mengajakmu ke dapur. Katanya, ia hanya perlu kamu karena, ada sesuatu yang perlu dibicarakan."(Namamu), jangan marah, ya..." kata Justin memulai percakapan."Justin, aku gak akan marah kalau kamu berkata jujur. Ada apa, sweety?" tanyamu heran dan bingung."Um... kamu tahu Caitlin, kan? Yang duduk di sebelah Christian dan bulak-balik natap kamu sinis?" tanya Justin mulai gugup."Iya... Kenapa dengannya? Apa aku punya salah sama dia?" tanyamu juga mulai khawatir."Ummm... Aku... A-Aku... I cheated on you with her," Justin akhirnya mengatakannya. Kamu terdiam. Kamu ngerasain perasaan sedih yang bercampur lega, tapi lebih didominan sedih. "I'm sorry... I wasn't thinking when I did that... I'm really sorry, (Namamu). Please... Say something."Kamu diam. Mula-mula, matamu hanya berair. Lalu, air itu jatuh saat Justin memintamu bicara, "I can't believe that... I know you feel lonely and I accept your honesty and forgiveness. But... Why do you have to do that? So, these several months, when you didn't answer my letters, was just because you were dating her?..." kamu menangis. Kamu memaafkan Justin, tapi kamu kecewa."I know. I was stupid! Well... yeah... But, we're not over right, babe?" tanya Justin belum yakin."I don't know. Aku tahu aku gak bisa selalu ada di samping kamu, dan itu buat kamu kesepian, kan? Maafin aku, Justin. Kalau kamu memang benar-benar kesepian pas pacaran sama aku, mending, kamu udahin aja ini dan jadi teman aku aja. Dibanding, kita harus sembunyi-sembunyi cheat on others saat kesepian. Aku gak mau sakit hati, Justin..." katamu seraya memegang erat jemarinya."Please... Can I have another chance? I promise I'll stay faithful with you... Please... I'm begging you, (Namamu). Aku gak bisa hidup tanpa kamu! Aku emang bodoh udah ngelakuin itu ke kamu. Kamu itu udah perhatian, sayang, dan setia sama aku. Aku tahu aku salah. Tapi, aku mohon satu kesempatan lagi, (Namamu)," kata Justin memohon-mohon. Hatimu mengatakan iya, tapi kamu belum siap untuk menghadapi sakit lagi. Kamu ingin kembali sama Justin. Tapi, kamu takut dia bakal ngelakuin hal yang sama. Kamu tarik nafas dalam-dalam..."Justin, let's just start over again... Start from being just friends. You need your time to have fun. You're 16, you want girls to hang with you. And, unfortunately, I can't be one of them. When you come back to US, I'm gonna be all the way across the world from you. I'll miss you... But, let's just make things float slower..." katamu makin terisak. Kamu merasakan sakit yang dalam saat mengatakan itu. Namun, jika tidak kamu katakan, kamu akan kembali dilukai sama Justin."But... just friends? You mean, we're over? Not in relationship? Just friendship?... Please... No more chance?" tanya Justin mulai bergetar. Matanya sudah berkaca-kaca. Kamu tahu dia gak ingin putus sama kamu. "Okay... I'll try. I know it'll hurt me like demons try to hurt me. But, if it's the best for us, I'll try to live with it. Just one last one... I love you, (Namamu)!" kata Justin spontan memelukmu."I... I love you, too..." katamu membalas pelukan Justin. Ia mengecup keningmu untuk terakhir kalinya. Ia menatapmu dalam sekali. Tatapan itu berarti bahwa dia masih menginginkan kamu. Kamu mengedipkan mata mencoba untuk lari dari tatapan Justin. Tapi, sia-sia. Semakin kamu mencoba pergi dari tatapan itu, semakin dalam kamu tersesat di mata Justin yang indah itu."I love you... Give me another chance..." kata Justin sedikit memaksa di sela-sela tangisnya.Kamu diam disana di dalam pelukan Justin. Kamu ingin kasih dia kesempatan sekali lagi. Tapi, apa Justin bisa jaga kesempatan itu?
Kamu lari ke kamarmu. Pergi dari Justin bukan jalan yang terbaik. Tapi, daripada kamu harus nangis di pelukan Justin, lebih baik kamu lari darinya.Tak berapa lama, ada suara ketukan di pintu kamarmu."Come in..." katamu dalam keadaan menangis."Hey..." sapa Ryan yang ada di depan pintu."Oh... Come in," katamu mengajak Ryan masuk ke kamarmu."So... What happened?" tanya Ryan memulai pembicaraan."Nothing," jawabmu singkat dengan ekspresi sedih."Nothing is a something. Even if it's not a big deal, your tears showed it clearly. There must be something... Just tell me. He told me, though. But, I wanna hear from both," kata Ryan sambil merangkulmu erat."He cheated on me... Ryan, I couldn't believe it. I was gonna let it flow, but I realized. He needs someone to hold and cuddle with. And, I know it's not me. But, the way he cheated was so... so easy and innocent. He felt like nothing was between me and him. I love him... He promises not to cheat on me. He said it in the last letter he gave me before things happened," katamu sambil menyenderkan kepalamu ke bahu Ryan."Hey... It's okay, pretty girl. He loves you. He was a total jerk and SHIT when he dated Caitlin. But, he's done with her. He said that he regrets all the things he did to you. He said sorry and he said that he wanted you back, badly... So, can you give him another chance?" tanya Ryan meyakinkan sekaligus menginginkanmu untuk kembali bersama Justin lagi."I don't know. I'm afraid... Kalau dia sakitin aku lagi, aku gak tahan nahan sakitnya, Ryan. Aku takut dia bakal khilaf sekali lagi dan malah gak akan minta maaf. Aku harus apa?" tanyamu makin bingung."Percaya sama dia. Dia pasti akan menjaga kepercayaan kamu. Justin's not a bad boy. He messes things up. He's stupid and innocent. But, when he loves someone, especially a girl like you, he'll never act stupid and innocent in front of her. He always try to do his best to make his girls happy. You should be lucky to have him. He's rare and one of a kind," Ryan bergurau dalam keseriusan."So, do I really need to give him one more chance?" tanyamu lagi sambil mengusap airmatamu dan tersenyum."Yes... You really need to give him another chance. He'll be happy like a crazy clown..." Ryan kembali bercanda."Okay... I'll try. But, this is the last chance that he'll get from me, okay?" tanyamu tegas."Okay..." kata Ryan tersenyum. Memelukmu dan berlalu.---"I love you, Justin," katamu sebelum Justin kembali ke hotelnya."I love you, too, (Namamu). I'm gonna miss you. And I'm not gonna waste this chance. I'll keep it save here..." kata Justin sambil menaruh telapak tangannya di atas hatinya."Awww... Thanks..." katamu ceria. Kamu memeluknya dan mengecup pipinya. Dia sedikit shock kemudian tersenyum lebar menandakan kepuasan."You did it better... kiss the left one.." katanya meminta lebih."Nggak, ah... Kamu harus dateng besok kalo mau pipi kiri kamu aku cium..." katamu sedikit keganjenan."I will come again. I can't wait until I get that kiss... Love you, shawty!!... Don't forget to dream about me because I'll dream about you," katanya gombal sambil memainkan mata."Whatever, sweet-boy... Sekarang, kamu istirahat di hotel. Biar besok bisa dapet ciuman pipi kiri kamu!" katamu membujuknya."Okelah. Bye, babe!" kata Justin melambaikan tangannya saat memasuki mobil."Bye, honey! See you tomorrow..." katamu kembali.Satu hari ini, kamu menghabiskan waktu hanya bersama Justin. Kamu hampir kehilangan dia, tapi untung Dokter Specialist Cinta, Ryan, menyelamatkan kalian berdua dari serangan patah hati. Kamu menutup pintu. Tak terasa sudah jam delapan malam.Telepon rumahmu tiba-tiba berdering...
"Halo?" kata Mas Rio mengangkat telepon. "Oh... ada. Sebentar, ya!""Siapa, mas?" tanyaku saat melihat Mas Rio meletakkan teleponnya."Temanmu. Suara laki-laki..." kata Mas Rio pelan."Oh..." katamu langsung bergegas mengangkat teleponnya. "Halo? Ini siapa, ya?""Hai! Masih ingat aku, kan?" tanya seorang anak laki-laki dari seberang telepon. Suaranya familiar di telinga kamu."Umm..." kamu berusaha mengingat dan ketemu satu tebakan. "Kevin?""Kamu masih ingat rupanya. Gimana kabarmu?" tanya Kevin. Kevin adalah cowo yang naksir sama kamu dari kelas enam SD. Saat kamu pindah ke Kanada, dia minta orangtuanya nyusul kesana. Untung saja, dia menyusul saat summer 2008 dan masuk ke sekolah yang berbeda denganmu tapi masih satu district. Kamu pernah melihatnya. Ia langsung memelukmu di tengah-tengah pengelihatan Justin, Chaz, dan Ryan. Jadi, saat itu kamu masih bersahabat dengan mereka.Kevin anaknya nge-freak banget kalau suka sama cewe. Dia memang anak konglomerat hebat, genius, baik, pokoknya bisa dikatakan idaman di kalangan cewe seASEAN. (hahaha... Se-ASEAN? laku aja kagak di Indonesia) Tapi, sayangnya, dia sering suka sama cewe yang sudah punya pacar. Gawatnya, sekarang dia sudah mulai dewasa, semakin banyak lagi sikap-sikap dan hal-hal nekad yang akan dia lakukan demi mendapatkan si cewe itu..."Gimana bisa lupa? Kamu kan ada di Kanada juga selama aku SMP," katamu agak risih."Hehehe... Iya, iya. BTW, nih, sekolah SD kita ngadain reunian. Aku disuruh kabarin semua anak angkatan 11 SD kita. Tapi, aku baru punya nomor sepuluh anak. Kamu punya berapa, (Namamu)?" tanya Kevin dengan nada sedikit menggoda. Kamu menggelengkan kepala dan menjawab."Aku baru dapet sedikit, Kev. Si (Nama temanmu yang sekaligus sainganmu) punya banyak. Hampir semua," katamu singkat."Oh... Gimana si Justin itu? Dia terkenal kan sekarang? Enak donk, pacaran sama orang terkenal?" tanya Kevin tidak berhenti-berhenti."Hahahaha... Tadi pagi, aku hampir putus. Untungnya, ada sahabat aku yang juga sahabat Justin yang buat kita balikan lagi. Aneh, ya?" jelasmu sedikit memanas-manasi."Hampir putus?! Pasti si Justin lukain perasaan kamu, ya? Wah... awas aja tuh!" kata Kevin tidak mau kalah.Ikh! Kevin tuh keras kepala banget sih jadi cowo! Susah banget buat dia cemburu dan lepasin cewe yang udah ada yang punya. BeTe deh jadinya! Dasar Kevin! You're a BITCH Kevin! katamu kesal dalam hati. (yang namanya kevin, jangan tersinggung, ya... Ini hanyalah fiktif belaka... hahaha)"Eh, Kev... Udah dulu, ya! Salam buat keluarga kamu... Justin ngajakin aku smsan, nih. Ya udah... Bye, Kevin!" katamu mencoba sabar."Hmm... Bye, (Namamu)!" jawab Kevin balik. Kamu bisa membayangkan senyumnya yang bikin geli itu.---Kamu berbaring di atas kasurmu sambil melihat luru ke langit-langit kamar. Justin akan segera kembali ke Amerika. Mungkin, empat hari lagi, dia harus sudah mengucap kata 'Good-Bye' kedua kalinya padamu. Kamu menutup mata. Berdo'a dalam hati agar Justin tetap setia sama kamu.Kamu berjalan ke arah lemari bajumu. Kemudian, kamu membuka lacinya dan mengeluarkan sebuah diary. Diary itu kamu beli buat numpahin segala rasa yang lagi kamu rasain sekarang. Isi diary itu kebanyakan rasa senang semenjak kamu bersahabat sama Justin dulu.Lembaran diary kamu buka terus. Ada satu yang buat kamu baca tulisannya berulang kali. Ungkapan rasa bahagia kamu saat Justin mengirim surat perpisahan setahun yang lalu. Saat dia mengungkapkan rasa hatinya lewat surat dan liontin itu.Kemudian, kamu merapa lehermu dan mengeluarkan liontin pemberian Justin dari balik kerah bajumu. Kamu menciumnya. Berharap agar hubunganmu dan Justin bisa lancar sampai akhir hayatmu."I love you, Justin!" katamu sambil menghempaskan badan ke bantal.Semantara di hotel Justin, dia menatap tajam fotomu yang ia simpan di dalam dompetnya. Dia menyimpan berbagai macam fotomu di dalam HP, Laptop, Album, dan lain sebagainya. Ia menatap gambar wajahmu."I love you, (Namamu)!" katanya seraya berbaring di atas kasur kamar hotel.Di hotel Justin, dia harus berbagi ruangan dengan Chaz dan Ryan. Sedangkan, crew Justin yang lainnya numpuk di satu kamar. Scooter dan guess-star tidur di satu kamar. Pattie dan semua wanita yang ikut tidur di satu kamar. Terakhir, Caitlin, Christian, dan Jasmine tidur di satu kamar. Jadi, bisa saja kamar sewaan Justin mencapai 10 kamar. Karena, crew Justin sangat amat banyak dan melimpah. Teman-temannya juga menumpuk. Belum lagi, ia sekarang membawa keluarga Papanya, Jeremy. Makin berisik dan ramai saja ruangan-ruangan lantai 23 hotel itu."Justy?" tanya seorang gadis kecil dari balik pintu kamar Justin."I'm here..." jawab Justin melukiskan senyum."Wead (Read) mwe (me) a stowwy (Story)... I wannow (wanna) gow (go) swep (sleep) with wouw (you)..." kata Jazmyn, adik perempuan kesayangan Justin."Come here, baby girl..." kata Justin dengan nada manisnya. Ia mengangkat Jazmyn dan meletakkannya di atas kasur. Ia memulai ceritanya. Ia menceritakan tentang kamu dan awal Justin mengenal kamu."The end..." kata Justin setelah 10 menit bercerita. Jazmyn sudah tertidur pulas. Justin mengecup keningnya. Menarik selimutnya dan tidur di samping Jazmyn. "Good night, baby girl... Good night, (namamu)!"
Justin akan kembali ke Amerika hari ini. Kamu akan semakin kesepian dan akan sangat merindukannya. Ia singgah ke rumahmu beberapa kali. Untungnya, tidak ada orang yang tahu bahwa JUSTIN BIEBER sedang berlibur di Indonesia. Justin mengucapkan selamat tinggalnya. Chaz, Ryan, dan Christian juga. Caitlin dan Jasmine hanya tersenyum dan berlalu."(Namamu), I love you. I'm gonna miss you soooooooo much! Kalau ada kesempatan lagi, aku pasti akan ke Indonesia lagi. Malah, tampil untuk Indonesian Beliebers..." kata Justin padamu."I love you, too. And I'm pretty sure I'm gonna miss you more. Jangan lupa berikan aku VIP Pass-nya. Kan, aku spesial buat kamu... hehehe," katamu merayu seraya bercanda."Itu pasti, babe... Kamu ikut ke bandara, kan?" tanya Justin menatap matamu penuh harap."Hmm... Kayaknya sih iya. Kapan pesawatnya boarding?" tanyamu balik."Jam 3. Kan, aku naik private jet... Jadinya, bisa kapan aja berangkatnya. Aku pengen ngabisin waktu sama kamu dulu, honey..." kata Justin membujukmu. Ia merangkulmu dan memelukmu erat."Oh... Kita mau ngapain berduaan?" katamu heran sekaligus bingung."Gak tau, deh... Ngapain aja yang bisa buat kamu seneng dan yang gak bakal kamu lupain, deh. Kamu mau ngapain, sweetheart?" tanya Justin lagi."Kita disini aja, ya... Aku lagi gak mau kemana-mana. Mending, kita ngobrol-ngobrol," katamu mengusulkan."Boleh-boleh," jawab Justin sambil membalikkan badan ke arahmu.---"Jadi, kamu sering banget dikerjain sama crew kamu?" tanyamu yang sedang berbincang-bincang dengan Justin."Ya... Tapi, mereka terlalu mudah bagiku. Aku kan MASTER OF PRANKS... hahahaha..." jawab Justin menyombongkan diri. Kamu tertawa. Tiba-tiba terlintas satu pertanyaan yang kamu sangat ingin tanyakan."Justin..." katamu menghentikan tawa."Yes, shawty?" jawab Justin tersenyum."Can you promise me something?" tanyamu."What is it?" tanya Justin mulai serius."Love me... Forever and always. Can you?" kamu berharap padanya. Kini, kamu memegang tangannya erat."I can. That's what I'm gonna do for the rest of my life. You mean the world to me. You're the second best woman. First was my mom. I'll always love you. My love for you will last forever... Can you promise me, too??" tanya Justin balik mengharapkan jawaban yang sama."Yes... sure can. I love you, forever and always. Just, whatever happen, please, remember this promise. Don't cheat again... Don't forget me. 'Cause, I won't forget you... I love you, Justin," jawabmu."I love you, too, (Namamu)," kata Justin balik sambil memelukmu. Pelukan itu adalah pelukan terlama yang pernah kamu rasakan dari Justin.Jasmine menatap kalian penuh iri. Kamu tidak tahu kenapa, tapi sepertinya ia sangat membencimu sekarang. Bahkan, dia sampai menghentakkan kakinya saat berjalan menjauh."I hate that girl! She's a BITCH!" kata Jasmine pada Caitlin yang sedang menikmati teh di dapur rumahmu."I know right... She's a SHIT, for one true fact. Justin rela mutusin aku demi dia?! Hah! Dasar gadis sialan! Awas saja nanti!" kata Caitlin. (Caitlin, I'm so sorry... I know you're one kind-hearted girl. But, in this story, I'll change your behavior... :))"Tau!... Kamu enak udah pacaran sama Justin. Aku?! Boro-boro... Paling cuma nyanyiin lagu Overboard sama dia aja gantiin Jessica Jarrell. Itu pun cuma beberapa menit. Najong banget nih si anak setan itu! Kesel sama dia!" kata Jasmine makin panas. (Betul sekali... Jasmine itu adalah Jasmine Villegas. Di cerita ini, dia gak akan berubah. Tapi, aku tahu kok, sebenarnya Jasmine baik. Cuma lagi pengen eksis aja... Let her go, beliebers!!!)"Si Justin juga bego! Ngapain milih orang Indonesia yang kampungan?! Jelas-jelas, banyak cewe Amerika yang lebih cantik dan berstyle!!! Ikh!" kata Caitlin makin kesal."Iya, ya... Liatin aja... Aku bakal buat hubungan mereka hancur ampe titik darah penghabisan... Hahaha..." tawa Jasmine seperti Mrs. Evil.Kamu dan Justin makin asik saja dari tadi. Kamu tidak tahu apa-apa tentang omongan Jasmine dan Caitlin. Yang kamu dengar hanya tawa dan lelucon Justin yang buat kami senang setengah mati. Kamu akan merindukannya, makanya kamu manfaatin moment seperti ini buat deket sama Justin.---"I love you..." kata Justin seraya memelukmu erat saat sudah di Bandara."I love you, too..." katamu sambil meneteskan airmata. Justin mengusapnya. Ia juga sudah mengeluarkan airmata. Kamu sedih, ia sedih, semua sedih melihat kalian berdua berpisah, paling cuma Caitlin dan Jasmine saja yang senang."I love you, Chaz..." katamu pada Chaz yang sudah membuka pelukannya untukmu. Ia memelukmu layaknya seorang kakak. Malah, lebih hangat pelukan Chaz dibandingkan dengan Mas Rio."I love you, too, pretty girl... I'm gonna miss you, (namamu)," kata Chaz bersahabat."Me, too..." jawabmu mengeluarkan airmata yang lebih banyak lagi.Kamu menghampiri Ryan dan spontan memeluknya erat. Ia terkaget, tapi membalas pelukanmu. "I love you, big brother... I'm gonna miss you for sure..." tambahmu sambil menangis dalam pelukan Ryan."I love you, too, lil' sister... I'll miss you more than ever..." katanya bergurau. Ada rasa sedih di mata Ryan. Ia juga sedih meninggalkanmu.Kamu mengarah ke Christian. Akhir-akhir ini, kalian sangat dekat. Karena mungkin dia lebih muda dan lebih kekanak-kanakan, kamu suka dengan sifatnya. "I love you, lil' bro..." katamu pada Christian."I love you, too, (Namamu)," kata Christian balik sambil melingkarkan lengannya di perutmu. Dia masih terlalu pendek. (hehehe... Peace, Christian!)Semua sudah berpelukan dan bersalaman. Kamu kembali ke Justin. Ia mengecup keningmu dan pipimu. Meninggalkan tetesan airmatanya di pipimu. Kamu melakukan hal yang sama. Kamu memeluknya dan mengucapkan 'I love you' untuk terakhir kalinya.Justin mulai melangkah jauh. Scooter dan semuanya sudah di depan Justin. Justin berjalan terbalik. Tidak henti-hentinya menatapmu. (Oh, ya... Kamu juga berpelukan dan bertangis-tangisan sama Brittany dan Kenya. Dua sahabat kamu yang Justin bawa ke Indonesia). Kamu tersenyum pada Justin. Lalu ia pergi dari pengelihatan."Bye, sweet boy.." katamu saat Justin sudah hilang dari tatapanmu.
Justin menekuk wajahnya semenjak naik ke jet. Ia tidak mau meninggalkan kamu sebenarnya. Cuma ada konser dan performings yang harus ia selesaikan. Ia sayang fansnya, tapi ia hanya cinta sama kamu."You okay, Justin?" tanya Caitlin yang tiba-tiba muncul di samping Justin sambil membawakan air putih."Yeah. Can you give me some times to be alone?" tanya Justin sedikit kesal dan risih."Sure, babe... But, we can talk later, right?" tanya Caitlin."Don't call me 'babe' and we can't. We're officially over with our relationship, Caitlin. I have (Namamu) for my girlfriend. You? Go find somebody else..." kata Justin mulai naik pitam."Fine. But, I'm not over with you yet. I still have dozens feelings for you. And saw you with that (Namamu)SHIT was just one jealousy moment for me... She's such a Jerk and one of an Asshole! Can't you understand?!" kata Caitlin mulai kesal juga."Don't. Ever. Call (Namamu) a Jerk, an Asshole, or a SHIT! You're them! (namamu) is special, and nobody insult my girlfriend! Now, leave me ALONE!" bentak Justin. Ia benar-benar naik darah."Okay... I'll leave! I hate YOU!" kata Caitlin kesal. Ia menangis. Sekarang, ia betul-betul membenci Justin.Jasmine tersenyum senang. Kini, hanya satu saingannya untuk mendapatkan Justin yaitu, kamu! Lagipula, kamu juga jauh dari Justin dan lebih mempermudah situasi dan rencananya. Dia tersenyum puas. Jasmine duduk di tempatnya."Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Chaz mengagetkan Jasmine."Shit! You scared me!" jawab Jasmine kaget. "Gak, kok. Aku cuma lagi seneeeeeeeeeeeeng buangeeeetz!!!""Seneng kenapa?" tanya Chaz. Chaz naksir dengan Jasmine saat Jasmine masuk video clip Baby. (Ngarang banget, deh...) Jadi, ia peduli dan mencoba perhatian ke Jasmine."Ada deh... Mau tau aja!" kata Jasmine meledek. Ia menyenderkan badannya ke kursi."Oh... ya sudah.. Aku duduk sini, ya..." kata Chaz mencari kesempatan."Terserah... Emang aku peduli?" tanya Jasmine ketus. Chaz terdiam.---Perjalanan balik ke Amerika sangat amat membosankan banget (sama sekali gak efektif tuh kalimatnya... Jangan ditiru) bagi Justin dan crew-crewnya. Scooter tertidur bersama Kenny. Pattie dan Jazmyn tidur bersama di sebelah Justin. Jeremy, istrinya, dan Jaxon tidur di kursi belakang. Justin masih bercanda gurau dengan Ryan dan Christian. Sementara Chaz dan Jasmine kepergok tidur sambil pelukan. Caitlin sedang meratapi nasib cintanya di pojok pesawat. Ia berusaha melupakan Justin dan mengikhlaskan kamu bersama Justin."Eh, Justin, si (namamu) cantik juga, ya..." kata Christian yang sebenarnya menyukaimu."But, she's taken..." kata Justin bergurau. Tapi, dalam guraunya, ada makna yang serius."I know..." kata Christian mengalah kecewa."Kamu suka sama dia, ya?" tanya Ryan penasaran."Pshh... I.. Nooo..." kata Christian menyangkal."Masa?" tanya Ryan tak yakin atas jawaban Christian."Well... no offense, Justin, I do... Why?" jawab Christian frontal sekali. Justin was pissed off by that. (Aku gak tau bahasa Indonesianya. Yang jelas, lebih enak dibilang pake bahasa Inggris.)"Nah... Nothing important. Mungkin, itu kali yang buat kamu gak bisa berhenti senyum pas selesai dipeluk sama (namamu)," kata Ryan tidak bermaksud memanasi Justin."I'mma use the bathroom, guys.." kata Justin tidak tahan lagi. Ia kesal. Ternyata, adik kecilnya (bohongan) menyukai pacarnya sendiri.Justin membanting pintu kamar mandi jetnya yang cukup tahan banting. Ia meninju pintu itu, kesal. Cemburu adalah kata yang tepat sekarang. Entah kenapa, Justin sangat cemburu sama perkataan Christian. Padahal, ia bisa berpacaran denganmu, sementara Christian hanya bisa menyukaimu. Ia menarik napas dan menghembuskannya. Menahan segala rasa kesal. Ia mengingat lagi wajahmu. Wajahmu berhasil menenangkan Justin.Justin kembali berjalan ke arah tempat duduk. Ryan melihat Justin bingung."Kenapa, Justin?" tanya Ryan heran. Sekarang, Christian sudah kembali duduk di tempatnya, di sebelah Caitlin."Gue badmood sekarang. Kesel banget gue sama si Christian! Berani banget suka sama cewe abangnya sendiri! Nyesel gue bawa dia ke Indonesia!" kata Justin jujur."Tenang dulu, dude... Dia masih anak kecil. Lagian, ini bisa jadi pertemuannya yang terakhir sama cewe lho. Terus, (namamu) kan gak suka sama cowo yang berusia 2 tahun lebih muda dari dia. Udah... tenang aja, bro. Dia pasti bakal gak suka lagi sama si (namamu) kalau sudah balik ke Atlanta," ujar Ryan menenangkan. "Namanya juga anak baru puber. Siapa aja, cewe yang dia anggap cakep dan manis, pasti langsung disukain, lah...""Iya, sih... Tapi, gue jadi nyesel ngeliat (namamu) meluk si Christian tadi. Kalau tau gini, mending tadi gue gak lepas pelukan gue untuk si (namamu).... Hahaha... bisa aja, lho! Masih anak kecil, deh. Apakata lho aja..." kata Justin mengalah. Ia mengambil handphonenya dan mematikannya. Ia tertidur pulas. Ryan adalah orang terakhir dalam pesawat yang tidur nyenyak. Pilot dan co-Pilot masih sibuk menyetir dan memegang kendali.---
Chaz dan Ryan mencoba untuk membangunkan Justin. Ternyata, di antara semua crew, Justin termasuk orang-orang yang suka tidur dan gampang tidur. Untung, ngoroknya gak keras-keras. BTW, back on the topic. Chaz sudah kehabisan akal buat bangunin Justin. Ryan akhirnya mengusulkan ide yang sangat jail."Chaz, let's do this..." kata Ryan sambil tersenyum licik."Come on, dude... I can't wait..." kata Chaz mendukung. Mereka juga mengajak Christian.Pattie dan sisa crew Justin hanya tertawa melihat cara teman-temannya Justin membangunkan sang SUPERSTAR."OH MY GOD! BIEBER!!! (Namamu) IS HERE! BIEBER! SHE'S GONNA KISS YOU!" teriak Chaz dan Ryan pura-pura melihatmu sedang berjalan menuju Justin untuk menciumnya."WHAT?! WHERE?! I'MMA GO KISS HER BACK!" Justin spontan bangun dan berlari ke arah kamar mandi. Ia terjedud pintu dan semua crew-nya langsung tertawa terbahak-bahak. "Ouww!""Hahahahahahahaha... You really have to see your face when you bumped to the door... Hahahahaha... It was hilariously funny and you went like a crazy stupid doofus... Hahahahaha" kata Ryan."You guys are mean!" kata Justin ngambek. Ia membuat wajah mewek."Sorry... But, we were running out of idea to wake you up!!" kata Chaz kemudian tertawa lagi."But, you should've just woke me gently as my FRIEND! You didn't have to make me rush to the bathroom door imagining (namamu) standing there who was about to kiss me!" kata Justin kesal. "Dan asal kalian tahu, aku sedang memimpikannya dengan puas dan bahagia. Jadi, seakan-akan, tipuan kalian itu termasuk episode dari mimpiku!!! Ugh! You guys really are mean people!""It's okay, honey... Makanya, jangan tidur terlalu lelap. Susah tau bangunin kamu... Udah sana, ambil jaketmu dan semua barang-barangmu! Kita sudah sampai di Atlanta... Mandinya nanti aja di rumah," ujar Pattie lembut seraya menenangkan Justin. (BTW, si Justin parah banget nge-bajak twitter mamanya. Bilang gini lagi, "Luv u Justin ur the best son ever... I'm glad ur so well behaved ur such an angel..." aku gak bisa berhenti ketawa. Narsis amat si Justin bilang dirinya sendiri ANGEL. terus dia nge-tweet, "I'm so well behaved. @studiomama check your twitter. haha..." kasian mama Pattie. Hahaha... Justin-justin!! Kocak ngebajaknya aneh... terus, mama Pattie di mention sama penggemar justin. dia nanya kalo justin itu udh nge-bajak/nge-hack twitternya, kan? mama Pattie langsung jawab, "You guys know justin hacked my twitter..." si mama kesal. Aduuuh... Justin iseng dan jail banget ama orang. yang dijailin gak nanggung-nanggung lagi, mamanya sendiri! tapi, keren deh yg bilangin dirinya ANGEL lewat twitter Mamanya... hahahahahahahaha... ngakak saya... *back to the story)---Kamu lagi asik browsing internet. Kamu membuka website tempat mendownload lagu Justin Bieber gratis. Tapi, kamu tidak mendownload lagunya. Justin memberimu dua album resminya yang sudah ada tanda tangan dan official photo-shootnya di dalam album itu. Jadi, kamu gak perlu repot-repot. (enaaak...)"Ngapain, (namamu)?" tanya Mas Rio iseng."Lagi liat-liat lagu buat di download. Mas, aku boleh gak ke reuni SD?" tanyamu sambil mengganti posisi duduk. Sekarang kamu face-to-face sama Mas Rio."Oh... Terserah. Asal jangan kemana-mana. Nanti dicariin ayah sama bunda, mas yang disalahin..." kata Mas Rio membolehkan."Sip... Tapi, aku minta dianterin. Soalnya, kalo misalnya aku bilang aku gak ada yang nganterin, pasti si Kevin-Kevin itu nekad jemput aku. 'Kan, aku gak mau dianterin sama orang yang suka sama aku, sementara aku udah ada yang punya, mas... Risih, tau..." keluhmu."Okelah... ntar mas anterin. Anyway, si Kevin emang betul-betul gila kali, ya... dia CINTA banget sama kamu, terus sangkin cintanya, dia jadi GILA, deh... bisa gak sih, tuh bocah cilik cari cewe lain aja. kan, kamu udah punya JUSTIN BIEBER buat jadi pacar. lebih berBOBOT!" kata Mas Rio sedikit kesal."Tau, ya... Bodo ah... aku juga gak mau jadi pacarnya dia. Emang sih, dia Most-Wanted... Tapi, kalo dibanding Justin... Whoo, jauuuuuh buaaaangeeed! Bagaikan langit dan bumi. Justin langitnya, karena sering dipandang dan disukai. Kevin buminya, karena sering diinjek-injek dan dikotorin. hahaha... Sorry ya, kev..." katamu seolah-olah Kevin ada disana."Betul itu..." kata Mas Rio. Kemudian, kalian tertawa-tawa.Pokoknya, saat itu adalah moment kakak-beradik banget, deh...
Justin mengabari kamu. Katanya, tournya berjalan sangat lancar dan untungnya tidak ada masalah. Dia juga bilang, kalau semua lagu di konsernya dia persembahkan untukmu (so sweet).Justin juga sering berkomunikasi sama kamu lewat Skype. Terus, kadang-kadang juga lewat BBM/YM. Nah, paling seringnya di twitter. Dia sering banget ngetweet kamu atau gak nge-DirectMessages kamu. Kalau di Facebook, dia jarang. Paling lewat inbox aja. Kadang-kadang juga Justin sering webcam-webcaman sama kamu.Kamu tersenyum tiap kali mendengar, melihat, dan membaca semua tingkah Justin. Justin juga sering buat kamu ketawa nonstop kalau sedang saling webcaman. Terus, kalau di Skype, dia ngomongnya so sweet banget deh. Nah, kalo BBM/YM dia lebih sering manggil kamu Babe/Shawty. Pokoknya, kamu diperlakukan seperti pacar banget sama si Justin."Hey, shawty-babe! How are you and how's life??" tanya Justin via Skype."Hey, honey... I'm fine.. How about you? Miss me?" tanyamu genit."I'm perfectly fine. Miserable missing you here... I wish you can go along with me," jawab Justin sedih."Aww... Don't be sad. Aku merindukanmu juga disini. Sangat amat rindu banget sama kamu. Wait, that didn't make any sense!" katamu heran dengan kelebayan kata-katamu."I know.. But I love it. Hahaha... BTW, I have a new nicname for you," kata Justin memulai rayuannya dan pujiannya."What is it?" tanyamu pensaran."It's Mrs-Hot-Bieber. Cute, huh? Or too much?" tanya Justin ragu."Flawless..." jawabmu singkat. "Wait, Mrs-Hot-Bieber?! I sounded like your wife...""Yup. You are my wife.. I mean, my future angelic wife," jawab Justin gombal."Awww... You're so sweet. Kamu juga suami masa depan aku. Hahahaha" candamu."I am? I am!! I'll treat my lady right... I promise!" kata Justin dewasa."Okay..." jawabmu sedikit merasa canggung."BTW, I have to go... Bye, shawty. I love you, my future angelic wife. I love you, Mrs-Hot-Bieber," puji Justin sebelum mengakhiri percakapan."I love you, too, my future sweet-husband. I love you, Mr-Hot-Bieber," balasmu tak mau kalah.Setelah perbincangan selesai, kamu duduk di depan televisi sambil tersenyum. Bunda mengangkat alisnya menandakan bahwa ia bingun dengan sikapmu. Senyummu yang tak berhenti."Kenapa, sayang?" tanya Bunda memecah rasa penasarannya."Justin... Dia itu sesuatu yang berharga yang pernah terjadi padaku," jawabmu bahagia sambil menatap bundamu."I know. Bunda bisa ngeliat itu dari reaksimu tiap kali kamu abis berinteraksi atau berkomunikasi sama Justin. Bunda liat suatu yang beda dari Justin yang bisa buat kamu selalu tersenyum meskipun kamu lagi sedih. Bunda ngerasa Justin beda dari yang lain," kata Bundamu sambil menawarkan pahanya sebagai bantal kepalamu. Kamu menaruh kepalamu di atas paha bundamu."I know, bun. That's the thing I love the most from Justin. He's different in millions good ways," katamu. "Thanks, bun... I love you..." tambahmu seraya memeluk perut ibumu."I love you, too, darling," jawab bundamu.---Justin duduk di sofa yang ada di belakang panggung tempat ia akan segera tampil. Justin tidak berhenti tersenyum. Pattie heran dengan kelakuan anaknya dan menghampiri Justin. Ia duduk di sebelah Justin. Tanpa basa basi, Justin menaruh kepalanya di atas paha mama tersayangnya itu."Ada apa denganmu?" tanya Pattie lembut."(Namamu). She's the best thing I've ever had," kata Justin senang."I know. Mama bisa lihat kenapa kamu senang tiap kali bersamanya. Dia itu beda dari gadis yang lainnya. Ada sesuatu darinya yang tiap orang dambakan. Sesuatu yang langka, tapi indah," puji Pattie seraya mengelus rambut Justin. Justin sedikit risih dielus rambutnya. Rambutnya bagaikan mahkota terindah yang pernah dimiliki seorang raja umur 16 tahun yang keren itu."I'm sorry, mom. Please, not the hair... Anyway, thanks.. I know that. Dia itu spesial banget buat aku, ma. Aku cinta banget sama (namamu).." kata Justin seraya memeluk perut mamanya.Kemudian, seorang pengurus panggung memanggil Justin. Ia mengaba-abakan bahwa Justin harus segera tampil. Justin bersiap."Hey!!!" sapa Justin pada fansnya."JUSTIIIIIIIN!!!" teriak ratusan fans yang ada di dalam ruangan itu."Aku akan menyanyikan lagu Favorite Girl buat gadis favoritku. Jangan marah kalau itu bukan kalian. Kalian adalah gadis favoritku. Tapi, yang menempati posisi paling favorit adalah (namamu). Ini untukmu (namamu)!" kata Justin membayangkan wajahmu yang sedang hadir disini menemaninya.Justin menyanyikan lagu itu dengan penuh penghayatan. Ia menggambarkan wajahmu di benaknya. Lagu itu berjalan lancar. Semuanya mengalir dengan lembut dan sangat gampang.---Kamu merasa seseorang sedang menyentuh hatimu. Seakan ia sedang menghangatkan hatimu dan memelukmu. Bukan bunda, tapi seorang familiar. Akhirnya, kamu menemukan jawabanmu, Justin.Kamu merasa ia sedang menyapamu dari jarak jauh. Kamu ngerasa Justin lagi melakukan sesuatu untukmu. Ia membuatmu tersenyum sendiri. Rasa itu sangat kuat dan membuatmu semakin rindu dnegan Justin. Kamu meneteskan airmata bahagia dan sedih di waktu yang sama."I love you, Justin!" katamu sambil menatap langit-langit kamar. Kini kamu sedang berbaring di kamarmu.---"I love you, (namamu)!" kata Justin sehabis menyanyikan lagu Favorit Girl. Ia meneteskan airmata bahagia dan semua audiens bersorak, "Awww..." menandakan mereka terharu tapi dalam kata haru yang bahagia.
Kamu terbangun dari tidurmu. Mimpimu kali ini adalah mimpi buruk. Tentang Justin dan Jasmine. Tak tahu asal dari mana kamu bisa mimpiin Jasmine dan Justin. Tapi, mimpi itu kelihatan nyata banget.“Gak mungkin!” kata kamu menyangkal mimpimu saat kamu sudah sadar. Kamu menyisir rambutmu dengan jarimu. “Justin gak mungkin sama Jasmine! Dia janji! Ahhh... Cuma mimpi, kok. Sudahlah...”Kamu kembali berbaring dengan rasa harap-harap cemas. Kamu terus memikirkan mimpimu itu. Gak nyata, tapi kelihatan kayak akan kejadian. Gak tau kapan...Kamu nekad online di komputer yang ada di kamarmu. Syukurlah, Justin, Chaz, dan Ryan, serta Christian sedang online juga. Kamu mengajak Ryan chatting.Hi! How are you, Ryan? Tanyamu memulai percakapan.I’m fine, pretty girl. Hbu? Tanya Ryan balik.I’m in a worry situation. Can I chat with you about that? Tanyamu sopan.Sure... So, what’s wrong? Ryan mulai angkat bicara.Aku dapet mimpi buruk tentang Justin dan Jasmine. Mereka jadian diam-diam. Malah, lebih parah deh. Aku takut kalau itu jadi nyata. Justin masih status pacaran sama aku, kan? Kamu khawatir.OMG! Mana mungkin si Justin mau sama Jasmine yang sok cakep itu. Nah, kalo Chaz baru mau. Iya. Dia masih sayang banget sama kamu. Tiap malem, aku ngedenger harapannya, Please, let (namamu) dream about me... kata Ryan bergurau.Hahaha... Aku juga sama kayak dia. Gimana Usher, Pattie, Jeremy, semuanya??? Terutama, gadis kecil ini... Jazmyn!!!! Gimana kabarnya dia? Tanyamu excited.Oh... semua merindukanmu. Apalagi si Jazmyn kecil. Dia tiap malem, hampir tiap malam, rewel ke Justin. Nyuruh Justin nyanyiin lagu nina-bobo buatnya. Tapi, Justin kan gak bisa. Akhirnya, nangis deh Jazmyn... Ryan menjawab.Tak lama setelah jawab-menjawab dengan Ryan, Christian muncul di kotak chat kamu.Hey, baby... How are you? Tanya Christian sedikit menggombali kamu.Hey, boy! I’m fine... How ‘bout u? Tanyamu balik. Kamu merasa canggung, tapi tidak begitu terasa aneh, sih.I’m fine. I miss you soooooooo freeeakin’ bad!!! Kata Christian.I miss you, too... Having fun? Tanyamu lagi.Yup! Jawab Christian cepat. How’s your sister? Tanyamu iseng-iseng saja.She’s fine. She’s changed. She kinda like you now. I mean, like she wanted to be your friend and apologies to you. She regret those actions at your house. BTW, she’s right beside me now. You wanna talk? I mean, chat? Tawar Christian.Really? Sure... jawabmu singkat.Kamu bercakap-cakap dengan Caitlin. Dia sebenarnya gadis yang sangat baik dan perhatian. Dia seperti kakak kamu sendir. Caitlin benar-benar berubah. Dia bercerita tentang rencana Jasmine. Kamu membaca satu demi satu chat-nya. Gak ada kebohongan di kata-kata itu. Caitlin berkata sejujur-jujurnya. Ia sebenarnya suka melihat kamu dengan Justin berpacaran. Ia happy kalau Justin dan kamu happy.Justin tiba-tiba muncul.Hey, shawty... What’s up? Isn’t it supposed to be like 1 in the morning in Indonesia? Tanya Justin heran.Hey, babe... Nothing much. You’re right... jawabmu singkat.So, why don’t you sleep? Tanya Justin peduli.I can’t. I had nightmares... it was about you and Jasmine. You were dating her... :’( katamu.Really?! OMG, I’ll never do that to you... I don’t like Jasmine... She’s so full of herself. We’re just friend. All of us are just friend. Well, except Chaz and Jasmine. Chaz thinks Jasmine like him back, so it was like he’s having a relationship with Jasmine. Hahahaha... jelas Justin.Hahaha... I heard that from Ryan. BTW, Christian was so nice to me... What’s wrong with him...??? tanyamu penasaran.Agak lama menunggu balasan selanjutnya. Justin bulak balik mengetik, lalu menghapus, lalu ngetik, dan ngapus lagi. Akhirnya dia muncul dengan kata-kata ini.He has a big crush on you... He told me. I was jealous, I’m jealous, and I’ll be so jealous! He’s like my lil’ bro. But, how dare him?! He puts you on his favorite girl list?! I don’t really like him now. And don’t say you like his cuteness... It hurts... kata Justin. Ada berjuta-juta rasa sakit di kata-kata itu.Ya ampun... Dia ternyata menyukaiku? Awww... Tapi, dia terlalu muda buatku. Dan aku sudah ada yang memiliki... Jangan sedih... Aku gak akan ninggalin kamu untuk Christian. Dia masih terlalu kecil. Jangan gitu, donk. Kamu punya aku... jawabmu menenangkan Justin.Thanks, sweetheart... kata Justin.Lalu, kamu dan semua yang tadi Online kembali offline. Kamu kembali tidur. Sementara, mereka semua kembali melakukan pekerjaan mereka disana. Mimpi kamu yang berikutnya jauh lebih baik.---
Saturday, November 6, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment